there’s something about geometry + architecture

May 29, 2017

Utopia dalam film La La Land

Filed under: architecture and other arts,ideal cities — dindaayu6 @ 11:56
Tags: , , ,

La la land adalah sebuah film bertema romantis musikal yang berasal dari negara Amerika. Film ini mulai tayang dibioskop Indonesia pada bulan Februari 2017. Disutradarai oleh Damien Chazelle dan dibintangi oleh Ryan Gosling dan Emma Stone. Film ini bercerita tentang hubungan antara dua tokoh, yaitu Mia (Emma Stone) dan Sebastian (Ryan Gosling) dengan kota Los Angeles sebagai latar belakang. Dalam cerita ini Mia dan Seb berusaha untuk menggapai mimpinya di kota Los Angeles sebagai aktris dan pemilik bar dengan tema Jazz.

Dalam film ini kota Los Angeles digambar sebagai kota utopia yang sangat berbeda dengan kenyataannya. Konsep-konsep utopia ini digambarkan dalam setiap lagu dalam film La La Land ini. Pada awal film digambarkan bahwa terjadi kemacetan di jalanan kota Los Angeles. Kemacetan ini menggamparkan perasaan Mia akan kota Los Angeles yang merupakan kota yang sibuk. Namun ditengah-tengah kemacetan ini, para warga kota bernyanyi lagu berjudul “Another Day Of Sun” dengan kostum yang berwarna warni.

Picture1a

(Sumber: http://brightlightsfilm.com/los-angeles-cinema-utopia-la-la-land-racism/#.WSuXUuuGPIU)

maxresdefault.jpg

“I think about that day / I left him at a Greyhound station / West of Santa Fé / We were seventeen, but he was sweet and it was true / Still I did what I had to do / ’Cause I just knew
Sunday nights / We’d sink into our seats / Right as they dimmed out all the lights / A Technicolor world made out of music and machine / It called me to be on that screen / And live inside each scene
Without a nickel to my name / Hopped a bus, here I came / Could be brave or just insane / Climb these hills / I’m reaching for the heights / And chasing all the lights that shine.”

Dalam lirik lagu Another Day of sun digambarkan kota Los Angeles merupakan kota impian dimana semua orang dapat menjadi orang yang sukses. Pada bagian lirik “Climb these hills/ I’m reaching for the heights/ and chasing all the lights that shine.”, menggambarkan bahwa warga kota Los Angeles merupakan orang-orang yang berusaha keras dalam mencapai mimpi-mimpinya. Lagu-lagu dalam film La La Land ini menggambarkan harapan yang dimiliki oleh warga kota Los Angeles, Mia dan Seb. Harapan merupakan ide dasar dari konsep utopia. Karena dengan adanya harapan, kehidupan yang ideal dapat diciptakan.

 Sepanjang film La La Land ini semua tokoh menggunakan kostum yang berwarna-warni dengan tone warna yang terang.

505587369.jpg

15131_1.jpg

Melalui kostum yang berwarna-warni ini, menggambarkan di dalam kota Los Angeles terdapat banyak warna pada setiap warga yang mendiaminya. Waran-warna ini dapat merepresentasikan beragam ras manusia dalam kota Los Angeles. Namun walaupun berbeda-beda warna, warga Los Angeles hidup dengan harmonis. Kehidupan yang harmonis ini yang menyebabkan tidak adanya kemiskinan, kriminalitas dan tindakan-tindakan rasis diantara warga kota Los Angles.

Selain itu Kota Los Angeles dalam film ini digambarkan sebagai kota yang penuh cinta dan harapan yang tersebar seperti cahaya di dalam kota ini. Film ini menggambarkan Kota Los Angeles sebagai wadah satu komunitas manusia yang memiliki ketertarikan secara komunal dan aktivitas kolektif. Warga kota ini digambarkan sebagai orang-orang yang senang-senang saja dengan yang terjadi di dalam kehidupannya, sebagai contoh Mia bekerja sebagai barista di sebuah kafe, namun Ia merasa cukup dengan gajinya yang tidak seberapa dan tetap berusaha menggapai mimpinya menjadi seorang aktris. Dalam film ini digambarkan tidak ada warga kota yang digolongkan dalam golong working-class, gay dan lesbian, kulit putih dan non-kulit putih. Hal ini digambarkan pada karakter Seb yang merupakan seorang pemain musik Jazz. Padahal musik Jazz merupakan musik yang populer dalam kalangan orang non-kulit putih, namun pada film ini musik Jazz digambarkan sebagai genre musik yang universal. Bahkan pada salah satu scene digambarkan bahwa Seb bermain musik Jazz di klub malam yang penuh dengan orang-orang kulit hitam. Dari penggambaran ini, diketahui bahwa Kota Los Angeles merupakan kota yang sangat harmonis.

Picture6a.jpg

la-la-head.jpg

Dinda Ayu Prameswari

1306403674

Sumber:

Los Angeles Cinema and the Utopia of La La Land

http://www.popmatters.com/feature/la-la-land-is-a-delightful-return-to-mise-en-scene-cinema/

La La Land: A Leninist Reading

April 30, 2017

Presenting Spatial, Visual Elements and Movements Based on a Music

Filed under: architecture and other arts,perception — ghaisaningumay @ 19:22
Tags: ,

“Both music and architecture are mediums through which creativity is expressed. Music is defined as the art of sound in time that expresses ideas…..the origin of these ideas cannot be defined, they can be expressed in many forms. A creative idea expressed through one medium, such as music, can be expressed through another medium, such as architecture” -Journal: Music + Architecture: The Spatial Translation of Schenkerian Analysis (Vibha Agarwala, 2011)

Saat kelas Geometri Arsitektur pada pertemuan tanggal 3 April 2017, membahas mengenai Musik pada Arsitektur. Bahwa dalam pemahaman saya mengenai music in architecture dapat dijadikan sebuah metode dalam mendesain, dan di sini akan saya coba untuk menjelaskan bagaimana music dapat diterjemahkan ke dalam spasial ataupun elemen fisik lainnya.

Music dapat diterjemahkan ke dalam sebuah atau beberapa elemen fisik karena arsitektur dan music memikiki vocabularies yang sama, yaitu memiliki ritme, proporsi, harmoni, repetisi, kontras, dll. Komposisi struktur ataupun komposisi spasial juga diperhatikan sehingga memiliki karakteristik yang sama. Tujuan dari membahas materi ini adalah untuk menganalisis bagaimana keterkaitan elemen fisik yang dapat disetarakan dengan music atapun nada nada yang telah ditentukan, terutama pada pembuatan Music Video BTS – Blood Sweet and Tears yang memiliki berbagai elemen fisik seperti lighting, gerakkan tari serta angle yang dihadirkan pada nada-nada tertentu sehingga menggambarkan efek spasial di dalamnya.

Seperti yang diketahui, bahwa setiap lagu yang akan di release belum memiliki video. Tetapi para composer telah menyediakan nada-nada pada lagu tersebut untuk diterjemahkan ke dalam visual yang nantinya akan membentuk sebuah video yang utuh untuk menceritakan lagu tersebut. Sama halnya dengan MV BTS – Blood Sweet and Tears ini. Proses yang lahir terlebih dahulu adalah lagunya lalu setelah itu Music Video release. Dengan itu pembuat Music Video harus mengetahui note, nada serta arti dalam lagu tersebut.

(klik link video di bagian source untuk mendengarkan lagu ini)

1Gambar 1. Musik yang ditransformasikan menjadi warna

2Gambar 2. Musik yang ditransformasikan menjadi warna serta elemen fisik seperti patung

Menit awal pertama pada MV BTS ini, terdapat nada-nada yang terkesan sebagai nada-nada “suci”, nada nada ini similar dengan elemen kegerejaan jika didengar dengan seksama. Sehingga visual dan desain yang dihasilkan pada scene ini lebih ke arah sesuatu yang memiliki elemen suci, secara langsung dimaknai dengan lukisan yang berjudul The Fall of The Rabel Angles. Selain itu, warna putih juga mendefinisikan kesucian. Dari mulai ruangan yang berwarna putih, serta penghadiran patung-patung rohani umat kristiani seperti patung Virgin Mary Holding the dead body of Jesus Christ.

3Gambar 3. Spasial dan Komposisi yang simetris

Lalu untuk scene berikutnya, pada beberapa detik di scene ini tidak memiliki note dan nada apapun (break point). Sehingga visualisasi yang diterjemahkan lebih kepada warna ruangan yang calm, dengan menghadirkan warna biru. Efek spasial yang memiliki shadow dan seperti menampakkan keadaan malam hari dengan anggota BTS yang duduk di tengah-tengah (doing nothing beside sitting) yang diterangi oleh lampu gantung (chandelier berwana kuning) sehingga visual ini membentuk spasial yang diinginkan oleh nada yang hadir, yaitu suasana yang sunyi seperti tidak melakukan apapun. Komposisi yang visual (pengambilan angle) diberikan juga balance memberikan efek tenang yang sama dengan nada yang dihasilkan.

4.jpg

Gambar 4. Kotak hitam menunjukkan note yang meninggi dan kotak merah menunjukkan repetisi pada note

5Gambar 5. Spatial pada saat note mulai masuk ke nada tinggi

Pada detik ke 58, lagu mulai dengan nada yang meninggi. Pada hal ini, visual yang diberikan adalah elemen pencahayaan yang menerangi ruangan tersebut. Sehingga spasial yang dihasilkan tetap dapat terbilang sama dengan nada pada lagu tersebut. Koreografi atau gerakkan tarinya juga menjadi sebuah elemen “arsitektur” di dalamnya. Pada hal ini scene ini, semua gerakkan memiliki ritme yang sama dengan lagunya. Hentakkan dari sebuah lagu yang diterjemahkan sebagai gerakkan tari juga menjadi sebuah tatanan gerakkan yang diciptakan untuk menransfer lagu menjadi elemen fisik (elemen fisik diciptakan dari repetisi note)

67

Gambar 6. Repetisi pada note yang direalisasikan dengan angle gambar dan koreografi

Repetisi tadi divisualisasikan dengan gerakkan yang juga memiliki repetisi, yaitu di mana 3 orang pada menit 1:13 yang merentangkan tangan mereka ke arah atas (seperti meraih sesuatu) lalu disusul dengan 4 orang lain pada detik berikutnya dengan melakukan hal yang sama. Hal ini merepetisi bagian tinggi  rendahnya nada yang dimiliki pada detik tersebut.

8

Gambar 7. Kotak hitam merupakan repetisi note yang sama dan diakhiri dengan note lain pada kotak merah (Kotak Hitam=A; Kotak Merah=B)

910

Gambar 8. Ritme A-A-A dan angle pengambilan gambarnya

11

Gambar 8. Ritme B dan angle pengambilan gambarnya

Sama halnya pada scene di menit 1:48 – 1:50, terdapat ritme A-A-B pada note yang diberikan kotak pada gambar di atas. Di mana pada scene ini angle pengambilan gambar juga dikomposisikan dengan memberikan sudut yang miring lalu pada bagian ritme B, terdapat hentakkan sehingga angle gambar berubah menjadi normal kembali (pengambilan gambar yang presisi).

1213

Gambar 9. Transisi yang menghasilkan spasial saat tidak ada note yang masuk dan ketika ada note dengan oktaf tinggi masuk pada menit 5:35

Pada menit 4:05 hingga 5:35, memilikii beberapa transisi nada. Yaitu dimulai dari tidak adanya nada pada 4:05 (break point pada MV) yang bertransisi dengan penghadiran note-note euphoria. Pada hal ini, ketika video sedang berada pada break point, visualisasi spasial yang dihasilkan seperti pada gambar.9 pada sebelah kiri. Di mana gambar tersebut memperlihatkan satu orang yang memegang balon yang diberikan warna merah sebagai warna yang mendominasi. Sehingga spasial yang dihasilkan mengungkapkan ke”gloomyan” pada scene tersebut sehingga pada akhirnya muncul note nada pada menit ke 4:35 yang dispasialisasikan dengan euphoria berupa elemen air yang splashing dengan berbagai warna.

Setelah melihat rangkaian analisa terkait note dan nada yang hadir serta bagimana pengambilan angle, penghadiran spasial, penghadiran elemen fisik berupa warna penataan ruang dan gerakkan dancer memberikan kita sebuah pemahaman bahwa musik dapat saja diterjemahkan oleh beberapa elemen yang menghasilkan spasial serta visual perception tersendiri. Sehingga, musik serta elemen visual yang digabungkan menjadi sebuah video menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terlihat seperti elemen terpisah mengingat pengerjaan proses video clip yang mendahulukan pembuatan lagu dan disusul oleh pembuatan elemen visual berupa video yang diguide dengan note dan nada yang sudah ada.

source:

youtube.com/watch?v=hmE9f-TEutc

https://musescore.com/baekhanmin/scores/2836966

Click to access Agarwala.pdf

 

Ghaisani Nabila Gumay | 1406530804

 

 

 

March 24, 2017

Golden Ratio dalam Seni Aquascape

Filed under: architecture and other arts — dindaayu6 @ 13:33
Tags: , ,

aqua-4

The Incredible Underwater Art of Competitive Aquascaping

Aquascape adalah seni menata tanaman air dan elemen-elemen lainnya seperti batu, karang,koral, kayu pada akuarium. Aquascape dapat dianggap sebagai simulasi dari sebuah bentuk ekosistem dalam air. Namun yang lebih ditekankan dalam aquascape adalah pada penataan tumbuhan air, sedangkan ikan hanya sebagai pelengkap saja.

Aquascaping is an exciting outlet for imagination and learning that results in a living creation. This art involves the parameters of design, the knowledge of particular biology, and an awareness of available technology.” (Martin, 2013:17)

Dalam pembuatan aquascape diperlukan pengetahuan dalam bidang biologi, pengetahuan desain dan pengetahuan tentang teknologi.

