there’s something about geometry + architecture

May 13, 2013

Pengaruh Pencahayaan pada Emosi Pengunjung Restoran

Filed under: perception — valencia93 @ 02:19

Restoran merupakan tempat kita makan. Interior restoran sendiri sangat berperan dalam meningkatkan selera makan pengunjung. Kali ini, saya akan membahas bagaimana persepsi visual pengunjung terhadap cahaya dapat mempengaruhi emosi pengunjung untuk berselera makan atau justru menjadi tidak “mood” makan. Teori yang dijelaskan oleh J. J. Gibson (1979) mengenai persepsi visual, “affordances” yang diberikan oleh lingkungan dapat berbeda-beda tergantung pada informasi yang tersedia atau diterima oleh pengamat. Persepsi warna pada interior memang dapat menggugah pengalaman ruang pengunjung untuk meningkatkan nafsu makan. Informasi lainnya yang ditangkap oleh pengamat adalah cahaya pada ruangan.

Ketika kita masuk ke dalam restoran, pengunjung dibuat terkesan dengan interior restoran tersebut. Salah satu elemen interior tersebut adalah pencahayaan, baik pencahayaan buatan maupun alami yang menyinari ruang tersebut. Pada restoran cepat saji, interior didesain agar para pengunjung dapat makan dengan cepat sesuai dengan makanan yang disajikan dengan cepat, kemudian pengunjung yang satu bergantian dengan pengunjung lainnya. Berbeda halnya dengan restoran lainnya yang menciptakan suasana yang nyaman dan intim, sehingga para pengunjung betah berada di restoran tersebut. Bukan berarti restoran cepat saji ini melupakan faktor kenyamanan, terutama menjadi tempat untuk meningkatkan nafsu makan pengunjung.

Salah satu restoran cepat saji yang ada di Indonesia adalah KFC (Kentucky Fried Chicken). Warna merah menjadi warna dan tanda pada restoran cepat saji ini. Di seluruh outlet-nya menggunakan warna merah sebagai warna dominan. Selain sebagai warna pada logo KFC, warna ini juga digunakan pada interior ruangan. Secara visual, warna merah ini memberikan kesan terang pada ruang, namun jika berlebihan dapat menciptakan ruang yang panas. Pada penggunaan yang sesuai, warna merah merupakan warna yang membuat seseorang bergairah dan semangat, sehingga dapat digunakan pada restoran cepat saji untuk meningkatkan selera makan pengunjungnya.

Interior dengan dominasi warna merah ini tidak bekerja sendiri. Interior tersebut juga menggunakan warm light sebagai pencahayaan buatan, terutama pada bagian counter pembelian. Bantuan cahaya inilah yang juga memegang peranan penting dalam membangkitkan selera makan. Cool light memberikan sinar yang lebih biru, sehingga perpaduan antara cool light dengan interior warna merah dapat membuat ruang menjadi semakin terang dan tajam. Makanan akan tampak tidak menarik. Selain itu, seluruh ruangan akan menarik perhatian pengunjung daripada makanannya sendiri. Warm light menghasilkan sinar berwarna merah, oranye, dan kuning. Lampu ini jika dipadukan dengan warna merah akan mengurangi intensitas kecerahan warna yang mencolok tersebut. Ruangan terlihat lebih tidak silau (atau terlalu terang) dan luas. Hubungan antara pengunjung dengan makanan meningkat dan lebih intim, sehingga dapat meningkatkan selera makan pengunjung.

Pemilihan pencahayaan buatan pada restoran memang hanyalah permainan visual yang “dinikmati” oleh mata. Padahal di restoran lebih memanjakan indera pengecapan untuk menikmati makanan. Bukan hanya persepsi pada warna interior, namun juga cahaya yang berada di sekitarnya. Pemilihan pencahayaan yang kurang tepat dapat berpengaruh pada emosi pengunjung dalam menikmati makanan tersebut. Nah, bagaimana pengaruh cahaya pada aplikasi warna di interior restoran lainnya? Silahkan dicoba. 🙂

Referensi:

McLeod, Saul, 2007, Visual Perception Theory, [Online], (http://www.simplypsychology.org/perception-theories.html), diakses tanggal 28 April 2013

—–, 2012, [Online], (http://edupaint.com/diskusi/fungsi-tempat-makan/2025-merah-dan-oranye-untuk-kesan-berselera-pada-rumah-makan.html, diakses tanggal 12 Mei 2013

3 Comments »

  1. lalu bagaimana dengan warung yang pencahayaannya remang-remang? kan ada tuh yang menikmati kualitas ruang ‘sederhana’ seperti itu. mungkin gak ya cahaya jenis tertentu mengundang orang orang jenis tertentu? contohnya mungkin yang warnanya ngejreng2 cenderung anak2 abg yang kesitu, atau yang warnanya pastel2 ditujukan untuk para bayi dan anak2.

