there’s something about geometry + architecture

May 31, 2017

Ideal City dalam Perspektif Manga ‘Attack on Titan’

Filed under: ideal cities — Rafi Mentari @ 19:50

Merupakan suatu karya fiksi manga Jepang karya Hajime Isayama (menyusul pembuatan anime-nya) yang menggambarkan sebuah dunia dimana umat manusia tinggal di kota-kota yang dikelilingi oleh tembok besar untuk bertahan dan berlindung melawan manusia raksasa yang memakan manusia, yaitu Titan.

Lebih dari 100 tahun sebelum awal cerita, para Titan muncul dan hampir melenyapkan umat manusia dengan memakannya. Sehingga, dibangunlah dinding raksasa dengan tiga rangkaian untuk bertahan hidup dari para Titan. Wall Maria merupakan dinding yang berada paling luar pada rangkaian, kemudian ada Wall Rose yang terletak di tengah bagian kota, dan Wall Sina yang merupakan dinding pertahanan paling dalam yang juga dapat disebut sebagai kota ideal (Gambar 01). Terlihat geometri bentuk menunjukkan lingkaran dan persegi untuk mencapai bentuk bangunan dinding raksasa agar keamanan serta kehidupan umat Manusia terjaga dari para Titan. Dari sini, saya kemudian mengutip Windsor-Liscombe, dimana “geometry to develop the layout of ideal cities”.

1Gambar 01. Gambaran bentuk geometri dinding raksasa pada cerita Attack on Titan.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

Dinding-dinding tersebut merupakan salah satu pembentuk kota yang ideal bagi umat manusia didalam Wall Sina, karena manusia telah hidup dalam kedamaian tanpa pernah melihat Titan. Walaupun bila ditelaah kembali, masyarakatnya dapat dibilang terisolasi dari dunia luar. Akan tetapi, dengan keadaan terisolasi seperti ini, merupakan sesuatu yang ideal untuk sebuah kota yang aman dan tentram. Apalagi, dalam cerita, Wall Sina dapat mendapatkan segala kebutuhan untuk bertahan hidup dengan mudahnya.

Seiring berjalannya waktu, dinding raksasa tersebut ditambahkan berbagai macam fitur. Bagian atasnya dilapisi dengan meriam untuk membidik dan menembak Titan yang berada diluar wilayah yang dekat dengan dinding pembatas (Gambar 02). Karena para Titan tertarik pada kepadatan manusia, para komandan pun memusatkan pertahanannya di distrik-distrik (Gambar 03) tertentu dimana para kaum pinggiran yang miskin banyak bertinggal. Karena, walaupun semua yang berada didalam lingkup tembok raksasa secara garis besar telah aman dari para Titan, tentu hal ini kembali lagi kepada unsur ekonomi dan politik dimana mereka yang memiliki uang dan kekuasaan-lah yang dapat menjajakan diri di Wall Sina. Kalau tidak, tentu mereka harus menerima untuk tinggal di daerah pinggiran yang sekiranya paling berbahaya bila ada invasi Titan.

2Gambar 02. Bagian atas dinding Wall Maria menghadap salah satu distrik.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

3
Gambar 03. Distrik di cakupan Wall Maria, dinding terluar.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

Walaupun ini hanyalah sebuah fiksi, namun saya dapat melihat bagaimana persepsi kota ideal di kawasan Wall Sina diterapkan. Mengaitkan tulisan ini dengan kutipan Thomas More, dimana “… any form of ugliness has no place in ideal city.” Selain itu, saya juga mengutip Plato, dimana “Only the elite was capable of introducing harmony and order into the chaotic urban environment through ideal city planning”. Akan tetapi saya juga memahami bahwa tentunya persepsi ideal akan berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung bagaimana kondisi kota tersebut. Setiap kota yang dianggap ideal tentu memiliki karakter yang berbeda. Hanya tinggal bagaimana kita merespon terhadap perbedaan karakter tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah kota yang ideal atau bukan.

Di kota dalam Wall Sina, saya melihat kota ideal terbentuk bukan hanya karena memberikan keamanan dan keselamatan yang didapat oleh warga Wall Sina, namun juga memberikan kebutuhan yang selalu terpenuhi dan merupakan kota yang tertata rapi (Gambar 04) bila dibandingkan kota lain disekitarnya (Gambar 05).

4Gambar 04. Lapangan dan bangunan yang tertata rapi di dalam Wall Sina.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

5
Gambar 05. Perbandingan dengan kota yang bukan Wall Sina yang tidak tertata.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

Rafi Mentari (1606842000)

May 30, 2017

Barcelona’s Superblocks: The Ideal City?

Filed under: classical aesthetics,ideal cities,locality and tradition — raynaldsantika @ 08:46

Jawaban dari pertanyaan di atas tak lain dan tak bukan berdasarkan pada keinginan kita di era globalisasi ini; apakah kita seharusnya merancang sebuah kota yang ideal berdasarkan pada masyarakat yang ada di dalamnya (civitas) atau untuk kemajuan hidup manusia?