Aquascaping requires knowledge of plants and aquarium basics including the tem- perature and lighting requirements of specific plants, water chemistry, substrates, and design principles. This knowledge and experience will allow you to experiment and use more materials and plant types as well as create more complex and stun- ning aquascapes as you progress” (Martin, 2013:20)

Karena tujuan utama dalam membuat aquascape ini adalah membentuk estetika pada lingkungan dalam sebuah akuarium. Aquascape sangat memperhatikan proporsi dengan menggunakan prinsip golden ratio. Golden ratio memberikan panduan dalam mengatur komposisi, sehingga komposisi yang terbentuk dapat menjadi menarik di mata manusia.

A sketch of the Golden Ratio Grid by The Green Machine

Aquatic Layout Guide- Rules of Composition: The Golden Ratio, Creating Perspective and Layout Shapes

Penerapan golden ratio digunakan saat mengatur komposisi elemen-elemen yang ingin diletakkan dalam akuarium. Penerapan tersebut dapat dilihat dari gambar diatas. Pertama kita perhatikan terlebih dahulu garis-garis merah. Terdapat garis-garis yang membelah menjadi 9 bagian yang sama ukurannya. Setiap titik perpotongan garis-garis tersebut merupakan titik fokus dari golden ratio. Titik-titik tersebut merupakan tanda dimana komponen-komponen seperti batu, tanaman air, koral dan lain-lain diletakkan. Ketinggian tanaman air atau ketinggian hardscape yang digunakan memiliki proporsi 1:3 atau 2:3 dari ketinggian akuarium. Namun peletakkan tersebut harus memperhatikan pada perkiraan seberapa tinggi tumbuhan air tersebut akan tumbuh. Dengan menggunakan proporsi ini, tampilan aquascape akan menarik dipandang.

http://www.aqua-rebell.com/aquascaping/golden-ratio.html

Dengan menggunakan golden ratio, perspektif juga dapat terbentuk. Perspektif dalam aquascape dipengaruhi komposisi peletakkan komponen-komponen. Peletakkan tersebut juga dilihat dari ukuran dan warna dari komponen yang akan diletakkan. Seperti komponen yang berukuran besar diletakkan pada bagian belakang dan semakin ke depan ukuran komponen menjadi semakin kecil. Dengan cara ini, dapat terbentuk sebuah perspektif yang menarik.

A sketch of how to create perspective in an aquascape by The Green Machine

Aquatic Layout Guide- Rules of Composition: The Golden Ratio, Creating Perspective and Layout Shapes

the golden ratio

http://jurnalaquascape.com/the-golden-ratio/

the golden ratio

http://jurnalaquascape.com/the-golden-ratio/

Understanding the Golden Ratio in the Aquascape

Understanding the Golden Ratio in the Aquascape

Dinda Ayu Prameswari

1306403674

Referensi:

Martin, Moe. 2013. Aquascaping: Aquascaping Like a Pro. California: Smashword [online]

Aquatic Layout Guide- Rules of Composition: The Golden Ratio, Creating Perspective and Layout Shapes

http://www.aqua-rebell.com/aquascaping/golden-ratio.html

http://www.aquaessentials.co.uk/blog/2016/01/aquascaping-layout-the-golden-ratio.html

 

March 19, 2017

The ‘Beauty’ of Beaux Arts in Architecture

What Is Beaux Arts Architecture?

Di Perancis, istilah Beaux Arts (/ˌboʊˈzɑːr/) berarti seni rupa atau seni yang indah. Gaya arsitektur Beaux Arts ini berasal dari Perancis, berdasarkan ide-ide mengajar di sekolah seni legendaris di Paris, yaitu L’École des Beaux Arts, yang berasal dari Neoclassicism (menggabungkan arsitektur klasik dari Yunani kuno dan Roma dengan ide-ide Renaissance) yang juga menjadi bagian dari gerakan Renaissance Amerika antara akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 (Draper, 1977). Karena ukuran dan kemegahan bangunan yang menjadi salah satu ciri dari gaya Beaux Arts, maka gaya ini paling sering digunakan untuk bangunan umum seperti museum, opera, stasiun kereta api, perpustakaan, bank, gedung pengadilan, dan gedung-gedung pemerintah (Fricker, 1998).

Geometri yang digunakan dalam arsitektur Beaux Arts berfokus pada lingkaran dan grid. Bentuk grid juga dapat diperluas menjadi persegi panjang yang proporsional agar sesuai dengan kebutuhan ruang fungsional dan sebagai sarana untuk mengembangkan hierarki dan kesatuan dalam komposisi (Drexler, 1977). Teknik untuk mengembangkan hierarki adalah penggunaan sumbu simetri yang dapat ditelusuri ke bacaan Vitruvius, The Ten Books on Architecture, dimana salah satu prinsip dasar arsitektur berada pada simetri dan harmoni. Sementara, komposisi diperlukan untuk keindahan, ‘beauty’, dari keseluruhan komposisi yang ada terhadap Beaux Arts. Disini, saya mengambil contoh terhadap dua bangunan yang sekiranya cukup dikenal akan gaya  Beaux Arts-nya dan memperlihatkan ‘beauty’ yang dimiliki:

  • Palais Garnier, Paris, Perancis.

Palais Garnier (/palɛ ɡaʁnje/) di Paris, Perancis adalah opera house dengan 1.979 kursi yang dibangun pada 1861-1875 untuk Paris Opera. Awalnya disebut sebagai Salle des Capucines, karena lokasinya di Boulevard des Capucines yang kemudian menjadi dikenal sebagai Palais Garnier sebagai pengakuan atas kemewahan bangunan dan arsiteknya sendiri, Charles Garnier. Bangunan ini memiliki popularitas yang sama dengan bangunan terkenal di Perancis lainnya, seperti  Notre Dame Cathedral, Louvre, atau Sacré Coeur Basilica. (https://en.wikipedia.org/wiki/Palais_Garnier)

1

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Paris_Opera_full_frontal_architecture,_May_2009.jpg

2

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Palais_Garnier_plan_d%27ensemble_-_Nuitter_1875_p196_-_Google_Books.jpg

4

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Opera_Garnier_Grand_Escalier.jpg

5

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Palais_Garnier_auditorium_and_stage.jpg

6

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Op%C3%A9ra_Garnier_facade_with_sculpture_labels.jpg

  • Thomas Jefferson Building, Washington, D., Amerika Serikat.

Merupakan yang tertua dari tiga bangunan United States Library of Congress, Gedung Thomas Jefferson dibangun di tahun 1890 – 1897. Desain dan konstruksinya memiliki sejarah yang berliku-liku; arsitek utama bangunan ini adalah Paul J. Pelz, awalnya dalam kemitraan dengan John L. Smithmeyer, dan digantikan oleh Edward Pearce Casey selama beberapa tahun terakhir pembangunan. Bangunan bergaya Beaux Arts ini dikenal dengan fasad yang meniru gaya klasik dan interior dengan dekorasi rumitnya. (https://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Jefferson_Building)

a1

https://www.loc.gov/item/2007684215/

a3

https://www.aoc.gov/capitol-buildings/thomas-jefferson-building

a2

http://www.loc.gov/pictures/item/2002719567/

a4

https://librarymom12.wordpress.com/2013/04/24/happy-213th-birthday-library-of-congress/

a5

http://www.loc.gov/pictures/resource/highsm.03185/

Terlihat dari dua contoh yang ada, bahwa beberapa hal yang mendefinisikan karya arsitektur dengan gaya Beaux Arts terhadap ‘beauty’-nya adalah; fokus pada hirarki simetri ruang interior yang dirancang sedemikian rupa untuk menyampaikan adanya kesan monumental, detail klasik pada kolom (corinthian) dan pedimen, interior yang sangat dekoratif, patung-patung yang melekat pada façade, dan lantai pertama yang dinaikkan. Gaya ini terlihat sangat mempertimbangkan fungsi ruang; merincikan kebutuhan pengguna dan menerapkan prinsip-prinsip sirkulasi untuk berfungsi secara praktis dan efisien pada masanya.

Rafi Mentari

1606842000

Bibliografi:

Fricker, Jonathan; Fricker, Donna; Duncan, Patricia. Louisiana Architecture: A Handbook on Styles. Lafayette, Louisiana: Center for Louisiana Studies, University of Southwestern Louisiana, 1998.

Draper, Joan. The Ecole des Beaux-Arts and the Architectural Profession in the United States: The Case of John Galen Howard. Dalam: The Architect: Chapters in the History of the Profession, Spiro Kostof, ed., Oxford University Press, NY 1977.

Drexler, Arthur; Richard Chafee. The Architecture of the École des beaux-arts.  New York : Museum of Modern Art; Cambridge, Mass. Distributed by MIT Press, 1977.

June 11, 2016

“Folding Napkins” dan Arsitektur

Napkins atau kita lebih familiar dengan kata serbet, merupakan salah satu peralatan yang akan ditemui di meja makan. Memang serbet dalam budaya Indonesia jarag ditemui seperti di rumah namun apabila ke rumah makan di hotel atau restauran, tak jarang kita jumpai serbet siap menghiasi meja makan.

cloth-napkinsfc93257197fa2491147b94b704a79da9-bella-casa-linen-table-napkins-7698bcf3949b453aeab3d84bbf2991fbNapkin_22_linen_Irish

Gambar 1. (atas-bawah) Serbet dapat diletakkan di atas piring dengan bentuk yang beragam; Disamping piring dengan sendok dan garpu diatasnya; diatas piring dengan tanpa adanya sendok dan garpu diatasnya (sumber foto: google.com)

Teknik folding yang diterapkan juga beragam bahkan disebut-sebut sebagai the lost art karena hanya dengan menekuk serbet dapat dijadikan suatu bentuk yang mungkin membuat kita bertanya “bagaimana bentuk itu dapat dihasilkan?”

Folding dalam arsitektur juga memiliki definisi yang cukup dalam dimana hubungan konektivitas ruang terjadi dari tekukan – tekukan antara elemen-elemen objek dengan subjek atau objek dengan objek maupun subjek dengan subjek.

Gambar 2. Kontinuitas yang terjadi di bentuk-bentuk serbet (sumber foto: google.com)

Untuk seni serbet saya cantumkan beberapa contoh pembuatannya untuk dapat melihat lebih jelas bagaimana ujung serbet dapat kontinu dengan ujung serbet lainnya

  1. The Star Fold

AD-Napkin-Folding-Techniques-That-Will-Transform-Your-Dinner-Table-09

2. The Fillable Pouch

AD-Napkin-Folding-Techniques-That-Will-Transform-Your-Dinner-Table-08

Cut Maulidia Rahmatia Meudi

1306413706

sumber:

25+ Napkin Folding Techniques That Will Transform Your Dinner Table

http://www.fanrto.com/napkin_folding_instructions_and_table_decorations_for_any_occasion/

http://www.ianthearchitect.org/the-lost-art-and-etiquette-of-napkin-folding/

June 9, 2016

“Anamorphic Illusion”- Beda Sudut Pandang, Beda Persepsi

“distorsi objek – yang kemudian ketika dilihat menggambarkan benda tersebut”

– anamorphic illusion

Memahami gambaran dari dunia eksternal merupakan salah satu hal yang kita lakukan sehari – hari. Dalam melihat suatu objek, sudut pandang merupakan salah satu hal penting dalam melihat sesuatu. Persepsi dari benda yang kita lihat pun akan berbeda, tergantung daripada sudut pandang yang kita lihat.

optic_illusions_2a

Anamorphic illusion merupakan salah satu ilusi visual yang ketika dipersepsikan dengan sudut pandang tertentu, baru akan terlihat pesan yang terkandung di dalamnya. Artis kontemporer menggunakan prinsip ilusi ini dalam membuat gambar 2D yang kemudian ketika dilihat akan membentuk efek tiga dimensi.

 

Mari kita lihat gambar di bawah ini!

anamorphic-illusions-by-felice-varini-28

Apabila kita lihat sekilas kita mungkin hanya melihat ruang ini dicat oren di beberapa bagian. Secara tidak langsung mungkin kita malah bingung apa maksud dari pengecatan di bagian tertentu ini.

anamorphic-illusions-by-felice-varini-27

Kemudian kita coba lihat gambar berikutnya. Ketika sudut pandang tertentu ini digunakan saat melihat ruang yang sama ini, kemudian ada pesan yang tersimpan di dalamnya. Hal ini membuktikan bahwa persepsi visual dapat diciptakan dengan menerapkan anamorphic illusion.

Berikut contoh – contoh lain dari aplikasi anamorphic illusion pada interior:

 

 

 

 

 

Namun sebenarnya anamorphic illusion ini tidak susah untuk dibuat.Kita juga dapat mencoba membuat ilusi ini dengan tutorial sederhana, dari video dibawah ini, kita dapat mencoba step by step dari menggambar distorsi yang kemudian ketika dipantulkan akan membentuk gambaran benda tersebut. Kuy dicoba 🙂

 

sumber:

20 Artistic Wall-Warping Architectural Optical Illusions

http://www.generativeart.com/salgado/anamorphic.htm

http://freshome.com/2012/02/13/redefining-spaces-with-astounding-anamorphic-illusions/

https://www.quora.com/How-are-forced-perspective-optical-illusions-created

June 7, 2016

Motion Perception in Animation Character

Cinematic/ Motion perception mengacu pada proses kognitif dan sensorik yang kita gunakan saat melihat adegan, peristiwa, narasi, efek cahaya, mimik yang ada pada gambar hasil editing. Visual media yang dinamis  seperti film dan televisi telah menjadi bagian sehari-hari kita. Apa yang kita tangkap secara visual beberapa dapat ditangkap, dan mungkin beberapa tidak (“ah, itu kan cuma film doang.” Atau “itu kan cuma di tv doang.”).  Segala respon yang kita miliki, tidak jauh dari persepsi akan pemahaman yang kita dapat mengenai perbedaan antara pengalaman visual yang kita terima dan pengalaman di dunia nyata sekitar kita.

Menurut Michael Rice, 2011, persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mencapai suatu pemahaman terhadap lingkungan sekitar dengan mengatur dan menejemahkan informasi sensorik. Bagaimana kita memahami ruang yang ada disekitar kita dimulai dari respon fisiologis yang merupakan bagian dari proses holistik, Artinya, terjadi tidak hanya dari aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain.

