there’s something about geometry + architecture

June 3, 2013

Foto : Ilusi atau Persepsi Mata?

Filed under: perception — nurulseptianti @ 16:31

Kita tentu sering sekali mendengar istilah persepsi, ilusi, maupun halusinasi. Pada ilmu kejiwaan, kata-kata tersebut sangat akrab . Tapi apa sebenarnya persepsi dan ilusi?

Persepsi adalah hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu dapat bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh-mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat “gambaran psikis“.

Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.

Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan).

Image

Jika Anda pernah melihat Bulan terbit di atas cakrawala, tampak begitu besar dan megah seakan anda merasa seperti bisa jatuh tepat ke dalamnya, maka anda sudah menjadi korban dari Ilusi bulan atau Moon Illusion yang terkenal itu. Dan itu adalah ilusi, yang pervasif dan persuasif.

Jadi, bagaimana hal itu dapat terjadi?

Salah satu ilusi yang terkenal adalah Ilusi Ponzo. Anda sudah pernah melihatnya: kasus yang paling sederhana adalah saat dua garis horizontal, satu di atas yang lainnya, berada diantara dua garis miring vertikal yang berdekatan. Nah, garis horisontal bagian atas akan terlihat lebih panjang dari garis yang berada di bawah, meskipun mereka sama panjang.

Image
Ilusi bekerja karena otak kita sedikit “aneh”. Garis miring membuat kita berpikir bahwa apa pun di dekat bagian atas berarti lebih jauh, garis vertikal miring ini memaksa otak kita untuk berpikir bahwa garis ini sejajar tapi terlihat mendekat di kejauhan (seperti rel kereta api). Dua garis horizontal secara fisik sama panjang, namun otak kita berpikir yang diatas adalah yang lebih jauh. Jika itu yang lebih jauh, maka garis yang diatas haruslah lebih besar daripada yang dibawah. Jadi kita merasa seperti itu.

Contoh sebuah foto yang indah dari ilusi Ponzo:

Image
 

Dalam foto diatas ini Anda akan melihat bahwa garis merah vertikal yang di sebelah kanan jauh lebih panjang daripada yang di sebelah kiri, bukan? Tampaknya garis yang sebelah kanan hampir dua kali lebih panjang. Ini ternya hanya persepsi kita yang sangat kuat.
Tapi sebenarnya TIDAK! Jika anda tidak percaya, potonglah foto pada dua garis merah dan tempatkan mereka secara berdampingan, maka dua garis merah itu seharusnya persis sama panjang.

Image
 

Contoh diatas adalah contoh yang sangat bagus karena menggunakan gambar kehidupan nyata (foto). Anda dapat melihat ubin dinding semakin mengecil terhadap jarak, dan tata letak horizontal mereka, lengkap dengan garis antara mereka, memaksa otak Anda untuk melihat garis di sebelah kanan sebagai yang lebih jauh

Sumber :

http://pemulihanjiwa.com/mengenal-persepsi-ilusi-dan-halusinasi.html . Diakses pada tanggal 1Juni 2013

June 2, 2013

Tetris: Jatuh, Ubah, Tempatkan

Filed under: everyday geometry — nadiaalmiraa @ 21:25

                                bg-tetris-1

Tetris. Siapa sih yang tidak pernah dengar permainan ini? Waktu kita kecil si tetris ini menjadi teman bermain kita. Persegi-persegi yang membentuk berbagai macam bentuk geometri turun dari atas dan tugas kita adalah menyusunnya sehingga tumpukan persegi ini tidak menyentuh langit-langit. Tidak semudah mengatakannya sih, soalnya pasti ada yang baru bermain sebentar sudah game over. Dalam bermain tetris ini kita harus cepat dalam melihat kesempatan dan berpikir, karena kita hanya diberi waktu sepersekian detik untuk menempatkan bentuk atau mengubah bentuk tersebut sesuai keinginan, apalagi perubahan bentuk tersebut terbatas.

fullscreen_tetris

 

Terdapat space yang kosong karena penempatan bentuk yang kurang tepat

bg-tetris-10

 

Sebuah tantangan untuk dapat menempatkan persegi-persegi ini tanpa menciptakan celah

PERSEPSI PADA TEORI EINSTEIN

Filed under: perception — martinaratna @ 16:08

Pada pembahasan topik persepsi, ada [enjelasan mengenai teori Gibson (1979). Berdasarkan presentasi di kelas saat itu, poin penting dari persepsi adalah “based on information available/registered by observer”

kata registered ini menjadi penting. Menurut saya, kata register inilah yang paling merujuk bahwa persepSi memiliki sifta relatif, tergantung bagaimana substansi pada medium diterjemahkan melalui penginderaan.

Selain itu, ada satu poin yang disebutkan dan menarik perhatian saya. Prinsip posisi adalah penting pada pembentukan persepsi menurut teori Gibson. Ketika berbicara soal posisi dan sifat relatif, saya langsung teringat pada teori relativitas menurut Einstein. Apakah ada dari teman-teman berpendapat sama dengan saya? 😀

Yang paling saya ingat terkait dengan teori Einstein tersebut adalah pada soal fisika di SMA, yang menyebutkan bahwa bergeraknya suatu objek bersifat relatif, tergantung dari  siapa yang dianggap bergerak. prinsip bergerak sendiri tentu erat kaitannya dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lain.

Selain itu, pada topik ini diberikan contoh karya-karya yang dibuat melalui prinsip persepsi. Penjelasan mengenai pentingnya medium dan substansi diwujudkan dalam karya-karya terkait pencahayaan. Hal ini makin memperkuat bahwa indera penglihatan memang berperan paling besar dalam pembentukan persepsi pada manusia.

kota ideal, sudah siapkah kita?