1677

Denah kawasan Eixample di Barcelona (1859), oleh Ildefons Cerdà. Ilustrasi: Archives of the Kingdom of Aragon, Barcelona/Ministerio de Cultura/Ministerio de Cultura

Barcelona pada awalnya memiliki konsep grid yang pada awal mulanya dirancang oleh Ildefons Cerdà, Bapak Urbanisasi, sekitar tahun 1850an. Konsep grid dengan setiap blok nya berbentuk oktagon ini pada awalnya didesain untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang saat itu sedang dalam tahap yang memprihatinkan, dimana banyak penyakit timbul diakibatkan oleh penataan kota yang sangat buruk; salah satunya adalah keberadaan ruang terbuka hijau yang sangat kurang. Cerdà, sebagai seorang arsitek, urban planner, dan juga humanis pada saat itu, mengembangkan konsep ini agar ruang terbuka hijau di Barcelona dapat dengan mudah dijangkau oleh masyarakat dan jumlahnya bertambah banyak.

20568100a2f64eaf2c1dc6d9dd667f5b.jpg

Perubahan penggunaan konsep octagonal grid oleh Cerdà yang lambat laun mengubah ruang terbuka hijau menjadi ruang privat. Ilustrasi: Pinterest

Hal ini kemudian menjadi bumerang bagi Barcelona di era globalisasi dimana mobil merajalela dan solusi yang tadinya untuk kepentingan kesehatan justru berbalik menjadi sumber dari 1200 kematian yang ada di Barcelona setiap tahunnya karena level nitrogen dioksida yang melebihi batas maksimum. Oleh karena itu, pemerintah Barcelona kemudian menggodok kembali konsep grid ini dan menjadikan adanya Superblock dalam struktur kota. Superblock memungkinkan 9 blok untuk menjadi satu dan membuat jalan di dalamnya bebas dari kendaraan publik dan hanya boleh dilalui mobil pribadi dengan kecepatan 10 km/jam, sedangkan pada perimeter Superblock diperbolehkan kendaraan umum lainnya. Hal ini akan diujicoba pada beberapa neighborhood yang kemudian akan diterapkan pada seluruh wilayah kota.

01 esquema superilla

Rute Hitam memperbolehkan transportasi publik dan mobil dengan kecepatan 50 km/jam, sedangkan Rute Hijau hanya memperbolehkan mobil pribadi dengan kecepatan 10 km/jam dengan memprioritaskan pejalan kaki dan pengguna sepeda. Ilustrasi: BCNecologia

tumblr_inline_o7fbgcMsHW1r97ndl_540

Kawasan potensial di Barcelona yang akan diujicoba menggunakan Superblock (pembagian secara merata pada di seluruh kota). Ilustrasi: BCNecologia

Yang menjadi sorotan utama dari pembenahan kota ini adalah bagaimana pemerintah Barcelona kembali menerapkan kota yang berbasis pejalan kaki, seperti yang dikemukakan oleh Jane Jacobs pada argumennya. Order di dalam arsitektur banyak dikemukakan, oleh Mies Van der Rohe misalnya, merupakan hubungan antara parts to the whole. Parts dan whole ini yang kemudian diimplementasikan secara gamblang oleh konsep Superblock ini membuktikan bahwa order yang dibutuhkan dalam sebuah kota yang ideal adalah bahwa jika komponen di dalamnya bekerja dengan baik dan komponen-komponen di dalamnya bekerja secara semestinya dan tidak saling mengganggu satu sama lain (Lofland,1988). Urban room yang kemudian akan lebih diutamakan di dalam kota Barcelona ini kemudian menjadi salah satu konsep yang diambil dari para pendahulunya dimana kota yang ideal dimaksudkan untuk pejalan kaki. Namun, yang menjadi pembeda adalah bagaimana konsep kota ini diterapkan pada seluruh kawasan dan bukan hanya terpusat di kawasan bisnis atau dimana orang-orang borjuis bermukim. Hal ini kemudian menekankan bahwa ideal city adalah konsep yang dapat dinikmati oleh semua masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Adrian Forty, dimana arsitektur merupakan instrument dari social order.

shutterstock_151691564

Konsep Superblock  akan menambah wilayah bebas kendaraan untuk pedestrian.
Ilustrasi: Filipe Frazao (Shutterstock)
La Rambla in Barcelona

Apakah anda setuju dengan konsep Superblock dalam menjadikan sebuah kota sesuai dengan konsep ideal city?