Tokoh lain yang membahas mengenai persepsi adalah James Jerome Gibson, lahir pada tanggal 27 Januari 1904 di Mc Connelsville. Beliau meninggal pada tanggal 11 Desember 1979. Beliau adalah lulusan Universitas Princeton. James. J. Gibson seorang psikolog Amerika, yang telah dianggap sebagai salah satu dari psikolog-psikolog  penting pada abad ke-20an dalam bidang persepsi visual. Pada awal hingga pertengahan abad ke-20 psikolog, ini dikatakan yang mental versus fisik muncul dalam oposisi dari behavioris dan sekolah Gestalt pemikiran. James Gibson seperti tokoh revolusioner di bidang psikologi, bukan hanya karena ia seorang pencoba cemerlang, tetapi juga karena kerangka teorinya menjadi awal yang radikal dari dualisme Cartesian implisit yang melanda psikologi dan filsafat selama ratusan tahun. Dia mampu bergerak di luar kerangka stimulus-respon dan masuk ke skema konseptual yang membawa organisme dalam lingkungan yang serius.

Menurut Gibson persepsi adalah cara dimana pengamat tetap berhubungan dengan segala hal di sekitar mereka sehingga dalam beberapa kasus menyebabkan penolakan, tidak hanya dari behaviorisme, tetapi disebabkan dari teori persepsi juga. Persepsi visual adalah perkembangan pertama mengenai persepsi yang dikemukakan oleh James. J. Gibson. Persepsi ini menjelaskan tentang ide persepsi secara langsung dari lingkungan di sekitar kita. Gibson menentang respon psikologi ini, awalnya dengan menggunakan metodologi penelitian dualisme, kemudian yang kedua dengan mengedalilkan kerangka teoritis untuk hasil penelitiannya. Dalam karya klasik yang diciptakan oleh James. J. Gibson yaitu, Persepsi Dunia Visual (1950), ia menyatakan bahwa ia menolak teori behaviorisme dan pendekatan klasik yaitu persepsi untuk melihat berdasarkan karya eksperimental, teorinya mempelopori gagasan bahwa sampel pengamat informasi dari dunia visual luar menggunakan sistem perseptual aktif bukan pasif, dan menerima masukan melalui mereka indera dan kemudian memproses input ini untuk mendapatkan sebuah konstruksi dunia. Bagi Gibson, di dalam dunia ini berisi berbagai macam informasi yang dapat diakses secara langsung ke sistem persepsi manusia maupun hewan yang melakukan penyesuaian diri untuk mengambil informasi melalui persepsi secara  langsung.

Kemudian persepsi visual berkembang menjadi The Senses Considered as Perceptual System. Persepsi isi menyajikan sesuatu seperti yang telah ada di lingkungan sebagai awal dari persepsi. Gibson mempelajari persepsi yang terdiri dari 2 jenis yaitu, menanggapi rangsangan fisik yang sebelumnya tidak ditanggapi, serta belajar sesuai dengan yang seharusnya dapat menjadi bahan perbaikan untuk berhubungan dekat dengan lingkungan. Gibson menyajikan teori persepsinya dalam The Senses Considered as Perceptual System (1966). Hal ini dimulai dengan seluruh organisme yang menjadi perseptor, hal ini dimulai dengan lingkungan yang akan dirasakan. Jadi, munculnya pertanyaan-pertanyaan bukan karena perseptor construct dunia dari input sesorik dan pengalaman masa lalu, melainkan informasi yang ada di lingkungan sekitar ketika manusia atau hewan berinteraksi dengannya.

Lalu terakhir berkembang menjadi The Ecological Approach to Visual Perception. Selama beberapa tahun terakhir, banyak peneliti perkembangan perseptual pada bayi yang dituntun oleh pandangan ekologi dari Eleanor dan James J. Gibson. Persepsi ini mencerminkan perkembangan pemikiran dan penekanan pada makna interaksi antara persepsi dan tindakan, affordances lingkungan hidup. Gibson menggunakan pendekatan ekologi untuk persepsi, yang didasarkan pada interaksi antara pengamat dan lingkungan. Beliau menciptakan istilah affordance yang berarti kemungkinan interaktif dari sebuah obyek atau suatu lingkungan. Konsep ini telah banyak memberikan pengaruh dalam bidang desain dan ergonomis, serta berguna dalam konteks interaksi antar manusia dengan mesin. Menurut pandangan ekologi Gibson, bahwa manusia secara langsung mempersepsikan informasi yang ada di dunia sekitar kita. Persepsi membuat kita memiliki hubungan dengan lingkungan untuk berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Persepsi memberi manusia informasi-informasi tentang cara atau tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang dalam kehidupannya.

Setelah apa yang telah saya jabarkan diatas berdasarkan pendapat Rice dan teori Gibson mengenai persepsi, hal ini erat kaitannya dengan banyak seniman yang mencoba menggambarkan animasi karakter hewan ke dalam manusia berdasarkan visual persepsi yang mereka alami masing-masing. Persepsi visual adalah Persepsi didapatkan dari indera penglihatan, yang artinya setiap individu dapat menghasilkan persepsi yang berbeda-beda.

Motion perception pada kartun berbentuk hewan dalam film berjudul Zootopia msialnya menghasilkan karakter berbentuk manusia. Bagaimana para seniman ini menerjemahkan apa yang mereka tangkap dari tokoh-tokoh hewan dalam film menjadi sangat menarik saat mereka tuangkan dalam bentuk manusia, dan bagaimana mereka mengetahui apakah harus digambarkan sebagai seorang wanita atau pria. Hewan yang sebenarnya dalam dunia nyata sebenarnya sulit dibedakan apabila kita melihatnya sebagai satu species, sedangkan dalam film ini diceritakan satu species saja bisa menjadi hewan yang sangat berbeda-beda. Mereka mencoba menangkap identitas, mengetahui gender, dan memahami karakter dalam film dengan motion perception yang alaminya. Disamping dari audio perception, apakah pengisi suaranya tersebut lembut yang berarti wanita atau berat yang berarti pria, dengan sebuah visual persepsi pun dapat mengetahui hal-hal tersebut.

Beberapa cara agar dapat memahami karakter hewan dari visual persepsi motion dalam film adalah dengan memperhatikan beberapa hal berikut: cara berpakaian setiap individu hewan, bentuk lekuk tubuh, mimik wajah, bahasa tubuh, gaya berbicara, dan semacamnya. Hal-hal tersebutlah yang diinterpretasikan dari  karakter hewan menjadi karakter manusia oleh beberapa seniman, dengan hasil sebagai berikut.

Menurut Olivia, 2011, bagaimana kita dapat mempersepsikan adegan visual? Selama beberapa dekade penelititan mengenai perilaku bahwa motion perception dimulai dari tingkat global. Pertama, spatial layout dan sudut pandang pengamat yang perlu dievaluasi dalam memepersepsikan sebuah adegan visual (visual scene). Setelah itu, mulai beranjak ke pengenalan bagian dan objek-objek sekitar dalam sebuah scene dengan proses yang lebih lambat. Dengan kata lain, kita dapat mengetahui bahwa kita sedang berada di rumah dan di kamar tidur yang luas, sebelum mengetahui bentuk-bentuk tertentu secara detail, bahwa disana terletak meja tidur ataupun tempat tidur. Memori manusia untuk sebuah scene sangat rentan akan terjadinya kesalahan ataupun kemungkinan distorsi, namun dengan kesalahan-kesalahan ini dapat mengungkapkan bagaimana otak merespon ruang yang kompleks. Lingkungan memiliki semacam keteraturan (regularities) yang kita simpan didalam memori, yang kemudian akan kita pakai ketika kita merasa mengenal atau pernah mengalami apa yang ada didepan kita.

Annisa Putri Lestari

1306367694

Referensi

May 9, 2016

Menemukan Geometri di Dalam Geometri pada Jigsaw Puzzle

Filed under: architecture and other arts,perception,Uncategorized — kharismannisa @ 22:25
Tags: , , , , ,

Ada geometri yang tersembunyi di dalam geometri dari Jigsaw Puzzle, yang kemudian kita cari agar sebuah Jigsaw Puzzle itu dikatakan selesai.

“For the purpose of teaching geography,” John Spilsbury, a teacher in England, created the first Jigsaw Puzzle in the year 1767.

Jigsaw Puzzle pertama dibuat untuk kepentingan belajar geografi, yaitu dipelajari keterhubungan dari setiap koordinat lokasi. Dalam hal ini, puzzle membantu dalam menyusun grid. Pada waktu itu, puzzle ini masih terbuat dari kayu dan belum ada sistem interlocking pada setiap bagiannya. Kemudian, lama-kelamaan baru berkembang sistem interlocking untuk memudahkan mengunci bagian yang sudah benar susunannya. Fungsinya pun bertambah, yaitu sebagai permainan dan diperuntukkan juga untuk anak-anak. Gambarnya juga lebih beragam.

Puzzle, selain menyenangkan, juga berperan dalam perkembangan otak, khususnya anak-anak. Banyak geometri yang dapat dipelajari, yaitu menyambung dan mengunci puzzle (interlocking system), menyambung gambar melalui garis, bentuk, dan warna yang sesuai antar bagian puzzle.

Tingkat kesulitan puzzle bergantung pada jumlah bagian dari puzzle. Semakin kecil, akan semakin sulit. Selain itu juga bergantung pada kompleksitas gambar (garis, bentuk, dan warna). Semakin kompleks dan detil akan semakin sulit. Hal ini berkaitan dengan kompleksitas geometri yang berubah ketika setiap bagian semakin kecil dan gambarnya semakin kompleks. Namun, ada beberapa kondisi:

  • Apabila bagian puzzle diperkecil, sedangkan gambarnya tetap, maka memakan waktu lebih lama karena harus memasang bagian-bagian parsial dari puzzle, kemudian baru bentuknya lebih terlihat. Karena, ketika bagian puzzle lebih kecil, geometri yang terlihat di satu bagian menjadi clueless. Karena bisa saja yang terlihat hanya satu warna, ataupun hanya satu garis.
  • Apabila gambar lebih kompleks dan detil, sedangkan besar setiap bagiannya tetap, maka memakan waktu lebih cepat. Karena pada satu bagian puzzle sudah terlihat banyak garis dan warna, bentuknya pun mulai terlihat. Ada banyak garis dan warna yang dapat disambungkan ke bagian puzzle yang lainnya, sehingga lebih banyak clue.
  • Apabila puzzle diperkecil dan gambarnya lebih kompleks dan detil, maka akan memakan waktu yang lebih lama dari kondisi sebelumnya. Karena, pada setiap bagian puzzle yang kecil-kecil itu harus diteliti banyak garis dan warna, sehingga lebih sulit untuk mencocokkan dengan bagian yang lainnya.

 

 

Elemen geometri pada puzzle:

1280px-Jigsaw_Puzzle.svg

Interlocking Tiling dari Jigsaw Puzzle Tanpa Gambar (Image from Commons.wikimedia.org)

 

Merupakan interlocking pieces yang membentuk tiling. Bentuk geometri ini mempunyai beberapa tipe bentuk yang di-tile dengan sistem interlocking. Kombinasinya adalah sebuah bagian dengan 4 sisi yang dapat membentuk lekukan ke dalam, lekukan ke luar, dan bagian yang rata.

+

1280px-Jigsaw_Puzzle 2

Gambar Bunga (Image from Pexels.com – Free Stock Photos)

Gambar-gambar menarik dimasukan pada susunan Jigsaw Puzzle agar lebih menarik dan lebih menantang. Sebuah gambar utuh pun kemudian menjadi bentuk geometris yang lebih menarik ketika terpecah menjadi bagian-bagian puzzle.

=

1280px-Jigsaw_Puzzle

Interlocking Tiling dari Jigsaw Puzzle dengan Gambar (Image from Photoshop Editing)

 

 

Bentuk geometris berupa tiling dari Jigsaw Puzzle ditambah dengan pecahan geometris yang memiliki garis, bentuk, dan warna memperkaya pengalaman geometris pada permainan ini. Yaitu, kita diharuskan mencari bentuk geometris utuh di dalam kepingan geometris yang lainnya.

Silahkan mencoba bermain Jigsaw Puzzle dengan aplikasi di bawah ini! 🙂
preview54 pieceSimpsonsFuturama

 

 

Sumber Referensi:

Ament, Phil. “Jigsaw Puzzle History – Invention Of The Jigsaw Puzzle”. Ideafinder.com. N.p., 2016. Web. 9 May 2016.

Jigsaw Planet. Tibo Software, 2011.

“File:Jigsaw Puzzle.Svg – Wikimedia Commons”. Commons.wikimedia.org. N.p., 2008. Web. 9 May 2016.

“Flower Images · Pexels · Free Stock Photos”. Pexels.com. N.p., 2016. Web. 9 May 2016.

 

 

 

oleh Annisa Kharisma, Arsitektur, 1306403655

May 8, 2016

Geometri dalam Musik

Filed under: architecture and other arts,Uncategorized — kharismannisa @ 18:43
Tags: , ,

Tharra Ayuriany

1306403642

 

kjqbwk0k9tvw5hirjm23ptcgg7hnzeb

Dmitry Tymockzco, seorang komposer musik, mengemukakan bahwa ada geometri yang terdapat dalam musik. Dia mengatakan bahwa kunci tangga nada dapat direpresentasikan dalam sebuah ruang geometri yang dia beri nama orbifold tangga nada.

Orbifold

Tymockzco berteori bahwa frekuensi dalam nada musik yang harmonis memiliki unsur logaritma tertentu. Persamaan logaritma ini menghasilkan ruang linerar di mana satu oktaf berukuran 12, nada yang muncul berjarak satu tuts dari piano berukuran 1, dan nada C memiliki angka 60. Jarak di ruang ini merefleksikan jarak dari instrumen keyboard yang sesungguhnya, jarak ortografis dalam tangga nada musik, dan jarak musikal yang sudah dia eksperimenkan sebelumnya.