Filed under: ideal cities — ayuanastasya @ 12:42

Aturan ada untuk dilanggar. Begitulah kalimat yang cukup sering saya dengarkan saat seorang pengemudi mobil mencari pembenaran atas tindakannya melanggar lampu merah. Atau saat sekolah dulu, yang mana setiap harinya dijejali dengan berbagai peraturan dan Guru BP sebagai pengawas kalau-kalau ada yang melanggar. Dan yah sebagai remaja, keberadaan guru BP itulah justru tantangannya jika ingin ‘menaklukan’ peraturan. Berbagai dialog spekulasi dan peraturan tersendiri pun terjadi jika ingin membolos, seperti “eh kalau jam segini BP masih jaga di sana, enggak bisa. ntar deket-deket jam makan siang aja cabut” atau “kalau pagi-pagi mah BP nongkrongnya di sini, mending lewat sini deh biar gak ketahuan”

Rebel? Tapi saya percaya kalau chaos memang diciptakan dari adanya suatu order 😀

Saya mengambil contoh dari salah satu cabang Geometri Matematika, Geometri Fraktal. Cabang ilmu ini mempelajari tentang repetisi pola-pola geometris dengan berbagai intervensi seperti repetisi, perubahan formasi, perubahan skala, perubahan arah, dan transformasi lainnya yang pada akhirnya akan terlihat seperti perubahan bentuk geometri awal. Suatu bentuk geometri yang mencoba menjelaskan keteraturan yang sebenarnya juga terjadi di alam.

Sederhananya seperti gambar di bawah ini

Fractal Geometry in Architecture and Design oleh Carl Bovill

Fractal Geometry in Architecture and Design oleh Carl Bovill 2

Sumber Gambar: Buku Fractal Geometry in Architecture & Design, 1996.

Atau hasil akhir yang lebih rumit?

tumblr_mn5okmrB7j1qzpyz2o1_500

tumblr_mn5okmrB7j1qzpyz2o2_500

Bentuk-bentuk kompleks ini terbentuk dari pengaturan bentuk-bentuk geometris dengan penyusunan yang berbeda. Apakah bentuk baru ini bisa dibilang chaos dari bentuk geometris yang ideal?

Sedangkan contoh yang terdapat di alam sendiri, misalnya ombak yang terjadi berulang kali, dengan bentuk yang berbeda-beda, tidak teratur. Padahal bukankah ombak terjadi dengan aturan yang sama? Atau tumbuhan kebun teh yang tumbuh dengan aturan yang sama, jenis tumbuhan yang homogen, sama-sama butuh media air dan tanah, tumbuh ke arah sinar matahari, namun hasil akhirnya menciptakan kebun teh dengan siluet pepohonannya yang tidak teratur. tidak homogen. Apakah hasil pertumbuhan kebun teh ini juga lantas bisa begitu saja dibilang chaos?

Mengingat menurut Teori Affordance oleh Gibson, bahwa setiap benda memiliki potensi lain selain yang dimaksud oleh sang perancang dari awal pembuatannya, lalu apakah kita sebaiknya mempertimbangkan keteraturan di dalam arsitektur yang kita ciptakan, yang mana memberi ruang untuk terjadinya ketidakteraturan? Atau biarkan seperti Pruitt Igoe, ketika aktivitas di dalam suatu ruang tidak lagi terjadi sesuai skenario, lantas dirubuhkan dan ciptakan aturan skenario dan program ruang baru yang lebih sesuai dengan keteraturan yang diharapkan?

Lalu bagaimana dengan aturan-aturan kota ideal yang serba teratur? Sudah siapkah kita, para makhluk hidup yang dinamis?

Sumber:

Bovill, Carl. 1996. Fractal Geometry in Architecture & Design. Maryland: Birkhauser

http://everydayarchitecture.wordpress.com/2009/10/26/everyday-architecture-memunculkan-atau-menghilangkan-%E2%80%9Caffordance%E2%80%9D/

http://www.behance.net/eriksoderberg

http://en.wikipedia.org/wiki/Pruitt%E2%80%93Igoe

June 1, 2013

rambutku mahkotaku?

Filed under: everyday geometry — verairawan @ 20:30

“ngapain sih lo pegang-pegang rambut gue?” ucap yani kepada ira yang sedang mengacak-acak rambut temannya itu. “nanti kalo berantakan gimana? Kan gue udah susah-susah ke salon buat ngerapiin!” ujar yani lagi.

Sepintas percakapan tadi mungkin sering kita temui. Tapi bukankah respons yani terhadap ira itu berlebihan? Kenapa yani merasa terganggu ketika rambutnya diacak-acak oleh ira? Itu kan hanya rambut. Apakah sepenting itu?

Banyak yang berpendapat “Rambutku, Mahkotaku”. Mereka merasa seakan tidak ada bagian tubuh lain yang lebih penting daripada rambut. Kita sering melihat beberapa selebritis kelas dunia yang rela mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk perawatan rambut mereka. Bahkan atlet sekaliber David Beckham dan Cristiano Ronaldo pun memperhatikan penampilan rambut mereka di dalam dan luar lapangan.

 

Persepsi orang (atau lebih tepatnya tingkat perhatian orang) terhadap model rambut inilah yang menggelitik pikiran saya untuk mengetahui apa sih yang sebenarnya menyebabkan kita menata rambut? Apakah hanya untuk sekedar kerapihan semata? Ingin terlihat cantik/tampan? Ingin seperti idolanya? Ataukah sebagai pembuktian diri? Atau malah kita sebenarnya tidak butuh rambut?

Saya sendiri lebih menyukai potongan rambut yang pendek. Selain terlihat lebih segar, rambut yang pendek juga membuat sirkulasi udara ke kulit kepala lebih baik sehingga tidak terasa panas. Namun, saya (sebagai wanita) juga ingin memiliki rambut panjang yang halus lebat dan berkilau seperti wanita-wanita yang menjadi model iklan shampo di televisi.

Lain halnya dengan teman saya, dia lebih menyukai rambut keriting yang menjuntai seperti per karena dianggap lucu dan rambutnya bisa dimainkan.

