bagaimana ilmu geometri membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin?
impossible objects adalah objek yang kita lihat tidak mungkin terbentuk dan menjadi ambigu untuk kita proyeksikan ke dalam bentuk nyata. Dalam mengidentifikasi geometri objek, impossible object membuat kita sulit memutuskan tentang bagaimana keterhubungan antara komposisi satu dengan yang lainnya dan bagaimana objek tersebut jika kita proyeksikan dalam bentuk tiga dimensi. impossible objects tersebut memiliki dasar klasifikasi secara dua dimensi:
1. Oscar Reutersvärd’s optical illusion (1934)
2. Impossible cube
3. penrose stairs
4. Blivet
5. Penrose triangle
Hal tersebut dapat terjadi karena sistem visual kita yang memiliki kecenderungan untuk menyederhanakan keadaan visual yang kita alami. Misalnya pada saat melihat sebuah objek di dunia nyata yang merupakan objek tiga dimensi. Dalam menyimpulkan sebuah informasi, sistem visual kita memiliki kecenderungan untuk menyederhanakanannya menjadi dua dimensi. sehingga informasi dua dimensi atau mental image yang kita persepsikan mungkin berbeda dengan objek tiga dimensi yang ada. Menurut saya, adanya mental image merupakan gambaran bagaimana ilmu geometri dan arsitketur bekerja karena melibatkan human perception sebagai unsur penyusunan geometrinya.
gambar diatas menjelaskan bagaimana sistem visual menyederhanakan sebuah informasi kedalam mental image
memahami prinsip dasar impossible object melalui penerapan ilmu geometri:
pada objek diatas, saya melihat susunan kubus yang membentuk segitiga. objek tersebut mengkomposisikan tiga warna sehingga kita menangkapnya dalam bentuk isometri. keambiguan objek terlihat karena terdapat komposisi tiga warna yang membentuk isometri kubus yang masing-masing memiliki sudut 90 derajat. sementara itu masing masing sudut segitiga seharusnya berjumlah 60 derajat. sehingga ketidak mungkinan jumlah derajat segitiga, 270 derajat, menjadi mungkin dengan adanya komposisi geometri. hal tersebut menunjukan bagaimana komposisi geometri yang ada bahkan dapat membantah sebuah ilmu yang ada sebelumnya.
selain karena adanya prinsip komposisi geometri dan cara melihat, menurut saya adanya klasifikasi platonic solid menjadi perangkap persepsi manusia saat melihat sebuah objek. misalnya pada penggambaran tetrahedron, hexahedron (cube), octahedron, dodecahedron dan icosahedron. Kelimanya terjerat dalam ruang tiga dimensi yang terbatas pada titik cartesian yang sama misalnya pada koordinat x,y,z. hal tersebut membuat kita merasakan ketidakmungkinan pada impossible object yang ada.
sementara itu, tidak hanya berpegang pada koordinat x y z, masih banyak koordinat dan bentuk lain yang dapat arsitek manfaatkan untuk membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. pada dasarnya konteks sangat berpengaruh dan harus diperhatikan dalam membentuk suatu objek geometri, misalnya posisi dan jarak dalam melihat, dan lain-lain yang terkait dengan faktor manusia yang melihat.
contoh lainnya terkait sistem yang berlangsung didalamnya :
dengan begitu, sangat mungkin ilmu geometri yang kita pelajari, untuk kita terapkan di kehidupan sehari hari dan membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dan menghasilkan apapun yang kita inginkan. yaitu dengan memahami betul konteks yang ada dan bagaimana konteks tersebut harus kita sejalankan dengan geometri dan arsitektur.
Sumber:
http://cognitive-geometrics.com/post/40737339705/impossible-objects
http://im-possible.info/english/articles/animation/animation.html
http://www.eylence.az/blogs/index.php/eylence/mafmkafnsafz_mafmkafnle_r
Hai Nadya! Posting Anda mengenai ilmu geometri membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin sangatlah menarik dan memberikan ilmu pengetahuan baru yang sebelumnya mungkin belum saya sadari. Saya sangat tertarik pada pemanfaatan ilmu geometri yang dikaitkan dengan sensibilitas manusia, dalam hal ini terkait dengan visual. Saya mengerti bahwa visualisasi merupakan unsur penting dalam pembahasan ini. Yang saya ingin tanyakan adalah apakah dengan menghilangkan elemen visual, penggunaan ilmu geometri dalam menciptakan yang tidak mungkin juga hilang atau dengan kata lain tidak dapat digunakan lagi? Adakah ilmu geometri yang mungkin anda ketahui dapat menciptakan yang “impossible” menggunakan unsur sensibiltas yang lain? Terima kasih! 🙂
Comment by amandaalarissa — March 29, 2015 @ 22:51