Orbifold sendiri merupakan jenis persamaan dari ruang Euclidian. Menurut teori matematika, orbifold merupakan bentuk yang lebih kompleks dari manifold yang merupakan cara untuk mendefinisikan tiap bentuk lingkaran di muka bumi ini yang memiliki keterhubungan dari ujung ke ujung.

220px-MorinSurfaceAsSphere'sInsideVersusOutside

Dengan orbifold ini, Tymockzco menemukan semacam deret tertentu yang beraturan yang mengatur harmonisasi tiap nada. Ketika dia menyusun nada-nada itu dalam tabel kolom, terlihatlah bahwa ada deret tertentu yang tercipta.

Table

Tymockzco juga mengimplimentasikan orbifold ini dalam sebuah aplikasi komputer yang membantu penggunanya memvisualisasikan orbifold dalam sebuah komposisi musik.

 

 

sumber:

Click to access science.pdf

http://dmitri.tymoczko.com/

 

 

 

May 7, 2016

Perception in “Powers of Ten”

the view, the ambient arrays of energy surrounding the observ
er—light, sound waves, patterns of pressure on tactile re
ceptors, and so on—are structured by the objects and surfaces in the environment in ways that specify those objects
and surfaces; thus, information arrives at sensory receptors
already richly imbued with structure. This structure is not
carried in a static image; it is only apparent in relations that
emerge over transformations in space and time (movement
of objects or the observer, edges, gradients, flow, etc.).
Structured arrays of energy contain the information through
which perception of the self and environment occurs

(E. J. Gibson, 1970)

Secara gamblang begitulah teori persepsi Gibson, bahwa apa yang dilihat manusia bergantung dari struktur lingkungan dimana manusia tersebut berdiri, dimana ada relasi antara ruang dan waktu. Menurut Gibson, ada beberapa poin yang mempengaruhi persepsi manusia dalam melihat sesuatu :

  1. Optical Array: Posisi stimulus (benda) di lingkungan terhadap kita. Behubungan dengan keadaan dan waktu sehingga mempengaruhi bagaimana cahaya masuk ke mata.contoh: posisi, ukuran, interposisi.  Berangkat dari ground theory, bahwa bukan posisi objeknya yang penting tapi bagaimanan objek ini ditempatkan pada surface. Gibson beranggapan bahwa posisi manusia terhadap ruang dan waktu penting untuk menentukan persepsinya sehingga ketika manusia bergerak variabel jarak dan visual field juga berubah.
  2.  Optic Flow: Keadaan dimana kita bergerak dan poin penglihatan kita menjadi statis, sedangkan field of vision kita yang lain menjadi dinamis.
  3. Invariants: hal yang berada di lingkungan yang tidak berubah. Contoh: tekstur dan gradien, pola alur, densitas tekstur, motion parallax (bagaimana satu objek bisa terlihat dan tidak terlihat tergantung posisi benda terhadap visual field),affordance.

 

Disini kita akan mencoba membedah suatu video karya Charles dan Ray Eames, mereka adalah salah satu pasangan arsitek yang paling berpengaruh di abad 20. (tidak hanya membuat bangunan tetapi furnitur, instalasi dan video juga. ps: haha baru tahu kaan!)  Video ini mengajak kita untuk mengeksplorasi skala relatif kita terhadap suatu titik (titik ini adalah pasangan yang sedang berpiknik di Chicago) dengan  bergerak sejauh pangkat sepuluh meter  setiap sepuluh detik. (10, 10^1, 10^2). Kita dapat melihat bagaimana persepsi visual kita akan berubah seiring kita bergerak.

 

tumblr_msnqpfsAKd1rot1ico1_400

eames-powers-of-ten-o

Kita coba telaah dari posisi 10 m – 100m. Awalnya tekstur rumput, posisi orang, dan alat – alat makan masih terlihat jelas, namun seiring bergeraknya kamera tekstur tersebut menjadi kabur sehingga kita tidak dapat menangkap informasi “ada manusia yang sedang piknik” dan hanya melihatnya menjadi sebuah objek. Objek manusia tersebut juga tidak bisa ter – define karena ada pengaruh jarak mata ke objek, bentuk manusia menjadi kabur. saat jarak menjauh, tekstur tidak terlihat sehingga kita tidak bisa memprediksi kedalaman benda tersebut. Dimana objek piring dan gelas? Dimana posisi kedua manusai itu?, tidak tertangkap informasinya dan menganggap kegiatan piknik itu sebagai satu objek.

Saat jarak 10 m kita masih dapat mengetahui ukuran karpet yang lebh besar dari manusia, namun saat kamera bergerak terjadi motion parralax sehinga objek lain (jalan) masuk ke dalam field of vision kita. Sehingga karpet tadi yang kita anggap besar menjadi kecil jika dibandingkan dengan jalan. Disini terjadi perubahan persepsi kita terhadap ukuran sebuah benda seiring kita bergerak.

Kita juga dapat merasakan optic flow dimana titik (orang piknik) seakan statis dan yang lain menjadi dinamis saat kita bergerak menjauh.

ggg

Kita coba melihat dari skala yang lebih besar,  dimana titik fokus kita sudah beralih menjadi bumi. Seiring bergeraknya kamera densitas tekstur bumi menjadi berkurang dan semakin kabur hingga akhirnya tekstur baru (tekstur galaksi) dapat terlihat. Akibat perbedaan tekstur ini informasi yang kita terima juga berbeda.  Motion Parrallax yang terjadi di penjelasan sebelumnya juga terjadi disini. Bandingkan frame 10^8 dengan frame 10 ^ 14. Disana kita dapat melihat: akibat bertambahnya objek pada field of vision kita, skala objek terhadap lingkungan menjadi relatif. Bumi pada jarak tertentu menjadi objek yang mendominasi, namun pada jarak lebih jauh bumi hampir menjadi sama ukurannya dengan objek – objek angkasa lainnya, bahkan tidak bisa dibandingkan lagi.

Setelah dari skala yang besar coba kita lihat dari skala yang lebih kecil

 

Pada skala mikron kita dapat melihat adanya interposisi. awalnya kita dapat melihat sel darah putih dalam visual field kita, namun seiring bergeraknya kamera, sel darah putih tersebut ternyata berada di dalam pembuluh darah, sehingga sel tersebut tidak dapat terlihat lagi dan informasi mengenai adanya sel tersebut hilang. Begitu pula informasi akan tekstur dan pola dari sel.

Informasi mengenai densitas dan pola tekstur DNA dapat terlihat jelas saat kamera mulai mendekatinya, informasi tersebut belum dapat diterima saat jarak kamera berada pada 100 angstrom , pola belum dapat ter – define dengan jelas. Akibat adanya tekstur ini, kita dapat memperkirakan kedalaman dari DNA ini, dimana yang posisinya lebih di depan dimana yang posisinya lebih di belakang.

Itulah beberapa paparan mengenai persepsi pada video Powers of Ten. Disana saya hanya memaparkan beberapa contohnya saja, namun teori – teori Gibson dapat ditemukan selama 9 menit pemutaran video tersebut. Kalian dapat mulai dengan menonton videonya dan menemukan sendiri penerapannya!

Nadia Amira

1306405206

 

Sumber Referensi:

http://www.eamesoffice.com/the-work/powers-of-ten /

The Ecological Approach to Visual Perception. James J.
Gibson. Houghton Mifflin, Boston, 1979. 332

Goldstein, Bruce. (1981).The Ecology of J.J Gibson’s Perception . Leonardo, [online] Volume 14, p. 191 – 195.

Adolph,Karen E. Kretch, Kari S.  (2015 ).Gibson’s Theory of Perceptual Learning. NYU Psychology, [online].

 

 

March 28, 2016

Idea of Proportion -Does It Still Exist?

Proporsi – Apakah proporsi adalah segaanya dalam mendesain? Banyak faktor yang mempengaruhi proporsi, sehingga golden ratio dan golden section ini sendiri kemudian patut dipertanyakan. Apakah arsitektur modern menggunakan konsep proporsi ini dalam merancang bangunannya?

Dalam menentukan proporsi yang sesuai, Vitruvius memberikan pernyataan bahwa simetris adalah proporsi yang ideal, seperti apa yang beliau katakan bahwa,

Ordering is the proportion to scale of the work’s individual components taken separately, as well as their correspondence to an overall proportional scheme of the symmetry.” –  Vitruvius

Apa yang disebut simetris disini? Berkaitan dengan golden section kah? Dari sini kita dapat melihat bahwa hal yang indah berbentuk simetris. Seperti yang bisa kita lihat pada gambar dibawah ini, keindahan bangunan yang simetris.

 

Hal ini sangat bertolak belakang dengan keindahan yang menjadi tren di arsitektur modern. Penggunaan digital processing dalam merancang struktur bangunan, memberikan kemudahan untuk merealisasikan hal yang tampak tidak mungkin dan menentang nilai estetika keindahan dari golden section ini sendiri.

 

 

Frank Gehry merupakan seorang arsitek kontemporer yang menggunakan gabungan dari komputasi digital dalam mengkomposisikan struktur bangunan yang dirancangnya sehingga menghasilkan bentuk yang unik. Dalam salah satu perkataannya mengenai Eisenhower memorial, beliau mengatakan

“Well, I had to—it didn’t start out that way. And I’m not the kind of architect that does that. But we had to hold the tapestries up. And there had to be some—and I started out with cable structures in steel, but it didn’t seem dignified and appropriate for this topic. And I started making bigger and bigger, so that they had more presence, and I ended up with these columns”

gugenheim

The Guggenheim Museum, Biblao

Pernyataan Frank Gehry ini direalisasikan dalam beberapa karyanya, dan salah satunya adalah museum guggenheim ini. Tampak bahwa keinndahan tidak dibatasi dengan proporsi saja, namun ternyata bahwa penggunaan metode lain untuk mendeformasi bentuk geometri dapat memberikan kesan keindahaan juga. Proporsi yang dimaksud pada karya Frank Gehry ini berbeda dengan keindahan estetis klasik. Jadi apakah mungkin sebenarnya proposi bukanlah lagi kriteria dari membuat bangunan yang indah?

 

Referensi:

http://www.nccsc.net/essays/beauty-and-proportionality-architecture

http://www.eisenhowermemorial.net/frank-gehry-own-words

The Software Behind Frank Gehry’s Geometrically Complex Architecture

 

Geometri dari Alam Semesta

Sudah banyak bahasan mengenai geometri dari benda atau objek kecil yang ada di sekitar kita. Namun, kita harus bertanya-tanya bagaimanakah geometri dari Alam Semesta yang kita tinggali ini? Apakah Semesta mempunyai batas dalam ukuran? Jika iya, apakah bagian luar dari alam semesta? Jawaban untuk pertanyaan ini melibatkan pembahasan geometri dari alam semesta.

Dalam membahas hal ini, penting bagi kita untung mengingat bahwa ada perbedaan antara kelengkungan ruang (negative, positif, atau flat) dan topologi alam semesta (apa bentuknya). Ketika melihat keduanya sebagai dua hal yang berbeda kita bisa melihat kemungkinan bentuk lengkung yang berbeda, contohnya bentuk torus (donat). Topologi yang mungkin dari alam semesta dapat berupa spherical, cyclindrical dan juga cubical, inilah ketiga tipe yang paling dasar.

Pada dasarnya ada tiga bentuk yang mungkin untuk alam semesta berdasarkan tiga kemungkinan garis sejajar (Riemannian Geometry):

  • flat Universe (Euclidean atau kelengkungan nol)
  • spherical atau closed Universe (kelengkungan positif)
  • hiperbolic atau open Universe (kelengkungan negatif)

Mengukur kelengkungan alam semesta bisa dilakukan karena kemampuan untuk melihat jarak yang jauh dengan teknologi baru. Teknologi saat ini memungkinkan kita untuk melihat lebih dari 80% dari ukuran alam semesta, cukup untuk mengukur kelengkungan.

Seperti ruang yang memiliki cermin-cermin, alam semesta yang terlihat tak berujung, pada kenyataannya, menjadi terbatas. Sebuah kotak cermin dapat memberi illusi bahwa semesta  terbatas tapi terlihat tidak berujung. Kotak berisi tiga bola, namun cermin tersebut menghasilkan jumlah tak terbatas. Tentu saja, di alam semesta yang sebenarnya tidak ada batas dari mana cahaya dapat memantul.

Topologi menunjukkan bahwa sepotong datar ruang-waktu dapat dilipat menjadi torus ketika ujung-ujungnya menyentuh. Dengan cara yang sama, kertas yang datar bisa diputar untuk membentuk Moebius Strip.

Contoh 3D dari strip Moebius adalah Klein Bottle, di mana ruang-waktu terdistorsi sehingga tidak ada di dalam ataupun di luar, hanya satu permukaan.

Alam semesta Euclidean atau hiperbolik yang simply connected memang akan menjadi tak terbatas, tapi alam semesta mungkin multiply connected seperti torus. Dalam hal ini seorang pengamat akan melihat beberapa gambar dari setiap galaksi dan bisa dengan mudah salah menafsirkan mereka galaksi sebagai berbeda di ruang tak berujung, sebanyak pengunjung ke ruang cermin memiliki ilusi melihat kerumunan besar.

Ruang hyperbolik dapat dibentuk dari persegi  (donutspace / Euclidean 2-torus) atau octagon (two-holed pretzel) yang sisi berlawanannya terhubung, sehingga apapun yang melintasi salah satu ujungnya akan kembali dari tepi berlawanan.

Penting untuk diingat bahwa gambar di atas adalah bayangan 2D pada ruang 4D, karena tidak mungkin untuk menjabarkan geometri dari alam semesta di selembar kertas.