Ada lagi yang berpendapat bahwa rambut panjang itu mengganggu (dia adalah perempuan yang juga sebagai atlet beladiri), jadi dia tidak pernah membiarkan rambutnya panjang karena akan memudahkan lawan untuk menjambaknya dan akhirnya dia kalah.

Beda lagi dengan teman saya yang satu ini. Dia bahkan tidak menyukai rambut. Dia lebih suka jika kepalanya dipelontos dan botak licin daripada harus memiliki rambut di kepala sama sekali.

Banyak hal menarik dari persepsi manusia akan rambut. Ada yang mengubah rambutnya demi kenyamanan. Ada pula yang menata rambut agar bisa dijadikan mainan. belum kita melihat yang merubah penampilan rambut demi terlihat mirip dengan idolanya. Ada lagi yang bahkan tidak membiarkan satupun rambut di kepalanya karena tidak suka. Ada juga yang mengganti model rambut karena ada model rambut lain yang populer di sebuah majalah.

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi potongan rambut seorang manusia. Kepribadian, mode, kepraktisan, idola, dll. membuat banyak persepsi bagaimana manusia memperlakukan rambutnya.

Karena setiap manusia memiliki hak penuh untuk mengatur bagaimana gaya rambutnya, jadikanlah rambutmu sesuai yang kamu mau. Buatlah mahkotamu sendiri.

Kota Ideal, Kota Madani?

Filed under: ideal cities — satriappamungkas @ 19:53
Tags:

Image

Kota Madinah Masa Depan. (sumber gambar: http://muhammadsurya.wordpress.com/2008/09/05/grand-desain-kota-madinah-di-masa-yang-akan-datang/)

 

Dalam menyebutkan sebuah kota ideal, dalam Bahasa Indonesia kita sering kali menyebutnya dengan “Kota Madani”. Lalu adakah sebenarnya kota yang ideal itu? Lalu kenapa kita menyebutnya dengan Kota Madani?

Saudara Dendy (Arsitektur 2010) membahas sebuah Utopia sebagai kota yang ideal (https://geometryarchitecture.wordpress.com/2013/05/09/utopia-adalah-kota-ideal-yakin/) , dan masih meragukannya akan idealnya sebuah kota, serta ke eksistensian sebuah kota yang ideal. Bila berbicara Utopia sebuah yang ideal, maka saya menjawab tidak. Masih terlalu banyak kelemahan di Kota tersebut, salah satunya yang disebutkan saudara Dendy. Lalu apa itu kota yang ideal? Bagaimana dengan perumpamaan Kota Madani?

Kota Madani, berasal dari bahasa Arab yang berarti menempati suatu tempat. Lalu menjadi perumpamaan sebuah kota yang ideal merujuk kepada Kota Madinah yang menjadi sebuah contoh kota yang berperadaban dan menggunakan sistem yang modern di zaman kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW.

 

 Image

 

Peta Kota Madinah. (sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-L3AYJ0hfzE0/Td90WG33zFI/AAAAAAAABio/t2LQpVIkm5k/s1600/Madina-al-Munawwarah-Google-Map-002.jpg)

Kota Madinah menjadi sebuah contoh kota yang ideal, dengan bentuk kota yang dimana sebuah rumah ibadah (masjid) menjadi pusat kotanya. Bukan hanya itu, sebuah kota yang tadinya berperadaban dan berakhlak rusak, namun akhirnya menjadi kota yang mulia ketika Rasulullah menduduki kota tersebut. Lalu apa saja langkah-langkah Rasulullah hingga Madinah menjadi kota yang patut dicontoh?

  1. Memperkokoh hubungan kaum muslim dengan Tuhannya dengan membangun masjid
  2. Memperkokoh hubungan intern umat Islam dengan mempersaudarakan kaum pendatang Muhajirin dari Mekah dengan penduduk asli Madinah, yaitu kaum Anshor.
  3. Mengatur hubungan umat Islam dengan orang-orang diluar Islam, baik yang ada di dalam maupun di sekitar kota dengan cara mengadakan perjanjian perdamaian.

Berdasarkan hal diatas Rasulullah menamakan kota dengan nama Madinah, yang berarti berperadaban.

Masjid, atau rumah ibadah, hal yang pertama kalo di bangun oleh Rasulullah, dan menjadi pusat kota, dan pusat kegiatan selain jual beli. Menjadi tempat beribadah, serta menjadi tempat bermusyawarah. Menjadi pusat pemerintahan yang bisa langsung di lihat oleh warganya.

Image

 

Acropolis. (sumber gambar: http://www.athens-greece.us/acropolis/map-of-the-acropolis/acropolis_map_02.jpg

Bagi saya, kota ideal adalah bukan hanya untuk kaum elite, namun bisa membawa warganya menuju kedamaian dan beradab. Lalu bagaimana dengan pendapat ideal city dari Plato? Bagaimana dengan contoh bentuk kota Acropolis? Lalu bagaimana dengan Utopia? Madinah lah sebuah contoh pantas dan layak dengan mendapat sebuah kota ideal atau kota yang madani.

Referensi:

http://theglobejournal.com/feature/kota-madani-menurut-rasulullah/index.php

http://menaraislam.com/content/view/152/48/

 

“Jiwa” Musik Blues dalam Arsitektur

Filed under: architecture and other arts — Mup @ 19:38

Dalam sejarahnya musiik blues merupakan music yang lahir di daerah selatan America tepatnya di kota missisipi delta.  Karena itulah music blues akustik sampai saat ini disebut dengan delta blues. Blues muncul di sekitar abad ke-18 dalam suasana perbudakan kaum Africa di daerah missisipi. Blues inilah sarana mereka mengobati kesedihan. Bukan untuk mengekspresikan kesedihan. Sampai saat ini masih banyak orang yang menyangka music blues adalah sebuah ekspresi kesedihan dengan dasar term “blue”. Namun intinya dengan blues diharapkan kesedihan akan pergi jauh-jauh.