Raynald Santika – 1406566413

Sumber:

Bausells, Marta. 2016. ‘Superblocks to the rescue: Barcelona’s plan to give streets back to residents’. Barcelona: The Guardian. Accessed on May 30, 2017, 8.55 AM

Bausells, Marta. 2016. ‘Story of cities #13: Barcelona’s unloved planner invents science of ‘urbanisation”. Barcelona: The Guardian. Accessed on May 30, 2017, 9.00 AM

 

 

 

Filed under: Uncategorized — nikenrahadiani @ 00:09

GESTALT PRINCIPLE IN MUSIC :

TEMPORAL GESTALT PRINCIPLE IN MUSIC COMPOSISITION

A. Teori Gestalt yang teraplikasikan pada musik

Gestalt adalah sebuah term psikologi yang berarti “unified whole” atau keutuhan. Hal ini merujuk kepada teori persepsi visual yang dikembangkan oelh Psikologis asal jerman pada tahun 1920-an. Teori ini, mecoba mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang untuk mengorganisasi elemen visual kedalam kelompok-kelompok atau mencari ‘keutuhan’ ketika prinsip-prinsip atau teori tententu ditrapkan. Hal ini terjadi kaena otak manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan self-organizing­ terhadap objek-objek yang tertangkap indera. Jadi, dalam teori Gestalt ini, kita akan mengalami keseluruhan objek sebelum kita dapat mencerna labih lanjut pada bagian-bagian kecil yang meyusun objek tersebut.  Prinsip-prinsip dasar dalam gestalt ini adalah : Similarity, Continuation, Closure, Proximity, Figure Ground. Pada kesempatan kali ini, saya hanya akan membahas 3 dari 5 prinsip tersebut.

  1. Closure

Prinsip closure ini terjadi ketika sebuah objek tidak lengkap (secara visual) atau terdapat ruang-ruang / jeda pada sebuah objek yang membuatnya tidak tertutup atau tidak lengkap secara sempurna. Jika ada cukup bentuk yang ditunjukkan, orang akan menerima keutuhan objek tersebut dengan mengisi/melengkapi informasi yang hilang. Jadi, closure adalah kecenderungan otak untuk memahami suatu paket elemen individual sebagai keutuhan objek yang satu, daripada banyak elemen yang disusun-susun.

Ax Contoh :

Meskipun panda di samping tidak utuh, namun ada cukup bentuk untuk direpresentasikan sebagai objek utuh oleh mata.

“When the viewer’s perception completes a shape, closure occurs.”

 

Ringkasan : -Otak mengisi jarak/ruang yang kosong

-Berdasarkan pola-pola yang dapat dikenali

-Dibangun dari ekspektasi dan/atau perkiraan

Dalam penerapannya pada musik, silahkan lihat video di bawah ini. Dalam sebuah talkshow yang membahas sebuah buku yang berjudul “Notes & Neurons : In Search of the Common Chorus pada 12 Juni 2009, Bobby McFerrin mendemonstrasikan dan menunjukkan bagaimana manusia cenderung membangun sebuah persepsi audio terhadap nada-nada yang sebenarnya tidak nyata (karangan Bobby McFerrin). Video ini medemonstrasikan prinsip closure yang diaplikasikan pada skala dan harmoni pada musik.

Bila dicermati, video ini sangat menarik dan menunjukkan sebuah fakta bahwa prinsip gestalt tak hanya bekerja secara visual, namun juga pada indera lain yang terkorelasi dengan otak (yang membentuk persepsi terhadap “wholeness” nya. Pada 25 detik pertama, McFerrin membangun persepsi audio kepada para audience dengan mulai mengarang sebuah nada tunggal dan meminta audience untuk mengulang nada tersebut beberapa kali. Hal ini dibarengi dengan sikap tubuhnya yang secara visual dapat dilihat lompat di atas sebuah titik (fana) di atas paggung utuk mempertegas ‘keberadaan’ nada tersebut.

Dalam prinsip psikologi, hal ini bertujuan agar orang lain memahami dan menyerap betul apa yang kita sampaikan hingga melekat pada persepsinya. Selanjutnya, McFerrin menambahkan 1 nada tunggal lagi (yang lebih tinggi)  dan mengajak audience untuk mengulanginya lagi beberapa kali. Lagi, McFerrin mengambil sikap tubuh dengan melompat ke samping kirinya yang kemudian akan membangun persepsi visual bahwa area kiri McFerrin adalah lokasi nada-nada yang lebih tinggi sedangkan area kanan adalah lokasi nada-nada yang lebih rendah.

Pada tahap ketiga, McFerrin mengombinasikan 2 nada tersebut dan mengulangnya beberapa kali. dengan sikap tubuh yang lompat kiri-kanan. Pada detik ke 30, ketika persepsi audience akan nada yang disampaikan sudah ‘masuk’ kedalam pemahaman mereka dan mereka menjadi terbiasa dan mengenali pada pola-pola yang dihadirkan,  McFerrin melompat jauh ke kiri, tempat dimana ia BELUM mencontohkan nada yang seharusnya berada di lokasi itu. Namun, secara otomatis audience meyuarakan 1 nada yang sama, meskipun McFerrin menginjak pada lokasi dimana statement nada BELUM dibangun (ada jarak/ruang kosong)

Hal ini membuktikan bahwa teori gestalt dapat berlaku pada inndera manusia lain juga, selain visual dan prinsip closure bahwa otak cenderung mengisi jarak/ruang yang kosong  apabila sudah terdapat cukup informasi dari bagian-bagian lain, dapat terjadi pula dengan indera lain seperti indera pendengar. Dan hal ini terjadi bukan spontan, melainkan karena telah terjadi pembiasaan oleh audience yang menyebabkan mereka memiliki persepsi terhadap apa-apa yang sudah dicontohkan McFerrin.