Referensi:
http://phys.org/news/2014-09-geometry-universe.html
http://starchild.gsfc.nasa.gov/docs/StarChild/questions/question35.html
http://csep10.phys.utk.edu/astr162/lect/cosmology/geometry.html
http://abyss.uoregon.edu/~js/cosmo/lectures/lec15.html

Rifqi Pratama Putra
Arsitektur
1306367132

The Crucial Role of Geometry in Islamic Art

Anneli Puspita Xenia

1306449473

 

Menurut Nigel Pennick pada buku-nya yang berjudul Sacred Geometry pada tahun 1994, rasio dan proporsi geometri telah diberlakukan pada desain sakral dan seremonial pada peradaban tradisional sejak zaman lampau. Rasio dan proporsi geometri selalu tercipta dari dimensi-dimensi yang menggabungkan angka-angka matematis, kesatuan yang konstan, dan rasio, seperti halnya ‘golden/sacred mean’ . Dan penggunaan geometri berdasarkan akar-akar yang proporsional, bujur sangkar yang proporsional, dan segitiga phytagoras.
Pada seni dan arsitektur Islam, geometri telah diberlakukan sejak awal dan sebagai bentuk penolakan Islam terhadap gambar-gambar figuratif dan pagan yang dapat memicu berhala. Seni Islam, atau lebih tepatnya seni sakral, adalah seni yang diciptakan sebagai bentuk ketaatan spritual, ekspresi rohani, dan bentuk pengingatan akan Tuhan. Di mana memiliki arti yang berbeda dari seni biasa yang diciptakan untuk meng-ekspresikan cerita atau pesan dari si seniman sendiri. Di mana si seniman Islam melepaskan belenggu diri-nya dari pujian atau pengakuan terhadap karya-nya.
Geometri pada umumnya dan geometri tertentu memegang peranan penting pada proses desain dari seni Islam, yang direpresentasikan pada elemen-elemen utama-nya, geometri, biomorphic laws, dan kaligrafi, yang semuanya berdasarkan hukum geometri atau proporsi. Geometri adalah sentral dari seni Islam.
Desain geometri pada Islam tercipta dari kombinasi-kombinasi bujur sangkar dan lingkaran yang mengalami repetisi, yang dapat mengalami overlap, interlace, dan arabesque di mana setelah itu akan membentuk desain yang kompleks dan berbelit-belit.
Dan ternyata, pola-pola yang ada pada desain Islam dapat dilihat sebagai kunci metode dari bagaimana Islam meng-ekspresikan estetika cosmological. Sebagai tambahan untuk representasi cosmological dan struktur filosofis pada level bentuk, pola-pola geometri dalam Islam juga dapat dilihat sebagai bentuk yang efisien dan kuat untuk merepresentasikan beberapa konsep-konsep ‘sentral’ yang mengkarakteristikan pembahasan Islam dalam hal ‘Divine Nature’. Pola-pola pada Islam adalah sebagai bentuk visual tools untuk merenungkan sifat matematis pada alam yang tersembunyi, yang menuntun pada sifat dari keindahan, yang merupakan kekuasaan Tuhan pada alam semesta ciptaan-Nya.

Geometric Proportional Systems
Pada seni dan arsitektur Islam, sistem proporsi geometri yang paling penting adalah:
-Golden mean / golden ratio
– Proporsi tiga akar utama yaitu √2, √3 and √5

Proporsi Golden Mean adalah sistem proporsi di mana dua elemen ber-relasi satu sama lain di dalam satu set proporsi.

1-s2-0-s2095263512000635-gr1

The golden mean proportion: a/b=(a+b)/A=1.61803.

Pada gambar di atas, dua segmen dari a dan b yang berbeda nilainya adalah berada pada satu proporsi a/b=(a+b)/a. Disini terdapat inti yang memisahkan satu garis menjadi segmen-segmen dengan proporsi-proporsi kualitatif. Ini merupakan refleksi dari lipat ganda yang terjadi dalam satu unity dalam istilah geometri. Jika garis ini dibagi menjadi dua garis yang sama nilainya, dua segmen itu akan menjadi repetisi monoton dari satu sesuatu yang sama, bukan lah lipat ganda (multiply) atau kesatuan (unity) dalam geometri.
Sedangkan untuk proportional rectangles atau proportional roots adalah berdasarkan dari geometri segi banyak.

1-s2-0-s2095263512000635-gr2

The proportional roots: (a) the √2 proportion, (b) the √3 proportion, and (c) the golden mean (Phi) proportion.

untitled

The root proportions based on the square.

Seniman-seniman Muslim menciptakan proporsi-proporsi geometri ini dari lingkaran ‘Unity’. Sebagai salah satu dari bentuk umum yang ada di alam, lingkaran ini merefleksikan secara simbolik adalah tanda-tanda dari ciptaan-Nya, seperti salah satunya contohnya adalah matahari yang menjadi simbol universal (Guenon, 1995).

untitled

Unity in multiplicity and multiplicity in unity primary circle symbolizing wholeness, completion, unity and infinity.

The circle of the unity atau kesatuan lingkaran merupakan suatu bentuk yang signifikan karena lingkaran-lingkaran itu saling mengelilingi bagian yang di tengah-tengah. Dan sangat penting untuk mengetahui bahwa bentuk-bentuk geometri dapat diciptakan dari lingkaran, dan dari lingkaran-lingkaran itu muncul-lah segi banyak, yang menyertakan perhitungan akar-akar dan proporsi-proporsi.

This picture (Vesica Pisces realm) shows a symbolic relationship between the absolute and the relative, represented by two circles overlapped

untitled
Di dalam Vesica Pisces, primary proportional roots, seperti √2, √3, and √5 atau golden mean, semuanya ditemukan pada daerah ‘relatively absolute’.
Geometry in man, nature, and cosmos
Geometri seolah-olah menjadi sesuatu yang tidak terlihat pada seni dan arsitektur Islam, akan tetapi jika manusia memahaminya sebenarnya pola matematis geometri itu sendiri dapat ditemukan pada manusia, alam, dan kosmos. Pola-pola ini yang mencakup nilai estetika dan filosofis dapat ditemukan pada semua aspek dalam proses desain seni Islam. Telah dipercayai bahwa geometri-geometri ini sebenarnya diturunkan dari hukum-hukum alam.

1-s2-0-s2095263512000635-gr7

1-s2-0-s2095263512000635-gr8

1-s2-0-s2095263512000635-gr9

Geometric Proportions As A Tool of Design: Study Model
The Planning Stage : menentukan sistem proporsi berdasarkan unit pola di dalam circle of unity, yang ditentukan oleh keinginan menunjukkan arti simbolis di balik pola geometri dan kaitannya dengan mikro dan makro kosmos.
The Division Phase : konstruksi dari pola geometri dasar
Pattern Order and Structure : inisiasi membentuk garis bersinggungan untuk menciptakan bentuk yang artistik dari pola yang bertemu karena garis-garis itu. Ini menyebabkan munculnya titik-titik yang dapat digunakan untuk mengembangkan pola.
Desired Pattern Revealing : menciptakan variasi geometri dari pola dan menebalkan garis. Ini diturunkan dari semua proporsi vital berdasarkan single unit. Proses ini dapat dilakukan secara repetisi, membuat bagian tengah nya bisa muncul di mana-mana atau tidak muncul sama sekali.

Fourhold to Eighthold Pattern

untitled

 

1-s2-0-s2095263512000635-gr12

Construction stage of eight pointed patterns based on √2 proportions.

1-s2-0-s2095263512000635-gr13

Applications of the octagon based on eight pointed patterns in architecture “And the angels will be on its sides, and eight will, that Day, bear the throne of thy Lord above them” (The Holy Quran, Chapter 69, verse 17).

 

Fivehold to Tenfold Pattern

untitled

1-s2-0-s2095263512000635-gr15

 

Sixfold to Twelvehold Pattern

1-s2-0-s2095263512000635-gr16

1-s2-0-s2095263512000635-gr17

1-s2-0-s2095263512000635-gr181

1-s2-0-s2095263512000635-gr19

 

Referensi:

Guenon, Rene. 1995. The Reign of Quantity and the Sign of the Times. Sophia Perennis, Ghent.

Pennick, Nigel. 1994. Sacred Geometry: Symbolism and Purpose in Religious Structures. Capall Bann Publishing, San Francisco, USA.

Schneider, Michael. 1994. A Beginner’s Guide to Constructing the Universe: The Mathematical Archetypes of Nature, Art and Science. Harper Collins, New York.

Nasr, Sayyed. 1978. An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines. Thames and Hudson, UK.

Singer, Lynette. 2008. The Minbar of Saladin: Reconstructing a Jewel of Islamic Art. Thames and Hudson, London, UK.

DIAGRAM VORONOI SEBAGAI TOOLS DESAIN ARSITEKTURAL

Voronoi diagram is a tool, that its aesthetic potential remains largely unknown. One prior art use of it is to produce natural fractal patterns using the Voronoi diagram in a series of steps back (Shirriff, 1993)
Tools dalam desain arsitektural dapat diperoleh dari berbagai hal, salah satunya diagram matematis Voronoi yang membahas kasus umum n-dimensional. Grafik ini menyediakan semua informasi yang berkaitan dengan jarak antara satu set poin (atau benda pada umumnya). Contoh dalam membaca peta, kita dapat mengetahui rumah sakit mana yang paling dekat dari lokasi kita dengan mengibaratkan titik pada diagram Voronoi sebagai rumah sakit dan titik lain sebagai lokasi kita berada.
Gambar berikut menunjukkan bagian-bagian dari diagram Voronoi.
voronoi2

voronoi1.jpg
Gambar di atas merupakan contoh bentuk diagram Voronoi yang ada di alam. Garis merah menunjukkan bagaimana Voronoi Cell saling terhubung melintasi Voronoi Space dan menyeberangi Voronoi Foam yang membagi personal space masing-masing cell.

Secara geometris, Voronoi terbentuk dari Terraswarms (kumpulan yang sangat banyak), secara umum disebut “Tooling” yang kemudian membentuk Tilings (bentukan ubin) (Ferre, 2007). Dengan begitu, personal space dari setiap poin (cell) dibagi oleh garis netral (foam) yang juga berasal dari poin sekelilingnya. Garis ini memiliki jarak yang sama dengan titik yang dibagi.
voronoi3
Diagram Voronoi merupakan cara membagi ruang dari serangkaian titik yang menjadikannya terorganisir. Hal ini dapat digunakan dalam mendesain site dalam NKPAC competition serta Tulum Museum. Terlihat bahwa zonasi menciptakan struktur alami sebagai satu kesatuan dengan konteks, tidak serta merta disusun acak dan dengan sendirinya menjadikannya estetis.
voronoi4voronoi5
Auliana Salma
1306413681
Referensi:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjRvLPDuOHLAhUiHqYKHVA0Cc8QFggoMAU&url=http%3A%2F%2Fwww.cibtech.org%2Fsp.ed%2Fjls%2F2015%2F01%2F195-JLS-S1-212-0%2520(125).pdf&usg=AFQjCNGeoUHz4a1Ls5CapIDg82FijbprWA&sig2=i6g2dYEfngUvucuaNS81pw&bvm=bv.117868183,d.dGY
http://improved.ro/blog/2010/10/f-voronoi/
http://mathworld.wolfram.com/VoronoiDiagram.html
http://www.academia.edu/11492530/Analisa_Desain_Parametrik_Pada_Bangunan
https://bustangbuhari.wordpress.com/2011/10/10/voronoi-diagram-sebuah-pengantar/

GEOMETRI ADALAH BAGIAN EKSPRESI KEBEBASAN BENTUK

Filed under: architecture and other arts,everyday geometry — debilaa @ 03:17
Tags:

Geometri itu sebagai sesuatu yang mengikat ataupun membebaskan di dalam dunia arsitektur, mungkin tidak akan ada habisnya untuk dibahas atau dicari solusinya, semuanya itu tergantung dari persepsi kita masing-masing. Antara geometri itu mengikat atau membebaskan, masing-masing memiliki kedudukan atau posisi yang sama kuat. Tetapi pada kesempatan ini, saya akan coba membahas geometri sebagai sesuatu yang membebaskan di dalam dunia arsitektur. Mungkin pertanyaan yang timbul adalah: Seperti apakah kebebasan yang ada di dalam geometri? Dalam wujud apakah kebebasan itu?”

“…,because we don’t want to exclude everything in architecture that makes us uneasy. We want architecture that has more to offer. Architecture that bleeds, exhausts, that turns and even breaks, as far as I am concerned. Architecture that glows, that stabs, that tears and rips when stretched. Architecture must be precipitous, fiery, smooth, hard, angular, brutal, round, tender, colorful, obscene, randy, dreamy, en-nearing, distancing, wet, dry and heart-stopping. Dead or alive. If it is cold, then cold as a block of ice. If it is hot, then as hot as a tongue of flame. Architecture must burn! ” (Coop Himmelb(l)au, Covering and Exposing: The Architecture of Coop Himmelb(l)au)

Mungkin kata-kata atau filosofi utama dari Coop Himmelb(l)au inilah yang akan mengawali pembahasan geometri sebagai sesuatu yang membebaskan di dalam dunia arsitektur. Dia adalah salah satu praktisi arsitektur muda pada masa itu dengan ide-ide baru yang cukup radikal. Modernisme dengan dominasi rasionalitasnya dianggap membatasi arsitek dalam menjelajahi kemungkinan bentuk-bentuk baru dalam bahasa arsitektur. Oleh karena itu, Coop Himmelb(l)au berusaha mengeksplorasi dan mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam “bahasa arsitektural”. Coop Himmelb(l)au berusaha menciptakan perubahan mendasar pada arsitektur, urbanisme, struktur, dan tektonik. Dapat dikatakan Coop Himmelb(l)au berusaha mencari ”arsitektur yang merdeka”.

 

Gambar. Musee des Confluences, Lyon, France
Sumber: Covering and Exposing: The Architecture of Coop Himmel(b)lau

Dari pendapat dan pemikiran Coop Himmelb(l)au inilah, saya berpendapat bahwa geometri sebagai sesuatu yang membebaskan, atau lebih tepatnya geometri menghasilkan bentuk (form) arsitektur yang bebas. Walaupun cara-cara pemikiran dari geometri beserta dengan aturan atau kaidah yang ada di dalamnya bersifat mengikat, namun hasilnya pada akhirnya akan membawa kita ke dalam suatu kebebasan bentuk dan ekspresi, yaitu dunia arsitektur yang merdeka. Karena yang kita rasakan adalah form dan experience dalam bentuk ruang 3 dimensional dan waktu.