Ada beberapa fakta menarik mengenaik music blues dan kesakralannya. Konon dahulu sang pionir blues, Robert Johnson, menjual jiwanya untuk mendapatkan keahlian dalam blues baik bernyanyi maupun bermain gitar. Selain itu ada cerita, konon para majikan yang kerap menyiksa kaum budak dinyanyikan beramai-ramai oleh para budak dengan lagu blues sampai meninggal dan tanpa disentuh. Cerita berikut memang belum tentu benar adanya, namun sampai saat ini music blues memang diakui ketajaman soul atau ruh dibalik lagu-lagunya.

Mengapa musik blues sangat melibatkan soul dalam diri sang musisi yang memainknnya? Dalam dasar musik blues hanya dikenal 3 kord dengan pola 1-4-5 dan pentatonik (5 nada). Teknik yang gitar yang dimainkan pun tidak dituntut untuk ribet, hanya seputar hammer, pull of dan bending.

Image

blues minor pentatonik dalam gitar

Image

blues minor pentonik dalam piano

Dengan keterbatasan yang seperti itu tentulah kita tidak bisa mengandalkan apa-apa kecuali sense of rhythm, sense of music dan soul. Kalau soul tidak dilibatkan matilah! Yang terdengar akan hanya not not hambar. Berbeda dengan musik yang tergolong matematikal seperti klasik, jazz atau progressive rock/metal seperti Dream Theatre (bukan Darut Tauhid yak hehe) yang mempertimbangkan banyak aspek teknis seperti pergantian ketukan, penaikan oktaf, progresi kord yang kompleks. Mungkin untuk gitaris bermain dengan sweeping, mengandalkan kecepatan, dan lain sebagainya.

Dengan kord yang hanya tiga dan nada yang hanya lima tersebutlah dituntut dari para musisi blues untuk memiliki soul yang tajam. Soul disini menjadi fokus yang mendominasi. Mungkin bila dianalogikan, orang buta biasanya memiliki indra lain yang bertambah peka. Keterbatasan teknis lah yang menjadikan musik blues baik untuk mengasah kepekaan dan “rasa” dalam bermusik. Karena itulah output musik blues biasanya adalah improvisasi. Tidak ada jaminan yang dimainkan di panggung kemarin akan sama persis dengan hari ini.

Mungkin pembukaan mengenai blues diatas tak sebanding panjangnya dengan pembahasan keterkaitan musik dengan arsitektur berikut ini. Sejauh ini yang saya ketahui karya arsitektur berdasarkan musik selalu dihasilkan melalui eksplorasi teknis dalam musik sebut saja :

Image

Jewish Museum- Daniel Libeskind

Image

Cardiff Opera House – Manfredi Nicoletti

Image

Experience Music Project – Frank Gehry

Karya-karya diatas merupakan beberapa sample dari banyak karya arsitektur yang dihubungkan dengan musik dari segi teknis dan instrumennya. Melihat komposisi dari partitur, dieksplorasi lalu diadaptasi, melihat kesamaan predikatnya dengan term-term dalam arsitektur lalu diadaptasi, bahkan ada yang literaly meletakan wujud instrumen dalam wujud bangunan.

Yang saya ingin sampaikan adalah, musik blues tidak bisa disamakan dengan yang lain. Kali-kali aja nih suatu saat nanti temen-temen dapat proyek membuat suatu bangunan atau ruang yang berkaitan dengan blues, menurut saya agak kurang tepat bila mencoba melihat blues  dari partiturnya, term-nya ataupun instrumennya untuk dieksplorasi dan diadaptasi. Mungkin lebih tepat dapat dari segi pengalaman dari sang musisi saat memainkan blues, dari segi “kejiwaan”-nya, dari segi keterhubungan dengan kesakralannya. Hehe sekedar pendapat dari pengamat dan pemain blues aja sih. Mencoba berpendapat dari paradigma menerjemahkan musik dari segi teknis ke dalam arsitektur. Kenapa? Ya karena blues adalah jiwa.

Referensi :

– musisi.com

http://www.academia.edu/667434/MUTUAL_RELATION_BETWEEN_MUSIC_AND_ARCHITECTURE
-http://wiki.answers.com/Q/Ten_facts_about_blues_music

Prinsip Gestalt pada Cover Album

Filed under: perception — audentya @ 16:36

Saat sebuah band berencana untuk mengeluarkan suatu album musik (kumpulan lagu-lagu) maka itu tidak akan lepas dari keterkaitannya dengan sebuah desain pada cover albumnya. Semakin menarik sebuah cover album maka akan memberikan daya tarik yang lebih saat seseorang melihatnya. Hal ini kemudian menyangkut pada visual perception.

Gestalt berhubungan dengan teori visual perception. Teori ini membicarakan mengenai bagaimana seseorang melihat atau menerima suatu komponen visual, apakah ia melihat secara keseluruhan ataupun melihat sebagian. Ada beberapa prinsip mengenai Gestalt ini, yaitu similarity (kesamaan), continuation, closure, proximity, symmetry, figure ground dan common fate.

Ada banyak hal yang ada di sekitar kita yang mengandung teori Gestalt ini. Pada kali ini saya mencoba mencari cover album suatu Band yang mengandung prinsip gestalt dan saya mencoba untuk membahas prinsip gestalt mana yang digunakan.

 

Contoh 1:

A Hard Day's Night

Cover album A Hard Days’s Night – The Beatles

Menurut saya cover album ini menggunakan prinsip Similarity, karena similarity muncul bila suatu objek yang satu terlihat mirip dengan objek lainnya. Similarity juga dikenal dengan repetition, yang pada akhirnya membuat suatu gambar memiliki harmoni atau ritma. Pada cover album tersebut dapat terlihat berbagai macam ekspresi wajah personil the Beatles. Pengulangan gambar pada karakter atau tiap personil the Beatles membentuk suatu harmoni tersendiri dan membuat semua komponennya terlihat sama.