Karena itulah, pemain musik yang handal biasanya dapat bermain alat musik dengan mata tertutup dan dapat memprediksi nada apa yang selanjutnya akan ia mainkan, karena persepsi akan nada-nada pada musik dan lokasinya pada alat musik, sudah tergambar jelas pada alam bawah sadarnya.

 

2. Continuity

Terjadi ketika mata terdorong untuk bergerak melalui satu objek dan menerus ke              objek lain.

continuation_a

Continuation atau kemenerusan yang terjadi pada contoh disamping, adalah karena mata kita akan secara natural mengikuti garis atau kurva yang terlihat pada objek. Kurva halus yang bersifat flowing dan memotong huruf “H”, menuntun kita langsug pada daun mapple.

 

Dalam prinsip kontinuitas, elemen-elemen yang disusun berdasarkan garis lurus atau kurva akan dapat di cerna dan diterima daripada  elemen-elemen yang disusun tidak berdasarkan garis dan kurva.

                                     “Continuity provides integration”

Dalam musik, kontinuitas memiliki relasi kengan kausalitas, yaitu repetisi dari suatu sebab-akibat.

Gesture= kausal

texture = non kausal.

Video di atas adalah orkestra musik yang memainkan karya Steve Reich, “Music for 18 Musicians-Pulse”, di Opera City Concert Hall in Tokyo, May 21,2008.  Pada video di atas, semua elemen pemain musik yang terlibat memainkan suatu rangkaian partitur dengan ritme nada yang sama sepanjang pertunjukkan.

Untitled-3

Pola yang diulang-ulang meski terjadi perbedaan tingkat kekuatan penekanan tuts pada beberapa titik (yang telah di setting), menimbulkan persepsi kontinuitas pada otak sehingga kita dapat memprediksi kemungkinan bagaimana part selanjutnya dari partitur akan berlangusng dan bagaimana ending dari pertunjukan ini. Secara natural kita akan menmpatkan 1 set pola yang telah kita dengar menjadi 1 set pola nada selanjutnya.

dfdfdf

karena keberulangan yang telah ditampakkan sebelumnya, audience dapat dengan mudah meprediksi set pola berikutnya dengan mengintegrasikan pada pola sebelumnya. Sehingga, kontinuitas pun dengan natural dapat terjadi.

             3. Figure and Ground

                  Mata kita membedakan bentuk-bentuk objek dari lingkungan sekitar. Form, siluet, atau shape dapat secara natural kita terima (tangkap) sebagai objek (figure). Sementara, kondisi sekitarnya adalah latar belakang (ground/background).

Dalam prinsip ini, objek/figur cenderung dipisahkan dari background mereka berdasarakan banyak variabel pembedanya (contoh : kontras, warna, tekstur, ukuran)

Menyeimbangkan figure dan ground dapat membuat persepsi penerimaan kita terhadap suatu objek lebih jelas. Menggunakan relasi figure/ground yang tak biasa dapat menambah nilai ketertarikan pada suatu benda/ objek.

SAYA.

 

Kata di atas sangat jelas dapat diterima sebagai figure dari keadaan sekitarnya yang berupa ruang putih

fig_grnd01

Gambar di samping menunjukkan relasi antara figure dan ground yang berubah-ubah tergantung mata kita menerima persepsi form  objek yang berasal dari shade atau dari siluet muka orang.

 

 

 

fig_grnd02

 

Gambar di samping menggunakan relasi antara figure/Ground yang cukup kompleks yang membentuk persepsi image daun, air, dan batang pohon yang dibentuk dari permainan figure da ground. Misal, batang pohon hadir karena lekukan image air yang berwarna putih terpotong ditengah membentuk garis lurus.

 

 

Figure/ground juga dapat di aplikasikan pada musik. dalam karya Elaiane Radigue yang berjudul Transmorem transmortem (1973) yang akan Saya tampilkan berikut ini, anda akan dapat menebak :
depth of field dari keseluruhan atmosfer yg dibentuk oleh suara yang ditampilkan

backgrund vs foreground

accented vs non-accented

-texture vs gesture

-melody vs harmony

 

dfdfafafa

Dengan konsistensi musik yang demikian, kita dapat dengan mudah terbiasa dengan pola stagnan yang dihadirkan dan dapat dengan mudah pola membedakan yang mana unsur figure yang mana unsur ground.

Dari ketiga contoh di atas, kita dapat mengatakan bahwa Teori dan prinsip gestalt dapat diaplikasin tidak hanya secara visual namun juga audio, selama dalam manipulasinya kita tetap berpegang pada arti dari masing-maisng prinsip gestalt tersebut.