            Hal-hal seperti itu jarang kita sadari, karena pada dasarnya, dari pendidikan sekolah umumnya di Indonesia sendiri, kita hanya mengenal bentuk-bentuk geometri dasar, seperti kubus, kotak, limas, balok, prisma, silinder, bola, dan bentuk lainnya. Dan pada saat itu kita hanya bisa menerima karena kita berpikir bahwa ya memang seperi itu adanya. Sehingga semuanya seakan terbungkus menjadi suatu doktrin dipikiran kita, bahwa seperti itulah geometri. Padahal jika kita telusuri lebih dalam lagi, geometri bukanlah hanya seperti itu. Geometri berarti ilmu ukur suatu ruang. Dan ruang yang dimaksud adalah bumi, tempat kita sebagai manusia hidup dan menetap. Kata-kata ”bumi” (geo) inilah yang tidak disadari oleh kita, padahal kata-kata “bumi” merupakan sesuatu yang sangat krusial di dalam pengertian dasar mengenai arti dari geometri.

Pengertian kita mengenai geometri hanya terpaku oleh bentuk-bentuk Euclidean geometry saja, padahal pengertian dari geometri  lebih dari itu. Sama halnya dengan pengertian dari kata yang diucapkan oleh Coop Himmelb(l)au, ”Architecture must burn” ini tidak hanya sekedar arsitektur, tetapi lebih kepada bagaimana kita melihat dunia ini. Dunia arsitektur seharusnya mengungkapkan suatu potensi baru di dunia nyata yang tidak pernah kita sadari.

Dunia geometri sebenarnya merupakan dunia yang kaya akan potensi yang baru.Sebagai contoh adalah suatu bentuk geometri adalah berupa form yang menghasilkan suatu visual perception, di mana perception merupakan conscious experience of object. Masing-masing orang sebagai subjek yang merasakan ruang (experience) mempunyai kebebasan di dalam mempersepsikan ruang tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika persepsi masing-masing orang mengenai ekspresi maupun bentuk geometri itu berbeda-beda.

Geometri juga diberikan kebebasan untuk menggunakan ide di dalam merancang suatu karya arsitektur (form). Ternyata banyak sekali alternatif atau pilihan prinsip geometri di dalam merancang, seperti menggunakan prinsip classical idea, euclidean, non-euclidean, topologi, teori gestalt, teori gibson, taksonomi, dan lainnya. Sehingga suatu bentuk dan karya arsitektur yang dihasilkan pun akan sangat kaya dan beragam ekspresinya maupun wujudnya.

Bentuk atau form yang ”bebas” bukanlah berarti suatu bentuk yang sebebas-bebasnya. Arsitektur tetap harus dapat menjadi perlambang sesuatu, atau pun perlambang dirinya sendiri. Arsitektur harus dapat menyampaikan isi atau makna yang terkandung di dalamnya. Lebih jauh lagi, arsitektur harus dapat memicu pertanyaan, ”Mengapa dan bagaimana ia diciptakan?”. Sesuatu di dalam geometri itulah yang sangat penting sebagai proses pembentukan suatu form atau karya arsitektur. Arsitektur yang baik adalah arsitektur yang dengan jujur mengupas segalanya hingga menjadi jelas. Proses pembentukan form ini seringkali menjadi hal yang terlewatkan untuk kita sadari ketika sedang merancang. Padahal proses pembentukan form itulah yang sangat penting untuk kita ketahui. Suatu bentuk yang sederhana sekali pun, pada dasarnya memiliki arti di dalamnya, baik itu proses pembentukan maupun kehadirannya.

Referensi

Betsky, A. & Adigard, E. (2000). Architecture Must Burn. London: Thames & Hudson.

Architecture and Anthropology. (2006). Architectural Design Magazine. Academy Group.

Covering and Exposing: The Architecture of Coop Himmelb(l)au.

http://en.wikipedia.org/wiki/mobius strip

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0701/21/desain/3249855.htm

http://www.math.wayne.edu/~rrb/topology.html

http://www.webopedia.com/TERM/T/topology.html

 

 

Komposisi Ruang Euclidean Dalam Karya Katarzyna Kobro

Filed under: architecture and other arts,classical aesthetics — kevinromariodharmasena @ 02:21
Tags: , ,
spatial-composition-4-1928
Spatial Composition 4 (1928)

Komposisi di atas nampaknya sudah tidak asing lagi, terutama bagi mereka yang berkutat dengan desain, ruang, dan seni. Katarzyna Kobro adalah seorang perupa asal Rusia yang lahir tahun 1898. Karya-karyanya, seperti di atas, adalah karya yang dipengaruhi gerakan Konstruktivisme yang berkembang di Rusia. Kobro mencoba membuat komposisi sedemikian rupa sehingga tidak ada ruang yang terbentuk karena enclosure, sehingga karyanya terlihat seperti susunan bidang planar dalam ruang tiga-dimensional. Namun yang unik di sini adalah bagaimana dia mengkonstruksikan karyanya dalam ruang.

spatial-composition-ii-1928.jpg!Blog
Spatial Composition 2 (1928)

Pada era itu tentunya sudah banyak gerakan seni yang mencoba mengaplikasikan geometri non-Euclidean seperti pada Kubisme. Kobro memiliki kekhasan dalam menggunakan ruang sebagai wadah untuk menyelipkan bidang-bidang planar, walau tidak semua karyanya seperti demikian (contohnya Rzeźba Abstrakcyjna II di bawah). Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bidang planar seperti adalah bidang yang ada dalam model ruang Euclidean. Dapat dilihat bahwa Kobro mencoba membuat ruang tanpa batasan bidang, namun masih dalam batasan model ruang Euclidean (perlu diingat bahwa model ruang non-Euclidean sudah banyak dipakai dalam karya-karya seni sejak awal abad 20).

rze-ba-abstrakcyjna-ii-1924.jpg!Blog
Rzeźba Abstrakcyjna (Abstract Sculpture) II (1924)
rze-ba-przestrzenna-1925.jpg!Blog
Rzeźba Przestrzenna (Spatial Sculpture) (1925)
spatial-composition-nr-6-1931.jpg!Blog
Spatial Composition 6 (1928)

Penyusunan bidang-bidang di ruang tiga dimensional memang berpotensi memunculkan ruang-ruang, namun Kobro memilih untuk melakukan komposisi murni menggunakan bidang-bidang planar. Tetapi justru batasan yang ia pakai dalam konteks karyanya menjadi representasi yang ikonik dalam Konstruktivisme. Karyanya tergolong influental di era di mana representasi tiga-dimensional masih terbatas dan belum ada representasi digital yang membuat orang bisa membuat objek tiga-dimensional dengan mudah. Influensi karyanya, sebagaimana karya Konstruktivis lain juga dapat dilihat pada Bauhaus, dan penggunaan warnanya yang mengingatkan kita pada karya-karya Piet Mondrian.

tumblr_nsj07tRxR51s3v5i1o4_500
Spatial Composition 9 (1933)

Namun pada karyanya Spatial Composition 9 di atas, terlihat juga usahanya untuk lepas dari constraint Euclidean, walaupun masih ada paralelitas pada bagian di mana ruang itu bertemu dengan tapak, dan basis bidang datar yang dipelintir di ruang tiga-dimensional. Dalam konteks ini dapat dilhat kalau constraint Euclidean mungkin lebih dikarenakan tools yang tersedia pada waktu itu belum mampu merangkai ruang yang terlalu kompleks.

Salah satu tulisannya yang menarik, tentang spatio-temporal rhythm, menjadi basis merangkai bentuk-bentuk geometri planar menjadi satu kesatuan yang uniform. Kobro menjelaskan, banyaknya kemungkinan bidang dalam ruang adalah tidak terbatas, dan bidang yang satu pasti berbeda dengan bidang yang lain. Uniformity dicapai saat ia memproyeksikan bidang-bidang itu menggunakan ritme-ritme potensial yang dimiliki tiap bidang. Hal ini dapat menjelaskan mengapa karya-karyanya kebanyakan berbentuk seperti ruang yang “tidak selesai” karena yang coba ia bangkitkan adalah ruang yang potensial, bukan ruang yang sesungguhnya/ruang yang tampak. Gagasan spatio-temporal rhythm Kobro tertuang dalam tulisan Sculpture and Solid yang dimuat di majalah Europa tahun 1929, dengan delapan poin kesimpulan yang ia tarik:

  1. a sculpture is a part of space; its organic quality depends on its incorporation into space,
  2. a sculpture is not a formal composition in its own right; it is a composition within space,
  3. dynamic qualities of a succession of shapes add up to produce a uniform rhythm within time and space,
  4. a harmonious rhythm derives from measure which is based on numbers,
  5. architecture helps to organize man’s movements in space, hence its character of a spatial composition ,
  6. architecture is meant not only to design comfortable and functional dwellings,
  7. architecture has to combine everything: distribution of everyday utilities, structural inventions and colour qualities, as well as to give direction to shapes which will then determine the rhythm of man’s life within architecture,
  8. a printed page consists of successively arranged (so as to match the content of the text), spatial units (printed planes); that is why its lay-out should follow numerical measure.

Tampak jelas penekanan Kobro tentang “ritme” spasial temporal yang menurutnya penting untuk dijadikan basis dalam menyusun bidang-bidang menjadi satu bentuk yang uniform.

(Source: http://culture.pl/en/artist/katarzyna-kobro; http://www.ddg.art.pl/kobro/documentation.html; http://www.wikiart.org/en/katarzyna-kobro)

March 27, 2016

Penggunaan Euclidean Geometry pada Pembentukan Fractal Geometry

“Clouds are not spheres, mountains are not cones, coastlines are not circles, and bark is not smooth nor does light travel in a straight line” (Mandelbrot, Benoit B. 1982. The fractal Geometry of Nature)

Kutipan diatas adalah salah satu quotes terkenal mengenai geometri fraktal. Dimana geometri fraktal membicarakan mengenai geometri yang terinspirasi dari alam. Inspirasi dari alam itulah yang membuat bentuk dari geometri ini tidak teratur, dan masuk kedalam golongan geometri non-euclidean. Contoh observasi geometri fraktal di alam yang sering digunakan adalah awan, pohon, bunga, aliran air, dll.

Namun, bagaimana bila dalam pencapain geometri fraktal tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan geometri euclidean? Seperti yang kita ketahui geometri euclidean kerap akan permainan garis, bidang planar, ataupun platonic solid. Dengan eksplorasi lebih jauh bentuk geometri euclidean inilah muncul bentukan alam yang dapat kita bilang sebagai geometri fraktal.

 

Gambar diatas menunjukan permainan bidang planar persegi, dan juga segitiga yang dapat membentuk bentuk pohon.

 

fractalsnowflake

Bidang segitiga yang dimainkan dan kemudian membentuk butiran salju.

 

Gambar diatas adalah eksplorasi digital dari penggunaan persegi yang mereplika bentuk permukaan laut.

Selain itu, tidak hanya bidang planar (2d) sajalah yang bila diekplorasi dapat membentuk geometri fraktal. Permainan platonic solid juga dapat digunakan dan membentuk geometri fraktal.

PythagorasDragon5

Kubik yang di overlap terus menerus dan kemudian membentuk ranting pohon.

4038c5cdf198f44532b1962cef2bd4ea

 

Vania Alisha

1306392720

Referensi:

 

GOLDEN RATIO : WHY IS IT A BEAUTY ?

GOLDEN RATIO : WHY IS IT A BEAUTY ?

Cindy Thearas

1306402311

Kecenderungan persepsi terhadap sesuatu objek yang memiliki Golden Ratio , atau yang dimana di objek itu ditemukan memiliki golden ratio , maka objek itu dikatakan indah. Secara persepsi manusia memang banyak yang mengatakan bahwa objek tersebut memang lebih enak dipandang manusia (kesubjektifan), karena memiliki unsur Golden Ratio. Tapi apa yang menjadi dasarnya? Mengapa komposisi phi atau Golden Ratio membuat suatu objek dianggap menjadi indah ?

“The Pythagorean school saw a strong connection between mathematics and beauty. In particular, they noted that objects proportioned according to the golden ratio seemed more attractive [1].”

Saya akan membahasnya melalui pendekatan ilmu matematika ,  yang menjadi dasar dari angka pada Golden Ratio ini ditemukan.

Sebelum memulai pembahasan yang lebih dalam, ada baiknya kita semua menyamakan pandangan kita terhadap makna Beauty terlebih dahulu.

“Beauty is a characteristic of an object, or idea that provides a perceptual experience of pleasure, meaning, or satisfication [Beauty, 2008]. The experience of “beauty” often involves an interpretation of some entity as being in balance and harmony with nature, which may lead to feelings of attraction and emotional well-being [2].”

Secara Teori Matematika

Golden ratio, merupakan sebuah angka yang sangat spesial dalam matematika. Golden ratio biasanya disimbolkan dengan huruf Yunani φ (dibaca : phi). Angka ini sering muncul dalam konsep geometri, seni, arsitektur, hingga struktur makhluk hidup.

11

Golden Ratio adalah perbandingan antara Panjang garis A berbanding garis B sama dengan panjang dari jumlah keduanya berbanding panjang A, dengan syarat A lebih panjang daripada B. (lihat ilustrasi dibawah ini)

2

Tahukah anda bahwa Golden Ratio ini ditemukan berawal dari Deret Fibonacci ?

Deret Fibonacci memiliki angka 1,1,2,3,5,8,13,21,34,55, dst.

Kalkulasi asal dari Deret Fibonacci memiliki kemudahan dalam pemahaman akan keteraturan penghitungannya.

1 + 1 =2 ; 1+2 = 3 ; 2+3 =5 , dst.