 

Contoh 2:

The Adams

Cover album The Adams – The Adams

Desain pada cover album ini mengandung prinsip Closure. Saat melihat suatu elemen-elemen dengan komposisi yang kompleks maka hal pertama yang terlihat oleh mata seseorang adalah suatu pola yang tunggal dan mudah dikenali. Selain itu closure muncul saat suatu objek tidak tergambar dengan lengkap, namun seseorang dapat melihatnya secara keseluruhan. Pertama kali melihat cover album ini mata saya langsung tertuju pada goresan berbentuk mata yang dikelilingi oleh pola-pola goresan berwarna lainnya lalu dapat terlihat bahwa goresan tersebut membentuk suatu wajah manusia.

 

Contoh 3:

coldplay_xy_album_front

Cover album X&Y – Coldplay

Proximity muncul saat suatu elemen diletakkan berdekatan, lalu dapat terlihat menjadi satu kesatuan atau membentuk sesuatu. Pada cover album dari band Coldplay ini dapat terlihat elemen segi empat yang disusun berdekatan sehingga muncul suatu bentuk. Sehingga saya berpendapat bahwa cover album ini mengandung unsur proximity.

 

Contoh 4:

220px-Dark_Side_of_the_Moon

Cover album Dark Side of the Moon – Pink Floyd

Pada cover album ini terlihat sesuatu yang menerus (nampak seperti path). Saat saya melihat gambar ini saya melihat bagaimana dari sebuah garis lurus berwarna putih lalu masuk ke dalam segitiga dan akhirnya keluar seperti warna pelangi. Hal ini seperti pada prinsip Continuation pada Gestalt, yang mana prinsip ini muncul ketika ada suatu objek dan mata dibawa untuk melihat dari satu benda menuju ke benda lainnya.

Di atas merupakan beberapa contoh cover album band yang saya analisis keberadaan prinsip Gestalt-nya. Apakah anda tertarik untuk mencari contoh cover album lainnya yang mengandung prinsip Gestalt? Jika iya, sila mencoba (:

 

Referensi:

Liquori, Esther. (2011). The Close Relationship Between Gestalt Principles and Design. Tersedia: http://www.instantshift.com/2011/09/19/the-close-relationship-between-gestalt-principles-and-design/ [31 Mei 2013]

Rutledge, Andy. (2008). Gestalt Principles of Perception. Tersedia: http://www.andyrutledge.com/gestalt-principles-1-figure-ground-relationship.php [31 Mei 2013]

The Gestalt Principles. Tersedia: http://graphicdesign.spokanefalls.edu/tutorials/process/gestaltprinciples/gestaltprinc.htm [31 Mei 2013]

Dibalik muka anak kecil

Filed under: classical aesthetics — sitibararah @ 13:44

Suka gemas melihat anak kecil? Ya, beberapa dari kita mungkin ada yang suka gemas meilhat anak kecil, entah itu karena kelakuan atw tampangnya yang lucu.
Selain itu, menurut saya pribadi, melihat anak kecil juga menyenangkan karena menyiratkan kebebasan, tanpa beban, dan tulus.
Di bawah ini ada gambar 10 anak kecil yang kemudian akan saya analisa sedikit.

by Siti Bararah   by unknown

by Siti Bararah by Siti Bararah by Anshuman Johri

Dari garis-garis wajah anak kecil yang saya petakan di atas, ada 2 hal yang saya simpulkan:

1. Muka anak kecil relatif lebih membulat , apalagi karena mukanya penuh pipi. Bulat mengandung bentuk lengkung yang banyak, sedangkan bentuk lengkung menyiratkan kebebasan, luwes, dan lembut. Dan menurut Despina Stamatopoulou dalam tulisannya di Hellenic Journal of Psychology, Vol. 5 (2008), yang berjudul Perception of Emotional Expression In Line-Drawings Created by Artists, bentuk lengkung itu juga menyiratkan emosi senang.

2. Mata anak kecil punya porsi area yang lumayan banyak di muka. Mungkin ini bikin binar matanya jadi lebih keliatan.

Ini baru sedikit analisa tentang wajah anak kecil, dan ternyata tidak cuma itu yang membuat anak kecil terlihat menggemaskan. Masih ada elemen wajah lain seperti alis, hidung, dan ukuran kepala.

Dan bahkan Anda bisa membadingkan sendiri perubahan bentuk muka manusia lewat video yang dibuat oleh seorang berkebangsaan Belanda di bawah ini. Selamat menyaksikan 🙂

sumber:

health.detik.com

Stamatopoulou,Despina. 2008Perception of Emotional Expression In Line-Drawings Created by Artists. Hellenic Journal of Psychology, Vol. 5

youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=RDEST6UGNv4

Ideal city dalam sebuah lagu

Filed under: architecture and other arts,ideal cities — monalisadeborah @ 11:04

Ideal city merupakan sebuah konsep kota ideal. Banyak orang telah mengutarakan pendapat mereka sendiri tentang ideal city melalui buku-buku yang telah dibuat. Ternyata ideal city itu sendiri tidak hanya dituangkan melalui buku, cerita fiksi, namun juga ada yang dituangkan melalui sebuah lagu. Seperti yang kita tahu, sebuah lagu digunakan untuk menyuarakan pendapat atau isi hati dari penulis ataupun penyanyi. Berikut ini saya memilih sebuah lagu dari John Lenon yang berjudul Image.

 

Imagine there’s no heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today…

 

Bait yang pertama mengisahkan tentang bagaimana si penulis lagu mengatakan tidak ada surga atau neraka, kemungkinan yang dimaksud tidak ada penghakiman

 

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace…

Bait yang kedua diamana penulis membayangkan tidak ada kota-kota, kemungkinan yang dimaksud orang-orang tidak terbagi-bagi dan tidak berperang karena berbeda kota, atau berbeda agama. Di kalimat terakhir terlihat keinginan si penulis tentang sebuah kota yang ideal itu dimana ada kedamaian diantara penduduk tanpa ada peperangan

You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one

Bait selanjutnya menceritakan bahwa setelah ia mengutarakan semua keinginan dan imajinasi tentang kota ideal menurutnya, orang-orang akan menganggapnya seorang pemimpi, karena semua imajinasi tersebut terlalu susah untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world…

Bait selanjutnya menceritakan dimana keserakahan akan harta dan kelaparan tidak ada. Bait ini menekankan dimana kota ideal menurut si penulis merupakan kondisi dimana penduduknya tidak terbagi karena kesenjangan sosial akan harta dan juga mengalami kelaparan.