Keseluruhan pengetahuan ini bukan tidak mungkin diaplikasikan dalam ranah arsitektur dalam tingkatan yang lebih kompleks. Dengan menyilangkan pengetahuan ini dengan berbagai elemen lain dalam arsitektur (contoh, teori kevin lych mengenai 5 elemen dalam suatu kota), gestalt yang di manifestasikan terhadap panca indera manusia bisa saja dapat membentuk keseimbangan urban dari sebuah kota yang menciptakan segala alur yang terjadi di sana menjadi lebih bercerita, hidup, dan dipersepsikan dengan lebih menarik.

 

Sumber :

http://graphicdesign.spokanefalls.edu/tutorials/process/gestaltprinciples/gestaltprinc.htm

https://www.lynda.com/Dreamweaver-tutorials/Gestalt-principles/82822/97990-4.html

https://prezi.com/w7ypvcvaymd8/gestalt-principles-and-music/

 

-Niken Rahadiani Maheswari/1406530722-

 

May 29, 2017

Zootopia: The Ideal City

Filed under: Uncategorized — hutaari @ 18:21

satisfying one’s conception of what is perfect; most suitable

adalah definisi dari kata “Ideal” yang tercantum di kamus Oxford. Merujuk kepada pengertian ini (perfect dan most suitable) teringat akan sebuah kota yang saya rasa cukup menggambarkan pengertian tersebut.

Apakah kalian familiar dengan Zootopia? Ya, Zootopia adalah kota yang menjadi setting film animasi garapan Disney dengan judul yang sama di tahun 2016 kemarin. Dalam film tersebut, Zootopia dikatakan sebagai kota terbesar di dunia yang dihuni oleh berbagai spesies hewan dari seluruh penjuru dunia. Anyone can be anything, demikian quotes yang beberapa kali diulang sepanjang film untuk mendeskripsikan kehidupan di Zootopia. Lalu apa yang membuat Zootopia adalah kota yang ideal?

Zootopia2

Gambar 1. Zootopia dengan berbagai ekosistem di dalamnya

Jika kita merujuk pada Ideal City yang digagas pada zaman modern yang begitu kental dengan prinsip order, Zootopia akan dapat dikatakan ideal apabila semua yang berada dan terjadi di dalamnya memiliki aturan dan mengikuti aturan tersebut.

a place for everything and everything in its place“,

demikian pendapat Lofland mengenai order. Seperti yang saya sebutkan, Zootopia dihuni oleh berbagai spesies hewan dari seluruh penjuru dunia. Berarti, tidak semua hewan yang hidup di Zootopia dapat hidup di satu jenis ekosistem yang sama. Dalam film ini, seperti yang tergambar pada gambar di atas, Zootopia memiliki beberapa distrik besar, yaitu Sahara Square yang berupa habitat padang pasir, Tundratown yang berupa habitat kutub yang dingin dan bersalju, Rainforest District yang berupa habitat hutan hujan, dan Savanna Central yang merupakan habitat padang rumput dengan suhu dan kondisi yang paling netral di antara semua distrik. Dalam dunia nyata, ekosistem-ekosistem yang sangat berbeda karakteristiknya ini tidak mungkin berada dalam satu kota yang sama karena karakteristik tersebut muncul dari kondisi geografis tempat-tempat tersebut terhadap bumi. Namun dalam Zootopia, teknologi sudah begitu maju sehingga memungkinkan untuk memanipulasi dan membuat habitat buatan yang sangat persis dengan aslinya. Dengan begitu, tiap spesies dapat hidup di ekosistemnya masing-masing dalam kota yang sama. Tiap spesies memiliki tempatnya sendiri, everything in its place.

zootopia.png

Gambar 2. Distrik-distrik di Zootopia

Tiap distrik tentu memiliki ciri khasnya masing-masing. Seperti Savanna Central yang memiliki City Hall, Tundratown dengan fasilitas olahraga musim dingin, Sahara Square dengan casino dan hotel termegah di Zootopia dan sebagainya. Meskipun begitu, tiap distrik tetap memiliki kawasan huniannya masing-masing yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan komersial seperti pertokoan, juga fasilitas umum dan sosial lainnya sehingga antarspesies yang berbeda tetap dapat berinteraksi satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan jalan yang penuh dengan kendaraan yang memiliki ukuran yang berbeda-beda, juga berbagai jenis hewan yang berlalu-lalang dan beraktivitas di satu tempat yang sama. Contoh lain ditunjukkan oleh gambar berikut.

Zootopia1

Gambar 3. Zootopia Express

Gambar berikut adalah salah satu kereta yang akan berhenti di Zootopia. Kereta ini tidak hanya memiliki satu namun tiga jenis pintu dengan dimensi yang berbeda untuk menyesuaikan ukuran fisik penumpangnya. Dari posisi jendela juga dapat kita lihat bahwa kereta tersebut memiliki berbagai ukuran kursi untuk memaksimalkan kenyamanan penumpangnya selama perjalanan. Hal ini mengindikasikan bahwa tiap spesies hewan memiliki akses terhadap transportasi umum dan mendapatkan tingkat kenyamanan yang sama. Sepanjang film juga ditunjukkan bahwa terdapat berbagai macam transportasi umum yang dapat digunakan baik untuk berpindah distrik maupun di dalam distrik itu sendiri, seperti bis, potongan es yang menjadi perahu sampai gondola yang menggantung di antara pohon-pohon yang sangat tinggi di hutan hujan. Tiap fasilitas pun dapat digunakan oleh semua spesies tidak peduli besar atau kecil karena memiliki desain khusus yang saling menyesuaikan, a place for everything.

Saya rasa, Zootopia dapat dikatakan ideal tidak hanya karena terdapat order yang mengatur kota tersebut secara fisik maupun sosial, namun juga karena dengan adanya berbagai aturan tersebut Zootopia dapat memenuhi kebutuhan semua penduduknya dan tidak hanya mementingkan kebutuhan satu golongan atau spesies. Semua orang dapat hidup berdampingan dalam perbedaan, namun tetap merasa nyaman satu sama lain, bukankah hal tersebut yang paling ideal untuk sebuah kota? Namun tentunya, Zootopia hanyalah utopia, sebuah tempat yang tidak nyata dan terlihat mustahil untuk direalisasikan.

Nah, apakah menurut kalian Zootopia adalah kota yang ideal? Bagaimana kota yang ideal menurut kalian?

Hutari Maya Rianty – 1406530470

references:

Utopia dalam film La La Land

Filed under: architecture and other arts,ideal cities — dindaayu6 @ 11:56
Tags: , , ,

La la land adalah sebuah film bertema romantis musikal yang berasal dari negara Amerika. Film ini mulai tayang dibioskop Indonesia pada bulan Februari 2017. Disutradarai oleh Damien Chazelle dan dibintangi oleh Ryan Gosling dan Emma Stone. Film ini bercerita tentang hubungan antara dua tokoh, yaitu Mia (Emma Stone) dan Sebastian (Ryan Gosling) dengan kota Los Angeles sebagai latar belakang. Dalam cerita ini Mia dan Seb berusaha untuk menggapai mimpinya di kota Los Angeles sebagai aktris dan pemilik bar dengan tema Jazz.

Dalam film ini kota Los Angeles digambar sebagai kota utopia yang sangat berbeda dengan kenyataannya. Konsep-konsep utopia ini digambarkan dalam setiap lagu dalam film La La Land ini. Pada awal film digambarkan bahwa terjadi kemacetan di jalanan kota Los Angeles. Kemacetan ini menggamparkan perasaan Mia akan kota Los Angeles yang merupakan kota yang sibuk. Namun ditengah-tengah kemacetan ini, para warga kota bernyanyi lagu berjudul “Another Day Of Sun” dengan kostum yang berwarna warni.

Picture1a

(Sumber: http://brightlightsfilm.com/los-angeles-cinema-utopia-la-la-land-racism/#.WSuXUuuGPIU)

maxresdefault.jpg

“I think about that day / I left him at a Greyhound station / West of Santa Fé / We were seventeen, but he was sweet and it was true / Still I did what I had to do / ’Cause I just knew
Sunday nights / We’d sink into our seats / Right as they dimmed out all the lights / A Technicolor world made out of music and machine / It called me to be on that screen / And live inside each scene
Without a nickel to my name / Hopped a bus, here I came / Could be brave or just insane / Climb these hills / I’m reaching for the heights / And chasing all the lights that shine.”

Dalam lirik lagu Another Day of sun digambarkan kota Los Angeles merupakan kota impian dimana semua orang dapat menjadi orang yang sukses. Pada bagian lirik “Climb these hills/ I’m reaching for the heights/ and chasing all the lights that shine.”, menggambarkan bahwa warga kota Los Angeles merupakan orang-orang yang berusaha keras dalam mencapai mimpi-mimpinya. Lagu-lagu dalam film La La Land ini menggambarkan harapan yang dimiliki oleh warga kota Los Angeles, Mia dan Seb. Harapan merupakan ide dasar dari konsep utopia. Karena dengan adanya harapan, kehidupan yang ideal dapat diciptakan.

 Sepanjang film La La Land ini semua tokoh menggunakan kostum yang berwarna-warni dengan tone warna yang terang.

505587369.jpg

15131_1.jpg

Melalui kostum yang berwarna-warni ini, menggambarkan di dalam kota Los Angeles terdapat banyak warna pada setiap warga yang mendiaminya. Waran-warna ini dapat merepresentasikan beragam ras manusia dalam kota Los Angeles. Namun walaupun berbeda-beda warna, warga Los Angeles hidup dengan harmonis. Kehidupan yang harmonis ini yang menyebabkan tidak adanya kemiskinan, kriminalitas dan tindakan-tindakan rasis diantara warga kota Los Angles.