Pattern ini membuat deret fibonacci menjadi sebuah deret angka yang spesial dalam ilmu matematika. Keajaiban dari deret ini tidak berhenti pada itu aja, pattern ini juga terlihat dari kalkulasi jika angka dalam deret fibonacci ini dipangkatkan 2, yang kemudian juga menghasilkan angka yang kembali lagi kepada deret fibonacci ini. (lihat gambar)

3

1

Rumus persegi adalah panjang sisi dipangkatkan 2 . Hal ini menunjukkan bahwa Deret Fibonacci juga dapat diterapkan pada perhitungan luas area persegi , yang dimana kita terus menemukan angka pada deret fibonacci berikutnya (dalam gambar diatas , ditemukan angka berikutnya yaitu 13).

5

Dan apabila kita mencoba membagi angka yang lebih besar pada deret fibonacci , dengan 1 angka sebelumnya (lebih kecil) , maka akan menghasilkan rasio yang semakin mendekati 1,618033… atau yang kemudian disebut sebagai Golden Ratio yang dilambangkan dengan φ (phi)

6

Riset hingga saat ini tidak bisa memberikan secara pasti jawaban atas pertanyaan secara  Psikologis manusia, disebabkan kesubjektifan yang dimiliki, namun menurut hasil analisis, maka yang saya simpulkan adalah bahwa satu kunci yang membawa Golden Ratio disebut beauty adalah karena KETERATURAN yang dimiliki. Diawal kita sepakat bahwa keseimbangan dan harmonisasi lah yang membuat sebuah hal disebut indah, dan Golden Ratio , pada dasarnya memiliki perbandingan yang seimbang dan konsisten, bahkan keteraturan itu berawal dari Deret Fibonacci yang menjadi landasan dalam Golden Ratio ini ditemukan.

Dalam penerapannya, baik dalam proporsi dalam lukisan, bangunan, furniture, bahkan musik dan lainnya, tentu membuat hal yang mengandung proporsi berdasarkan Golden Ratio terlihat indah.

Sebagai contoh :

Syair Pantun yang memiliki ritme a-b-a-b-a-b-a-b secara teratur, tentu lebih dinikmati jika dibandingkan dengan syair yang memiliki ritme berantakan (misalnya a-b-c-a-d-b-a).

Apakah syair pantun dengan ritme a-b-a-b-a-b tersebut memiliki unsur Golden Ratio didalamnya? Mungkin bisa jadi iya, bisa juga tidak. Namun, karena keteraturan dalam ritme yang dimiliki membuat itu menjadi indah.

Oleh karena itu, tentulah mengapa banyak persepsi manusia yang melihat atau merasakan hal yang mengandung proporsi berdasarkan Golden Ratio terlihat indah. Karena pada dasarnya, semua yang memiliki keseimbangan dan harmonisasi adalah sesuatu hal yang indah, bukan ? Bagaimana menurut Anda?

Fechner could not explain the preference psychologically. His contemporary psychologist Oswald Külpe, however, suggested a psychophysical account: “We have in the pleasingness of the golden section simply the pleasingness of apparently equal differences. It represents, so to speak, a symmetry of a higher order[3].

Untuk mencoba memahami lebih lanjut terhadap teori matematika pada Deret Fibonacci dan Golden Ratio ini, anda bisa mencoba menonton video dibawah ini :

 

Referensi :

[1]. Seife, Charles (2000). Zero: The Biography of a Dangerous Idea. Penguin. ISBN 0-14-029647-6. p. 32

[2]. Tzanavari, Aimilia. Affective, Interactive and Cognitive Methods for E-Learning Design: Creating an Optimal Education Experience: Creating an Optimal Education Experience. IGI Global. (2010)

[3].  Green, Christopher D. All That Glitters: A Review of Psychological Research on the Aesthetics of the Golden Section. (1995)

March 26, 2016

Impossible Geometry in Monument Valley

What kind of geometry is monument valley? Euclidean or Non-Euclidean?

Apakah yang dimaksud dengan euclidean geometry? Berikut ini adalah postulat euclid:

1. A straight line segment can be drawn joining any two points.

2. Anystraight line segment can be extended indefinitely in a straight line.

3. Given any straight line segment, a circle can be drawn having the segment as radius and one endpoint as center.

4. All right angles are congruent.

5. If two lines are drawn which intersect a third in such a way that the sum of the inner angles on one side is less than two right angles, then the two lines inevitably must intersect each other on that side if extended far enough.

 

 

 

 

 

 

 

Watch Monument Valley Trailer

monument valley

Images from google.com

Monument Valley is a surreal exploration through fantastical architecture and impossible geometry. The player guides the silent princess Ida through mysterious monuments, to uncover hidden paths, unfold optical illusions and outsmart the enigmatic Crow People.    -(UsTwo)

Monument Valley, didesain oleh seorang seniman surreal artist M. C. Escher, merupakan game kembangan perusahaan Apple yang dirilis pada tahun 2014. Game yang dikembangkan dengan basis arsitektur ini, memberikan pengetahuan geometri yang sangat menarik. Ilustrasi yang dibuat dengan teknik aksonometrik memungkinkan adanya penrose triangle, segitiga aksonometrik yang kontinu seluruh permukaannya, yang pada dunia nyata hal ini menjadi tidak mungkin. Ilusi mata pada dunia nyata terjadi secara nyata dan dijalankan pada game ini. Gravitasi dan parallel postulate tidak bekerja. Atas bisa menjadi bawah, atau kanan, atau kiri. Daratan bisa tenggelam, bisa mengapung, atau mendarat di permukaan.

Ketika bermain game ini, skenario yang akan terjadi sangat sulit untuk ditebak. Path dari awal bermain hingga menemukan tujuannya baru diketahui ketika game dijalankan.

Gif Image from Monument Valley Blog

Gif Image from reddit.com

 

Monument Valley in Real Life:

La Muralla Roja housing in Spain by Ricardo Bofill. Photo courtesy of Ricardo Bofill, via ArchDaily.

Chand Baori stepwells in India. Photo by Sitomon/Flickr via Atlas Obscura.

Drawing for Frank House (House VI) in Cornwall, Connecticut by Peter Eisenman (1973). Courtesy of Peter Eisenman Architects via Architectural League.

Bentuk geometri pada monument valley diambil dari dunia nyata, namun aplikasinya berbeda. Tidak ada gravitasi, tidak ada orientasi yang salah. Dogma euclidian terkadang membuat orang yang bermain akan kebingungan bahkan frustasi karena yang ia lihat terlihat tidak mungkin.

‘Apa yang dilihat mata, benar seperti kelihatannya’

Bentuk-bentuk yang dipakai terdiri dari modul cube dan setengah lingkaran. Disusun mengikuti axis x, y, dan z, secara tegak lurus. Secara sadar mengikuti postulat Euclid. Namun, setelah digerakkan, bentuk-bentuk tersebut bertransformasi. Titik-titik yang terhubung terlepas dan terhubung dengan titik yang lainnya. Menghasilkan dua skenario path berbeda dalam satu gerakan. Garis-garis yang parallel dapat bertemu. Elevasi yang berbeda dapat dicapai hanya dengan translasi horizontal.

Berikut ini adalah beberapa skenario ilusi geometri yang terjadi pada beberapa level di monument valley:

 

Secara tidak sadar, game ini dapat membuat orang yang bermain dapat lepas dari dogma euclidian dan berpikir akan kemungkinan-kemungkinan geometri yang baru. Perpindahan atau tranlasi yang terjadi tetap pada koordinat cartesius, namun hasil operasinya ternyata berbeda. Hal ini mungkin saja terjadi karena pemilihan sudut tertentu yang membuat axis x dan y terhubung dengan axis z.

 Referensi:

http://blog.monumentvalleygame.com/

http://www.curbed.com/2015/6/29/9945084/spotting-realworld-architecture-in-monument-valley

http://mathworld.wolfram.com/EuclidsPostulates.html

https://ustwo.com/what-we-do/monument-valley

Screen Capture dari Game Monument Valley

 

Annisa Kharisma, 1306403655

Arsitektur

March 25, 2016

Fibonacci Spiral dalam Fotografi

Fotografi tanpa Golden Ratio tidak indah?

golden-ratio-photography-644x250

Sebagaimana yang sudah kita ketahui, Golden Ratio atau Golden Section merupakan angka rasio/ perbandingan yang diperoleh dari pembagian satu angka dalam deret Fibonacci dengan angka sebelumnya.

Berikut adalah hasil pembagiannya:

Golden Ratio = 1,618; 233 / 144 = 1,618; 377 / 233 = 1,618; 610 / 377 = 1,618; 987 / 610 = 1,618; 1597 / 987 = 1,618

fibonacci-spiral-explanationFotografi memiliki kaitan yang erat dengan komposisi geometri. Bagaimana kemampuan kita menyusun objek pada frame merupakan hal yang fundamental dalam fotografi.komposisi-foto-golden-ratioDapat kita lihat bahwa komposisi foto Golden Ratio meletakkan objek utama pada titik persimpangan dua garis horizontal yang memiliki
perbandingan 1:1,6 atau 38/62. Bentuk spiral ini secara natural membawa mata menuju titik fokus ke arah luar sisi frame. Saat ini pun bentuk spiral dalam fotografi dapat kita jumpai pada kamera handphone yang sering kita gunakan. Sebagai panduan untuk kita yang tidak ahli dengan ilmu fotografi.golden-ratio-apps

how-to-use-fibonacci-spiralFoto diatas mencoba menangkap matahari terbenam di senja menjelang malam penuh kabut dengan warna merah dari dedaunan yang berjatuhan,  kemudian disisipkan pula seseorang yang sedang merambati sisi jalan dengan tenang. Foto ini menjadikan garis pada pohon menjadi titik focus dengan menggunakan teknik Golden Ratio.

Henri Cartier-Bresson(1908–2004), adalah seorang fotografer humanist dari prancis yang terkenal dengan julukan Master of Candid Photography. Meskipun tidak ada bukti kuat bahwa Cartier-Bresson menggunakan Fibonacci Spiral atau Golden Ratio sebagai landasannya dalam mengambil gambar, namun ia belajar untuk menjadi seorang pelukis pada awalnya. Sehingga menjadi tidak asing bagi Cartier-Bresson dengan hal-hal seperti Classical Rules of Composition. Dimana ia telah mendalami teknik ilmu komposisi klasik. Berikut adalah fotografi jalanan oleh Cartier-Bresson:

Teknik Golden Ratio merupakan salah satu landasan dari banyaknya landasan teknik fotografi yang ada. Namun bagi beberapa fotografer, Golden Ratio dan Fibonacci Ratio menjadi teknik yang paling superior  untuk mengkomposisi foto-foto.

Annisa Putri Lestari (1306367694)

Referensi:

Patkar, Mihir. Using the Golden Ratio in Photography for Better Composition. 2015. http://www.makeuseof.com/tag/golden-ratio-photography/

What is the ‘Golden Ratio’ and why is it better than the ‘Rule of Thirds?’. 2015. http://photo.stackexchange.com/questions/8965/what-is-the-golden-ratio-and-why-is-it-better-than-the-rule-of-thirds

Kim, Eric. Objectivity vs Subjectivity: What Makes a Great Street Photograph?. http://erickimphotography.com/blog/2011/11/28/objectivity-vs-subjectivity-what-makes-a-great-street-photograph/

Brandon, James. Divine Composition With Fibonacci’s Ratio (The Rule of Thirds on Steroids). http://digital-photography-school.com/divine-composition-with-fibonaccis-ratio-the-rule-of-thirds-on-steroids/

Marshall, Jason. How to Use the Golden Ratio to Take Better Pictures. 2010. http://www.quickanddirtytips.com/education/math/how-to-use-the-golden-ratio-to-take-better-pictures

Visualizing the Music System

Filed under: architecture and other arts,perception,Uncategorized — fitriauliacp @ 15:33

Musik merupakan salah satu seni dalam bentuk audio yang memiliki melodi, irama, birama, harmoni, tangga nada, tempo, dinamika, dan timbre. Menurut saya sebagai penikmat musik, harmoni merupakan salah satu unsur kuat yang menentukan keindahan maupun keserasian dalam suatu sistem musik. Sehingga saya tertarik untuk membahas mengenai harmoni dalam musik menggunakan pendekatan geometri Postulat Euclid yaitu garis dan bangun ruang.

Musik memiliki 12 interval notasi yang dilambangkan secara alfabetis:

12-tone-scale-cosmometry-net

chromatic scale

Selain itu, dalam musik juga terdapat oktav yang dipisahkan oleh 12 semitones yang terdiri dari angka dengan interval 1-12. Dari interval angka tersebut, secara tidak sadar akan muncul representasi dari karakter jam yang menunjukkan waktu.

Kemudian menarik garis dari suatu titik notasi ke titik notasi lain yang sesuai dengan tri-tones:

 

music-tri-tones-cosmometry-net

chromatic scale

 

Dengan cara lain, didapatkan juga Postulat Euclid pada Circle of Fifth dari sebuah interval harmoni. Circle of Fifth merupakan hubungan dari dasar lima harmoni, contohnya seperti kunci A memiliki notasi ke-lima pada E (A=1, B=2, C=3, D=4, E=5, dll).

 

Sehingga terbentuk pola garis dari pendekatan Postulat Euclid yang mengkombinasikan suatu harmoni dalam musik:

 

circle-of-fifths-tritones-cosmometry-net

chromatic scale

 

Circle of Fifth bila dilihat secara tiga dimensional pada axis x, y, z akan menunjukkan bahwa garis dapat  membentuk ruang, sehingga dapat lebih mudah dipahami dan dirasakan:

music-tritones-ve-cosmometry.net

chromatic scale

Dari dua gambar tersebut, kita dapat melihat dan merasakan bahwa terdapat suatu sistem yang berpusat pada suatu titik tengah yang mengelola pola garis yang saling berhubungan.

Mengenai pembahasan di atas, kita dapat melihat bahwa konektivitas antar-garis dapat mempengaruhi dan membentuk suatu harmoni tertentu dalam musik. Dari pendekatan Euclidean Geometry, kita dapat melihat dan  merasakan bahwa harmoni musik juga dapat divisualisasikan melalui bentuk sederhana yaitu garis, bukan hanya dinikmati secara audio.