You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will live as one

Bait yang terakhir merupakan pengulangan dari sebelumnya, dimana orang-orang akan mengatakan bahwa ia hanya seorang pemimpi tetapi penulis menyadari tidak hanya dia yang memimpikan tentang kota ideal itu dan masih berharap suatu saat keadaan tersebut terjadi.

Lagu Imagine ini lebih membahas tentang aspek penduduk sebuah kota ideal dan bukan membahas aspek bentuk atau tata letak dari kota ideal.

“The strength of the city lies not in it’s wall but in it’s people” –Plato, Precilies, Lycorgus, and Thocydides

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Plato dan pemikir Yunani lainnya, bahwa yang kekuatan dari sebuah kota bukanlah pada kemegahan, atau pertahanan dari kota tersebut tetapi yang merupakan kekuatan dari sebuah kota adalah dari penduduknya. Bagaimana dengan anda? Menurut kalian seperti apa kota ideal tersebut? 🙂

 

Sumber Lirik lagu

http://www.sing365.com/music/Lyric.nsf/Imagine-lyrics-John-Lennon/49604BC1C4A024AE48256BCA000779DD

Skwish Tensegrity

Filed under: everyday geometry — aninditarahmadhanisa @ 10:01

Mainan untuk anak anak saat ini sangat beragam. Mainan seperti boneka, robot, mobil-mobilan, atau Lego masih sering dimainkan, namun kalian tentu sering melihat banyak anak kecil sudah sangat “ansos” dengan memainkan iPad, handphone orangtuanya. Di satu sisi, memang teknologi sekarang menjadi penting, supaya gak ketinggalan jaman. Tp untuk anak-anak sebaiknya tidak bisa dibiasakan untuk memainkan iPad dll karena dapat mengganggu pertumbuhan motorik anak.

Skwish adalah mainan yang ditujukkan untuk bayi dan balita, mainan ini bisa ditarik maupun diremukkan, namun dapat kembali ke bentuk semula. Skwish pada dasarnya merupakan icosahedron yg menerapkan prinsip tense. Jadi dengan membeli mainan ini dapat mengembangkan kemampuan motorik bayi, karena bayi akan memainkan skwish dgn ditarik, digigit, ditekan, dll.

Jadi prinsip dari tensegrity adalah tension. Bentuk icosahedron berasal dr kubus yang kemudian diberikan garis garis dan kemudian disambung tetapI tidak saling bersentuhan sehingga terbentuk tegangan antara garis yg satu dgn yg lain. Bingung? Saya pun bingung menjelaskannya. Penjelasan matematisnya memang susah :p
Tetapi tensegrity ini adalah salah satu sistem struktur yg dapat digunakan.

Dari mainan bayi dapat digunakan untuk mempelajari sistem struktur tarik!

Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Tensegrity

http://tensegrity.wikispaces.com/Skwish

http://geometrytoys.com/

http://tensegriteit.nl/e-well-known.html

perception kids vs adults

Filed under: perception — catrindanik @ 08:06

persepsi. sering orang dewasa menganggap remeh akan persepsi anak kecil. terjadinya kesalah pahaman membuat dunia ini runyam. ungkapan seperti “apansi.. anak kecil gak tau apa-apa !!” atau… “diam kamuuu !!!! anak kecil gak boleh ikut campur !!!” atau lebih dramatis.. ” ehh berani-beraninya kamu ya masih kecil nasehatin saya !!! *plakkk* *menampar* ” ……… itu semua adalah memori saya akan beberapa film yang menggangkat cerita tentang anak yang disiksa para dewasa.

kasian juga ya.. anak kecil, masih polos , tersakiti, dan gak bisa apa-apa. butuh sesuatu yang bisa menengahi problema drama ini. kekerasan pada anak. ANAR foundation. adalah organisasi yang bergerak dalam bidang perlindungan anak dan remaja di Spanyol. tingginya kekerasan yang terjadi membuat organisasi ini membuat desain grafis yang mempermainkan persepsi anak dan remaja vs dewasa dalam upaya pertolongan pertama tindak kekerasan. layaknya sebuah pesan dari Sherlock Holmes, imajinasi anak membuat mereka ditempatkan pada posisi yang istimewa dalam proyek ini.

seperti inilah bentuknya..

anti-abuse-ad-537x402-1

Child Abuse

mencari titik dimana pesan ini hanya bisa ditangakap oleh anak.

hfjghkj

jhggu

image.jpg

pesan rahasia ini hanya untuk anak

1682912-poster-anar-foundation

dan peringatan yang tersirat untuk para orang dewasa.

xww

… memukau

hal yang sederhana menjadi luar biasa. mencari jalan lain memang membutuhkan cara berfikir yang sederhana, kreatif dan tepat sasaran. persepsi sangat bisa dimainkan dan dimanipulasi, cara termudah untuk menyampaikanya adalah melalui visual. jadi bagaimana menurut anda ? apakah dengan visual grafis seperti ini masalah problema semua akan terselesaikan ? mari kita coba..

referensi :

Fundación ANAR

Ruang Dimensi dan Arsitektur

Filed under: contemporary theories — tasyae @ 01:33

Saya menemukan pernyataan yang didapat dari http://parallax.aminus3.com/image/2008-06-29.html yang membahas tentang ruang-ruang dimensi arsitektur mulai dari ke-1 hingga ke-6. Intinya, menurut Esa Laaksonen, ruang-ruang tersebut secara urut berupa garis horizontal, sudut yang terbentuk oleh garis horizontal dan vertikal, ruang terbatas ataupun tidak terbatas, pengalaman menyeluruh, waktu/pergerakan, pemahaman tradisi pembangunan. Namun, jika dikaitkan dengan teori-teori dimensi pada umumnya, ruang dimensi pertama hanya berupa titik. Selanjutnya menjadi garis (memiliki satu sumbu), bidang (memiliki dua sumbu), bangun ruang (memiliki tiga sumbu), tesseract (memiliki empat sumbu), penteract (memiliki lima sumbu), hexeract (memiliki enam sumbu), dan begitu seterusnya. Jika diperhatikan, banyak hal yang berbeda pendapat.