    Comment by dendydm — May 16, 2013 @ 09:22

  2. Saya tertarik dengan apa yang disampaikan dendy. Tapi disini saya lebih tertarik untuk membahas kualitas cahaya remang-remang pada cafe/resto yang sedang digandrungi remaja jaman sekarang bukan warung 🙂 Menurut saya pribadi pencahayaan remang-remang pada cafe dan restoran yang sekarang sedang digandrungi anak muda itu berbeda tujuan dengan yang digunakan pada KFC, McD dan sejenisnya. KFC, McD, merupakan restoran cepat saji dimana targetnya adalah sebanyak mungkin pengunjung dilayani dalam waktu yang singkat. Pengunjung yang makan/minum di restoran cepat saji ini juga lebih cepat pergantiannya dibandingkan cafe dan restoran dengan pencahayaan remang-remang ini. Pengunjung restoran cepat saji hanya bertujuan untuk makan/minum lalu pulang, sedangkan cafe dan resto yang remang-remang didesain agar pengunjungnya betah di dalam restoran, menikmati hidangan dari appetizer, main menu, hingga dessert. Biasanya tempat ini disukai anak muda untuk berkumpul dengan kerabat, teman, ataupun menjadi tempat bertemu dengan klien bagi yang sudah bekerja. Hal ini menyebabkan pergantian pengunjung yang duduk di dalam resto juga lebih lambat. Warna merah memicu nafsu makan orang, selain itu warnanya yang mencolok juga membuat restoran cepat saji ini menjadi iconic sehingga mudah ditemukan pengunjungnya. Pencahayaan warm light yang digunakan di cafe/resto remang-remang tidak menggunakan warna kontrast seperti merah, tapi lebih kepada warna oranye dan kekuningan, warna tersebutlah yang menimbulkan efek hangat nyaman untuk tetap berada di dalam cafe/resto.

    Comment by naditaamalia — May 27, 2013 @ 20:33

  3. Terima kasih atas komentarnya teman-teman.

    Tentu saja kualitas ruang dalam topik ini lebih didapatkan dari efek visual dapat disesuaikan dengan target pasar dari tempat makan itu sendiri. Misalnya warna yang cerah cenderung disukai oleh anak-anak. Selain disebabkan warna tersebut memang mencolok dan menarik perhatian anak-anak,survei yang dilakukan oleh Departemen Pengembangan Anak di California State University Fullerton menunjukkan bahwa warna tersebut mengungkapkan kebahagian dan kegembiraan. Karakteristik dari anak-anak yang penuh semangat dan aktif dicerminkan pada ruang tersebut. Pencahayaan untuk ruangan dengan target pasar anak-anak justru cenderung menggunakan warna cool day light untuk mendapatkan kualitas ruang yang terang. Jika restoran/cafe yang mempunyai target pasar anak-anak, namun menggunakan pencahayaan warm light, maka anak-anak dapat menjadi pasif dan justru menjadi tidak nyaman di restoran tersebut. Sedangkan untuk para remaja awal, 12-15 tahun – penggolongan umur remaja menurut Petro Bloss (1962) – mereka cenderung untuk berkelompok. Cafe yang menggunakan pencahayaan warm light tersebut justru dapat meningkatkan intensitas dan keintiman dari kelompok remaja tersebut saat makan sambil berinteraksi. Pencahayaan warm light ini dipadupadankan dengan range warna cokelat dan hijau yang memiliki dampak psikologis kehangatan dan kesegaran pada kualitas ruang. Remaja yang sudah penat dengan tugas sekolah maupun aktivitas sehari-hari diharapkan dapat bersantai di restoran tersebut. Sesuai dengan kualitas yang diinginkan, para remaja maupun kerabat dapat berlama-lama di restoran/cafe tersebut dan tidak terburu-buru seperti yang digunakan pada restoran cepat saji. Oleh karena itu, pentingnya kualitas pengaruh pencahayaan pada restoran dalam mempengaruhi emosi pengunjung sesuai dengan sasaran pengunjung. 🙂

    Sumber:
    http://health.detik.com/read/2011/04/14/120159/1617042/764/warna-bisa-pengaruhi-psikologis-anak
    http://rendywirajuniarta.blogspot.com/2011/04/teori-perkembangan-masa-remaja.html

    Comment by valencia93 — May 31, 2013 @ 17:47


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment