“The crop circle phenomena are not just ordinary accidents of nature in the countryside, but may -indeed probably do- have serious implications for us all in terms of what may lie behind them.” –Michael Green, Archaeologist, Architectural Historian, dan pendiri Centre of Crop Circle Studies.
Pada setiap kemunculannya crop circle seringkali menjadi sorotan yang menghebohkan bagi setiap masyarakat, tak terkecuali di bumi pertiwi ini. Kehadirannya selalu dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa yang membuat simbol akan eksistensinya di muka bumi. Yang menarik bagi saya adalah, bagaimana bentuk-bentuk yang terdapat pada crop circle mampu menjadi sebuah konstruksi yang terdiri dari prinsip euclidean geometri.
Crop circle pada awal kemunculannya hanya berupa lingkaran sederhana, dimana bentuk ini dianggap sebagai ‘sacred geometry’ yang mewakili alam semesta, sehingga kemudian pada kemunculan selanjutnya bentuk ini menjadi unsur utama yang dipadukan dan disusun tumpang tindih dengan unsur euclid geometri lainnya.
Sedangkan pada perkembangannya, crop circle muncul dengan komposisi bentuk geometri lain seperti segitiga yang merupakan simbolik dari suatu penciptaan, hingga membentuk ‘principal element‘ seperti yang ditunjukan pada gambar, dengan masing-masing bernama: vesica piscis, equilateral triangel, dan hexagon.
Lalu, bagaimana ‘principal element‘ tersebut berkembang menjadi pola-pola yang tidak hanya terbentuk dari komposisi geometri lingkaran, segitiga, dan persegi?
Sebenarnya semua itu bukan berarti lepas dari susunan komponen geometri yang telah disebutkan di atas, dengan bantuan grid, kita dapat membedah proses terbentuknya pola ‘crop circle‘ seperti yang sering kita lihat saat ini.
Pola crop circle di atas merupakan pola yang berkembang dari vesica piscis, dimana bentuk geometri lingkaran yang saling bersinggungan masih menjadi unsur utama pembentuk komposisi hingga menghasilkan pola simetri.
Kemudian bentuk swallow crop circle yang muncul di UK ini juga mengadopsi bentuk dasar vesica piscis, yang didalamnya terdapat 3 kali pengulangan bentuk dasar dengan perbandingan skala di tiap vesica adalah 3 : 2 : 1 menghasilkan kurva dengan pola seperti burung swallow. Sedangkan lingkaran yang berada di ujung-ujung kurva menyimbolkan kesan siap landas.
Bahkan, ditemukan pula penggunaan golden ratio dalam proses pengaturan proporsi dari dominasi bentuk lingkaran, seperti crop circle seperti pada gambar di atas yang menghasilkan sebuah pola harmonisasi visual.
Dari semua contoh pola crop circle yang telah dipaparkan, meskipun tidak pernah diketahui siapa yang membuat, saya dapat menemukan sebuah hal baru, bahwa keindahan pola-pola tersebut tidaklah lepas dari pengkomposisian bentuk-bentuk geometri yang diatur dalam suatu grid maupun golden ratio.
“Crop circles are one of the most spectacular phenomena of our present time. They exhibit beauty, proportion and form. To many individuals they speak in ancient languages of our early ancestors’ universal quest for understanding symbolic sacred form, creative personal insight towards the vastness of our being and the geometric matrix that binds us all.” -Dr. Colette M. Dowell , N.D.
Sumber:
- Hypermath, http://www.hypermaths.org/ (diakses tanggal 16 Maret 2013)
- The Sacred Geometry of Crop Circle, http://www.cropcirclesecrets.org/ (diakses tanggal 16 Maret 2013)
- Perception of Sacred Geometry Contained in Crop Circle Formations, http://www.greatdreams.com/crop/colette/crop_circles_and_sacred_geometry.html (diakses tanggal 24 Maret 2013)
- Gambar diambil dari: https://www.facebook.com/media/set/?set=a.405159296197079.88999.151685648211113&type= (diakses tanggal 24 Maret 2013)