 

Kali ini saya akan mencoba menggabungkan keduanya. Jika ruang dimensi pertama berupa titik, suatu karya arsitektural akan dijadikan titik secara keseluruhan dengan catatan tidak terhubung dengan hal-hal lainnya. Kemudian jika ruang dimensi kedua berupa garis secara horizontal dan vertikal, suatu karya arsitektural akan terlihat datar seperti gambar-gambar 2D pada umumnya. Jika ruang dimensi ketiga berupa ruang baik terbatas maupun tidak, suatu karya arsitektural akan terlihat nyata seperti yang kita lihat secara langsung dengan mata kita. Nah, ketiga ruang dimensi berikutnya ini yang menjadi jebakan. Menurut Rob Bryanton dalam bukunya “Imagining the Tenth Dimension” yang kemudian dibuat cuplikan-cuplikan videonya, kita hanya termasuk objek ruang dimensi ketiga karena kita dapat bergerak bebas hingga ruang dimensi ketiga sehingga untuk ruang-ruang dimensi selanjutnya hanya dapat dibayangkan. Ia pun berpendapat bahwa waktu bukan ruang dimensi, melainkan durasi yang merupakan ruang dimensi keempat. Pengalaman menyeluruh menurut Esa bisa jadi benar karena secara tidak langung terkait dengan durasi. Pengalaman ruang yang dialami akan berjalan satu arah, yaitu durasinya maju. Selanjutnya, ruang dimensi kelima menurut Rob adalah ruang peluang. Jadi, selain apa yang dialami kita saat ini, ternyata ada ruang-ruang lain dengan waktu yang sama tetapi dengan keadaan yang berbeda, misalnya bisa saja karya arsitektur tidak terbangun dalam wujudnya. Kemudian pada ruang dimensi keenam ruang peluang baik di masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan, dapat disinggahi. Hal ini dapat dikaitkan dengan sejarah tradisi pembangunan. Memang agaknya sulit untuk dibayangkan dan tidak sedikit yang tidak mempercayainya. Bagaimana dengan Anda, percaya? Jika ingin mengetahui penjelasan ruang-ruang dimensi lebih lanjut, silakan lihat di http://www.youtube.com/user/10thdim?feature=watch

Menang-Kalah

Filed under: everyday geometry — febbydiasry @ 00:25

Kita tidak akan bisa menang. Bahkan saat kita sedang duduk terdiam. Duduk termenung dalam kontemplasi akan hidup itu sendiri. Saat kita berpikir bahwa kita sedang diam, sebenarnya kita sedang menumpang di kendaraan besar berkecepatan 1669,97 km/jam bernama bumi. Jadi sejatinya kita tidak pernah diam. Kita terus bergerak. Begitu pula saat kita bergerak. Apakah kita benar-benar bergerak? Anggaplah kita semua bergerak secepat Usain Bolt (peraih medali emas olimpiade 100m) yang bisa menempuh 100 m dalam kurun waktu 9 detik lebih sedikit. Namun bila dibandingkan dengan kecepatan bumi (yang sudah disebutkan sebelumnya), kita sebenarnya tidak pernah bergerak. Kita selalu tertinggal dari bumi. Kita selalu ditinggalkan. Karena kita tidak akan pernah bisa mengejar bumi itu sendiri. Kita tidak akan pernah menang. Saat kita berpikir kita menang disitulah kita sudah kalah.

ImageImage

Abstraksi, Jembatan Keledai dan Kebudayaan Hindu-Bali

Filed under: locality and tradition — wayanjatasya @ 00:23

Akan selalu ada sebuah proses untuk mencapai Pura. Proses ini, secara umum, dibagi menjadi tiga dengan larangan-larangan berbeda di setiap bagiannya. Tiga tahapan ini merupakan simplifikasi dari pembagian dunia; bhur, bwah, dan svah. Akan selalu ada bunga dan dupa mengiringi doa. Bunga sebagai persembahan bagi Empu Bumi sedangkan dupa membuat mereka tetap sadar akan adanya si Empu; yang senantiasa mengawasi kehidupan mereka.

Dua contoh tersebut merupakan ‘jembatan keledai’ masyarakat Hindu-Bali untuk membantu memahami sebuah konsep yang lebih besar, alam dan ketuhanan.

Konsep tentang sesuatu kekuatan besar di balik alam tampak terlalu sulit untuk dimengerti. Mungkin, itu yang kemudian mendorong mereka untuk mengarahkan konsep besar ke hal (informasi) yang umum mereka temui. Ide tersebut berupa sebuah proses abstraksi.

Dalam abstraksi, sebuah konsep berasal dari penggunaan atau klasifikasi konsep yang nyata atau umum diketahui. Untuk menjadikannya abstrak, informasi tentu tidak dalam keadaan utuh. Terjadi proses reduksi atau pengurangan isi informasi sesuai dengan situasi.

Sehingga, kita dapat melihat contoh terakhir menjadi: untuk dapat hidup langgeng di Bumi, tentu perlu menyisihkan sebagian kepunyaan (yang direduksi dalam bentuk bunga) kepada si pemilik. Bila saya lakukan pendekatan pada konsep kita sehari-hari, dapat saya katakan masyarakat Hindu-Bali sedang membayar pajak pada si pemilik tempat. Sama dengan masyarakat kota Jakarta yang membayar pajak pada Pemerintah Derah.