Selain itu Kota Los Angeles dalam film ini digambarkan sebagai kota yang penuh cinta dan harapan yang tersebar seperti cahaya di dalam kota ini. Film ini menggambarkan Kota Los Angeles sebagai wadah satu komunitas manusia yang memiliki ketertarikan secara komunal dan aktivitas kolektif. Warga kota ini digambarkan sebagai orang-orang yang senang-senang saja dengan yang terjadi di dalam kehidupannya, sebagai contoh Mia bekerja sebagai barista di sebuah kafe, namun Ia merasa cukup dengan gajinya yang tidak seberapa dan tetap berusaha menggapai mimpinya menjadi seorang aktris. Dalam film ini digambarkan tidak ada warga kota yang digolongkan dalam golong working-class, gay dan lesbian, kulit putih dan non-kulit putih. Hal ini digambarkan pada karakter Seb yang merupakan seorang pemain musik Jazz. Padahal musik Jazz merupakan musik yang populer dalam kalangan orang non-kulit putih, namun pada film ini musik Jazz digambarkan sebagai genre musik yang universal. Bahkan pada salah satu scene digambarkan bahwa Seb bermain musik Jazz di klub malam yang penuh dengan orang-orang kulit hitam. Dari penggambaran ini, diketahui bahwa Kota Los Angeles merupakan kota yang sangat harmonis.

Picture6a.jpg

la-la-head.jpg

Dinda Ayu Prameswari

1306403674

Sumber:

Los Angeles Cinema and the Utopia of La La Land

http://www.popmatters.com/feature/la-la-land-is-a-delightful-return-to-mise-en-scene-cinema/

La La Land: A Leninist Reading

May 1, 2017

BENTUK GEOMETRI DALAM BERAGAM TRANSMUTATION CIRCLE PADA ANIME FULLMETAL ALCHEMIST: BROTHERHOOD

Filed under: Uncategorized — Rafi Mentari @ 09:50
Tags: , , ,

Fullmetal Alchemist: Brotherhood (FMA:B) adalah reboot dari anime adaptasi berdasarkan manga Fullmetal Alchemist oleh Hiromu Arakawa. Adaptasi anime ini merupakan anime yang kedua, dikembangkan oleh Bones pada tahun 2009 dan menjadikan serial ini jauh lebih mirip dengan manga, dibandingkan anime yang pertama pada tahun 2003. Anime ini cukup popular di kalangan penggemar anime dan manga, walaupun terbilang agak “dark” dan emosional untuk ditonton. Kalau setelah ini kalian ingin coba nonton, jangan lupa siap-siap tissue ya. Bagi yang sudah pernah nonton dan berencana untuk menonton ulang, you know what to do! It’s nostalgic time! :3c

Akan tetapi, untuk menambahkan, yang ingin saya bahas disini adalah keragaman desain transmutation circle yang didasarkan pada bentuk geometri, seperti segitiga, persegi, segilima (pentagon), dan lingkaran. Walaupun ada spoiler-spoiler yang akan masuk kedalam bahasan. Get ready!

“Alchemy is a philosophical and protoscientific tradition practiced throughout Europe, Egypt and Asia. It aimed to purify, mature, and perfect certain objects.” – Paul-Jacques Malouin (1751), Alchimie [Alchemy].

Alchemy (錬 金 術 Renkinjutsu) pada FMA:B merupakan ilmu metafisik kuno atau seni manipulasi mistis memanipulasi dan mengubahnya menjadi sesuatu dengan menggunakan energi alami atau lebih dikenal sebagai “transmutasi” (錬 成 Rensei) yang rangkaian tindakannya biasanya digambarkan sebagai; Pemahaman terlebih dahulu terhadap materi struktur atom atau molekul bahan tertentu yang akan ditransmutasi, termasuk aliran dan keseimbangan energi potensial dan kinetiknya. Kemudian di dekonstruksi dengan menggunakan energi tersebut untuk memecah struktur fisik agar mudah dibentuk kembali menjadi bentuk baru. Yang terakhir adalah rekonstruksi dengan melanjutkan aliran energi sehingga dapat mereformasi materi menjadi bentuk baru. Nah, karakter yang sekiranya mampu melakukan hal ini disebut Alchemist. Dan, untuk memulai transmutasi, diperlukan simbol yang disebut Transmutation Circle (錬 成 陣, Renseijin). (sumber: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

Sebuah transmutation circle dapat digambar di tempat ketika transmutasi diperlukan dengan menggunakan kapur, pensil, tinta, cat, darah, bahkan di-trace di tanah. Berarti, untuk jadi seorang alchemist, harus bisa menggambar beragam bentuk geometri dengan tepat.  Gak percaya? Coba lihat gambar berikut, ya!