Pernyataan saya tentang ‘jembatan keledai’ tentu merupakan proses abstraksi pemahaman saya terhadap proses ini pada masyarakat Hindu-Bali. Saya mengacu pada ‘jembatan keledai’ yang banyak digunakan dalam menghafal unsur-unsur dalam tabel periodik. Pembaca tentu familier terhadap istihal tersebut sehingga menjadi alasan saya memilih frase ‘jembatan keledai’.

Menariknya, abstraksi akan meninggalkan celah atau ruang bagi penerima informasi untuk mengisi lebih lanjut. Interpretasi yang terjadi tentu berbeda. Sebagian, hal ini dipengaruhi oleh latar pengetahuan akan konsep tersebut.

Terlebih lagi, untuk menjelaskan proses abstraksi, saya menggunakan proses ini untuk mendekatkan pembaca pada konsep yang mungkin masih asing di telinga.

Hitam Untuk Terlihat Langsing

Filed under: architecture and other arts,perception — fadilaliqa @ 00:21

Warna baju yang kita kenakan seringkali mempengaruhi keseluruhan penampilan kita. warna cerah membuat kita terlihat lebih bersemangat, sedangkan warna gelap membuat kita terlihat suram. Namun ternyata warna gelap terutama hitam sering digunakan oleh untuk menyamarkan bentuk tubuh yang kurang ideal.  Pakaian berwarna hitam yang dikenakan akan membuat badan terlihat lebih langsing, disebut-sebut karena hitam yang tidak memantulkan cahaya dibandingkan warna lainnya, sehingga tubuh tidak terlalu terlihat jelas bentuknyas.

DanielleISOGOFF_468x756

images

same_dress_different_size_m

Penyamaran bentuk tubuh dengan penggunaan pakaian berwarna hitam, termasuk ke dalam visual perception. Visual perception dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang telah terekam oleh otak manusia sebelumnya.

Yang ingin saya tanyakan pada post ini, apakah yang sebenarnya mempengaruhi visual perception kita terhadap bentuk tubuh yang terbalut pakaian berwarna hitam? Apakah ada pengaruhnya dari informasi media yang kita sering lihat tentang fashion dan bentuk tubuh ideal pada visual perception pakaian berwarna hitam ini?

Komentar dari kawan-kawan semua sangat saya harapkan 😀

Catur

Filed under: everyday geometry — adityanugroho23 @ 00:12

Catur adalah permainan strategi yang dimainkan oleh dua orang. Setiap orang memiliki 16 bidak catur pada saat permainan dimulai. Bidak digunakan untuk menyerang dan menangkap bidak catur lawan dengan tujuan meng-“checkmate” Raja yang dimiliki oleh lawan dengan menempatkannya di dalam ancaman tertangkap yang tak bisa dihindari. Atau permainan bisa dimenangkan dengan cara salah satu pemain ada yang mau mundur atau menyerah, biasanya karena telah kehilangan banyak bidak. Permainan dapat juga berakhir dalam keadaan seri.Image

Untuk mencapai tujuan utama tersebut, pemain harus melihat koneksi antar bidak catur yang satu dengan yang lainnya. Untuk memenangkan permainan ini dibutuhkan perencanaan yang matang dan harus bisa memperkirakan pergerakan lawan. Bidak catur harus ditempatkan sedemikian rupa dengan posisi yang kuat sehingga bidak lawan dapat terancam posisinya dan dapat dikalahkan. Demi melakukan hal ini, kita harus melihat koneksi antar bidak catur yang kita miliki sehingga dapat mempertahankan posisi yang kuat dan sekaligus menyerang lawan. Ketika ada satu titik yang lemah, maka posisi kita yang akan terancam.

Untuk memahami akan konektivitas antar bidak catur, maka kita harus melihat keseluruhan dari papan catur. Selain harus memahami bidak sendiri, kita juga harus memperhatikan dan memahami letak bidak catur lawan dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan oleh lawan.

Apakah konektivitas antar bidak catur ini dapat diterapkan di dalam dunia arsitektur?

 

Referensi:

http://en.wikipedia.org/wiki/Chess

Referensi Gambar:

http://susanpolgar.blogspot.com/2013/04/im-narayanan-srinath-keeps-asian-junior.html

persepsi?

Filed under: perception — andrinuroesman @ 00:06

Pernahkah kita berpikir akan bagaimana kita melihat dunia? Apakah satelit itu menampilkan gambar yang benar (akan bumi)? Bukankah mata tak pernah berbohong? Saat kita melihat ke lautan lepas, saat kita melihat ke batas horizon yang seakan menjadi garis pembatas dari bumi ini. Tak pernahkah kita tergelitik untuk merenungkan bahwa galileo galilei itu salah? Atau ini semua konspirasi yang dibuat oleh “pihak berkuasa” agar kita tidak menemukan “batas dunia” seperti yang diceritakan di banyak mitologi yang ada?

Image

Atau sebenarnya foto-foto yang diambil dari satelit-satelit yang ada di luar angkasa adalah rekayasa dari makhluk lain yang ada di dunia yang tidak pernah kita temui (alien)? Mungkin selama kita tidak pernah mengalami/melihat sendiri bumi dari luar angkasa, kita tidak akan pernah mengetahui bagaimana rupa bumi yang sebenarnya. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah sebenarnya kita tidak akan pernah mengetahui apa yang sebenarnya ada sampai kita dapat menafsirkan sendiri melalui persepsi visual yg kita miliki, seperti penafsiran-penafsiran yang sudah dipopulerkan orang-orang jaman dulu yang sudah dijelaskan di bagian awal postingan ini; horizon sebagai batas bumi, bumi itu datar, dan sebagainya. Bahkan bumi bulat bisa jadi hanyalah merupakan suatu persepsi ketika manusia baru mampu melihatnya dari jarak yang sangat jauh di angkasa luar. Karena kenyataannya bumi tidak bukat sempurna dan memiliki permukaan yang tidak rata. Jadi paham-paham yang kita pahami merupakan persepsi seseorang yang kebetulan mampu terpopulerkan dan diterima khalayak. Atau bukan?