2
Gambar 01a. Transmutation circle yang sangat standar, terdiri dari persegi dan lingkaran yang digambar sedemikian rupa untuk mudah diingat bagi pemula.
(Sumber gambar: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

3
Gambar 01b. Transmutation circle yang muncul di anime FMA:B, digambar oleh Elric bersaudara yang merupakan tokoh utama.
(Sumber gambar: http://scifi.stackexchange.com/questions/27676/is-each-transmutation-circle-unique)

4
Gambar 01c. Setelah mempelajari standar transmutation circle, Edward Elric (kiri) dan Alphonse Elric (kanan) membuat transmutation circle standar milik mereka masing-masing yang terdiri dari lingkaran dan segitiga.
(Sumber gambar: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

5
Gambar 01d. Edward Elric (kiri) dan Alphonse Elric (kanan).
(Sumber gambar: https://comicvine.gamespot.com/edward-elric/4005-45359/ dan http://fma.wikia.com/wiki/Alphonse_Elric)

6
Gambar 02a. Transmutation circle yang lebih rumit, terdiri dari lingkaran, segi enam, dan beberapa simbol lain untuk rekonstruksi yang tentunya lebih rumit, yaitu membangkitkan yang telah mati.  Tentu ini hanya didalam anime saja, ya…
(Sumber gambar: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

7
Gambar 02b. Transmutation circle yang muncul di anime FMA:B, digambar oleh Elric bersaudara untuk mencoba membangkitkan almarhum ibu mereka.
(Sumber gambar: http://rebloggy.com/fullmetal%20alchemist%3A%20brotherhood/search/trending/)

8
Gambar 02c. Apakah berhasil?
(Sumber gambar: https://www.inverse.com/article/17504-fullmetal-alchemist-brotherhood-anime-philosophy)

9
Gambar 02d. Tentunya mereka gagal dan malah menciptakan makhluk aneh yang kemudian mati dalam hitungan detik.
(Sumber gambar: http://anime.stackexchange.com/questions/4559/why-are-the-things-that-are-created-from-human-transmutation-so-randomly-generated)

Selain menggambar transmutation circle secara on the spot seperti diatas, bisa juga digambar permanen secara terukir atau tertulis sebagai tools bertarung mereka. Perlu diingat bahwa tanpa ukiran atau tulisan itu, transmutasi umumnya tidak dapat terjadi.

10
Gambar 03a. Transmutation circle milik Mayor Armstrong, terdiri dari lingkaran, segitiga, dan simbol lain yang diukir di pelat logam di tangannya.
(Sumber gambar: https://ginnodangan.files.wordpress.com/2010/04/fma54-42.jpg)

11
Gambar 03b. Sementara transmutation circle milik Roy Mustang, yang terdiri dari lingkaran, segitiga, dan simbol lain diukir di sarung tangan yang selalu dipakai saat bertugas.
(Sumber gambar: https://comicvine.gamespot.com/forums/battles-7/cv-vets-tlssh-vs-higorm-1712104/)

Sebenarnya, masing-masing bentuk geometri dan simbol lainnya bukan hanya sekedar gambar yang diciptakan seadanya, namun memiliki makna dan artian tertentu. Mengambil contoh dari Roy Mustang (Gambar 03b.) dimana gambaran transmutation circle flame alchemist memiliki arti yang sangat terperinci. Berdasarkan bahasan situs http://scifi.stackexchange.com/questions/27676/is-each-transmutation-circle-unique simbol di bagian paling atas transmutation circle Roy Mustang merupakan arti dari sebuah elemen api. Kemudian dua segitiga besar yang bertindihan satu sama lain diartikan sebagai earth alchemy yang dilapisi oleh air alchemy, karena keduanya dibutuhkan untuk api (earth alchemy sebagai bahan bakar, dan bila telah terbakar, maka dengan air alchemy flame yang diciptakan akan dapat lebih besar). Sementara itu, kedua lingkaran diartikan sebagai batasan, seolah-olah api mencoba untuk melepaskan diri dari kungkungan wadah; membuat keinginan pengguna untuk menggunakan kontrol secara penuh.

Setelah melihat beberapa transmutation circle, mungkin ada yang merasa bahwa gambar-gambar tersebut terlihat familiar. Setelah pencarian lebih lanjut, saya menemukan diskusi pada situs http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything dimana ada kemungkinan transmutation circle didapat dari sejarah-sejarah masa lalu dunia. Seperti dua gambar berikut:

12
Gambar 04a. Dihubungkan dengan Michael Maier, seorang alchemist dari Jerman pada abad ke-17.
(Sumber gambar: http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything)

13
Gambar 04b. Lingkaran yang disesuaikan merupakan bagian terbesar dari ide alchemist di zaman Renaissance.
(Sumber gambar: http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything)

Jadi, apakah kalian tertarik untuk mempelajari bentuk geometri dalam beragam transmutation circle pada anime fullmetal alchemist: brotherhood atau bahkan membaca manga-nya yang sekiranya lebih terperinci? ^^

Sumber Bahasan (diakses pada 01 Mei 2017):

http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle

http://scifi.stackexchange.com/questions/27676/is-each-transmutation-circle-unique

http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything

Rafi Mentari (1606842000)