Fitri Aulia Cahya Purnama

1306367611

 

Referensi:

http://mathworld.wolfram.com/EuclidsPostulates.html

http://www.cosmometry.net/basics-of-the-music-system

http://dmitri.tymoczko.com/ChordGeometries.html

http://www.harmonisphere.com/SacredGeometryOfMusic.htm

https://www.sciencedaily.com/releases/2008/04/080417142454.htm

diakses pada 25 Maret 2016 pk. 10.00 WIB

 

March 24, 2016

Bend The Lego!

Apa itu Geometri? Pertanyaan yang mungkin sudah pernah dilontarkan saat kita masih di bangku SD, SMP atau bahkan di kuliah. Kata geometri yang terlintas di dalam pikiran mungkin kebanyakan akan langsung berpikir cara mencari luas atau volume suatu bentuk. Atau cara mendapatkan proporsi di suatu bangunan dari bentuk geomerti yang euclid (bidang datar: persegi, segitiga, dan lain-lain) atau bentuk geometri yang lebih rumit  atau sering disebut dengan non-euclid, yaitu oval, hiperbola, lingkaran, parabola.

           1811

(referensi: google.com)

Untuk mendapatkan non-euclid geometri salah satu caranya adalah dengan menggunakan Riemannian Geometri, mencari bentuk dalam bentuk bola.

curvedspace

Geometri tidak hanya ditemukan di pelajaran matematika namun di segala sisi kehidupan yang dijalankan sehari-hari oleh manusia. Menonton film, mendengarkan musik, melihat wajah seseorang, bahkan lego mainan anak-anak juga menggunakan geometri sebagai bentuk dasar untuk menjalankan permaiannya. Keajaiban Lego pun bisa menciptakan bentuk non-euclid geometri. Ditemukan oleh Jeff Sanders, seorang ayah berwarganegara Amerika Serikat memiliki seorang anak perempuan menemukan bentuk lego yang tidak biasa hanya saat menemani anaknya bermain. Lego saat disusun panjang akan menemukan titik dimana perpanjangan bentuk itu memiliki suatu fleksibilitas yang akhirnya dapat menekuk atau menciptakan bentuk lengkung.

LEGO-Geometric-Shapes-by-Jeff-Sanders

Dari bentuk lego yang sederhana dapat menciptakan suatu bentuk yang lebih kompleks namun seru guna mengetahui cara bermain lego yang lain. Akibat dari lego yang tidak menggunakan teknologi seperti game console untuk bermain sehingga memicu untuk berpikir kreatif, bentuk non-euclid ini pun ditemukan di dalam Lego.

Lego yang ditumpuk menciptakan lekukan11334016384_8d834f6e5e_b

Berikut video Jeff Sanders mengajarkan anda untuk melakukan Brick Bending.

 

 

Cut Maulidia Rahmatia Meudi

1306413706

 

Referensi:

Youtube= https://www.youtube.com/watch?v=Bnge541udw8

http://thebrickblogger.com/2013/03/brick-bending-making-lego-circles-more/

http://news.discovery.com/tech/bend-lego-bricks-learn-non-euclidean-geometry-110715.htm

http://www.wired.com/2011/06/brick-bending-a-new-twist-on-lego-building

http://www.quickanddirtytips.com/education/math/what-are-euclidean-and-non-euclidean-geometry

http://www.themarysue.com/bendable-lego-geometry/

 

 

March 23, 2016

How Geometry Creates a Scene

The word geometry descends from two greek words, gea meaning “earth” and meterein meaning “measurement” (Solomonovich, Mark. Eucledian Geometry: a First Course. Bloomington, NY (USA): iUniverse)

Dalam mempelajari geometri, ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan Postulat Euclid.

  • 1. Given two points, there is a straight line that joins them.
  • 2. A straight line segment can be prolonged indefinitely.
  • 3. A circle can be constructed when a point for its centre and a distance for its radius are given.
  • 4. All right angles are equal.
  • 5. If a straight line falling on two straight lines makes the interior angles on the same side less than two right angles, the two straight lines, if produced indefinitely, will meet on that side on which the angles are less than the two right angles.

Postulat ini mempelajari garis, bangun datar, dan bangun ruang. Kali ini saya akan membahas bagaimana Eucledian Geometry digunakan oleh seorang sutradara ternama yaitu Akira Kurosawa dalam membangun cerita dan drama pada film – filmnya.

triangle

The Bad Sleep Well (1960)

Dalam adegan ini, Pria berkacamata (B) baru saja menyembunyikan sejumlah uang pada tas (C) yang diberikan kepada  pria lainnya ( A). Penonton diminta untuk memhami bagaimana B berusaha menyembunyikan tindakannya terhadap A selama adegan berlangsung. Kurosawa memanfaatkan segitiga untuk membawa penonton mengetahui jalan ceritanya. Segitiga memegang peranan penting sebagai pemersatu aktor untuk membawa penonton membaca situasi, bagaimana B yang resah melirik  terhadap A yang membuka C tanpa mengetahui bahwa ia (A) sedang dijebak.

 

The-Bad-Sleep-Well-Every-Frame-A-Painting-600x238

The Bad Sleep Well (1960)

berlanjut kemudian datanglah pria lainnya (C). Kurosawa memanfaatkan segitiga untuk membangun adegan konfrontasi. C menuduh A mengambil uang miliknya. A dan C saling berdebat, tetapi dengan cerdasnya penonton dapat tetap memperhatikan reaksi B sebagai pengamat perdebatan ini. Setiap titik segitiga mengacu pada 3 peran yang berbeda: A berinteraksi dengan C, dan B sebagai pengamat. 3 titik ini selalu dipertemukan dalam sebuah geometri segitiga sehingga penonton dalam satu adegan dapat mengetahui peran setiap aktor walau adegan ini minim dengan dialog. Segitiga ini dibangun menggunakan postulat 1 Euclid yang menghubungan 2 titik dengan sebuah garis.

 

Seven Samurai (1854)

Seven Samurai (1954)

FilmKurosawa yang lain  menceritakan mengenai kehidupan samurai di Jepang pada zaman dahulu. Adegan ini menceritakan para samurai tetua yang sedang berdiskusi dengan para pengikutnya. Dalam frame ini penonton dapat mengidentifikasi dengan jelas kelompok yang lebih dominan. Dengan lingkaran , dapat terlihat bahwa yang berada diluar lingkaran adalah kelompok followers dan yang berada di dalam lingkaran adalah kelompok dominan. Lingkaran disini berfungsi sebagai batas aktivitas antara 2 kelompok. Kurosawa memanfaatkan bentuk geometris agar penonton dapat langsung membaca peran aktor dengan cepat.  Lingkaran ini digambarkan berdasarkan postulat 2 Euclid.

Capture

The Most Beautiful (1944)

Adegan ini menampilkan marching band dengan anggota yang semuanya perempuan. Kurosawa ingin membawa penonton merasakan pergerakan dan megahnya marching band ini. Dengan memanfaatkan garis yang saling pararel satu sama lain, pergerakan marching band dibagi menjadi 3 baris manusia yang memenuhi frame  dengan gerakan satu arah menuju sisi kiri frame. 3 baris manusia menegaskan banyaknya jumlah pemain dalam satu adegan , sedangkan garis pararel merupakan alur gerak manusia yang menuju pada satu arah: menegaskan pergerakan yang masif. Satu garis ini dihasilkan berdasarkan postulat 2 Euclid, sedangkan 3 garis pararel  dihasilkan dari postulat 5 Euclid.

Capture

Yojimbo (1961)

Adegan ini memperlihatkan sang samurai yang akan berangkat berperang diantar oleh warga desa. Kurosawa ingin menekankan suasana melepas pergi antara warga desa dan samurai ini, bagaimana emosi warga yang berharap kembalinya sang samurai. Dengan memanfaatkan sudut siku – siku yang terbentuk dari 2 garis, samurai  diletakan pada garis vertikal sebagai center of attention. Dengan ini penonton akan dapat melihat tokoh mana yang menjadi poin dalam adegan ini. Garis horizontal yang berukuran lebih panjang diisi dengan warga desa yang yang melihat kepergian samurai. Penonton dapat merasakan banyaknya manusia yang mendominasi frame akibat dominasi horizontal, memberi informasi bahwa tokoh utama merupakan tokoh penting (hanya satu) dibandingkan dengan warga desa yang banyak. Ekspresi warga desa yang harap -harap cemas ditekankan dengan dominasi horizontal ini, memberi drama pada suasana melepas pergi . Postulat 4 Euclid digunakan untuk membentuk sudut siku – siku ini.

 

Ternyata setelah di ulik lebih lanjut, suatu bangun datar yang simpel dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk dari suatu adegan. Entah sebagai batas aktivitas, menekankan alur atau menekankan peran setiap aktor. Geometri dapat membantu membawa penonton merasakan emosi dan suasana yang diharapkan oleh seorang sutradara.

 

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan geometri pada film – film kurosawa dapat dilihat pada link berikut:

Bagi kalian yang  ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana Kurosawa mengkomposisi film – filmnya dapat dilihat pada link berikut:

 

Nadia Amira

1306405206

 

Sumber referensi:

https:// http://www.youtube.com/watch?v=jGc-K7giqKM

http://www.britannica.com/topic/Euclidean-geometry

Solomonovich, Mark. Eucledian Geometry: a First Course. Bloomington, NY (USA): iUniverse

http://blog.digitaltutors.com/compose-scenes-using-geometric-principles/

https://www.criterion.com/explore/3-akira-kurosawa

 

 

 

 

 

March 30, 2015

Geometri untuk menghasilkan komposisi pada fotografi

Filed under: architecture and other arts — mufidahfd @ 00:49
Tags:

Bentukan geometri rupanya menjadi salah satu teknik pada bidang fotografi untuk menghasilkan komposisi foto yang baik dan dinamis. Bentuk-bentuk seperti kotak, lingkaran, segitiga dan lainnya dapat dijadikan patokan dalam pengambilan sebuah foto. Bentuk-bentuk yang berbeda dapat memberikan nuansa yang berbeda pada foto yang dihasilkan. Dengan mengacu pada bentuk geometri, foto tersebut sekaligus juga bisa mendapatkan kesan simetris, ritme, dan vocal point sehingga dapat membuat orang yang melihat foto tersebut untuk lebih mudah merasakan keterhubungannya dengan foto tersebut.

1. Persegi panjang

Pencapaian komposisi dengan bentuk kotak persegi panjang membuatnya memiliki teknik yang sama dengan Rule of the Thirds. Namun, kelebihannya persegi dalam foto dapat ditentukan sendiri besaran kotaknya, tidak harus sama, dan juga bebas dalam menentukan posisinya, sehingga foto yang dididapat lebih bervariasi.

Framing117400518_231a3e919c

(sumber ; image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://www.lightstalking.com/21-clever-uses-of-geometric-patterns-in-photography/)

2. Lingkaran

Bentuk lingkaran memberikan kesan yang lebih luwes dengan garis-garis lengkung yang dimilikinya serta bentuk lingkaran dapat membuat mata yang melihat lebih fokus pada framing foto. Lingkaran yang diambil tidak mesti satu lingkaran penuh, dengan mengambil luasan lingkaran yang berbeda sehingga dapat menghasilkan komposisi foto yang berbeda pula.

Circles303892944_a90285a4c7

(Sumber; image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://photografkitiw.blogspot.com/)

3. Segitiga

Merupakan komposisi yang paling mudah didapatkan dalam mendapatkan komposisi pada foto, sudutnya secara natural membuat kedalaman pada foto dan membuat foto menjadi lebih menarik. Segitiga dengan bentuknya yang kuat secara visual dan sederhana membuatnya sering digunakan, selain pada fotografi juga pada seni lukis.

Trianglesbridge

 

(sumber; image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://thedigitalphotocoach.com/blog/2011/10/17/geometry-pro-photographers-composition-secret-no-15/)

4. Polygon

Foto dapat lebih dirasakan secara visual karena lebih unik dengan lebih banyak sudut. Bentuk ini juga dapat memberikan kesan dinamis dan kedalaman pada foto jika dikombinasikan dengan teknik gelap-terang

Polygons1333610635-titanic-belfast-oct2011-089-christopher-heaney-333x500

(sumber; image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://www.archdaily.com/223483/titanic-belfast-civic-arts-todd-architects/titanic-belfast-oct2011_089_christopher-heaney/)

5. Kotak

Kotak pada foto dapat membentuk framing yang baik juga membentuk pola-pola dan ritme yang membuat foto menjadi lebih menarik. Framing berguna untuk lebih memfokuskan mata pada subjek utama.

Squarespattern-2

(sumber: image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://digital-photography-school.com/5-elements-of-composition-in-photography/)

6. Lengkung

Nuansa yang dihasilkan mirip dengan bentuk lingkaran, lengkungan dapat dijadikan sebagai beckground pengisi foto. Lengkungan dapat juga dijadikan sebagai garis yang mengarahkan pandangan mata pada subjek utama.

Arches4330168920_1ab4d915d2

(Sumber: image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://www.lightstalking.com/21-clever-uses-of-geometric-patterns-in-photography/ )

7. Garis paralel dan garis converging

Garis selain sebagai penunjuk pada subjek utama juga merupakan cara yang efektif untuk membuat komposisi background yang baik. Garis juga dapat memberikan kesan pada bergerak pada sebuah foto.

LeadingParallel-Lineslines

(Sumber: image kiri: http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/, image kanan: http://digital-photography-school.com/5-elements-of-composition-in-photography/)

 

Telah dipaparkan di atas, beberapa bentuk geometri yang digunakan untuk mengkomposisikan sebuah foto sehingga dapat menjadi foto yang baik. Namun, tentunya masih ada bentuk-bentuk geometri atau konsep geometri yang lain yang juga digunakan dalam bidang fotografi. Maka dari itu, selamat mencari lebih lanjut!

 

Sumber materi:

http://digital-photography-school.com/advanced-composition-using-georgraphy/

http://digital-photography-school.com/5-elements-of-composition-in-photography/

http://121clicks.com/tutorials/art-of-composition-in-photography-tips-and-examples

http://thedigitalphotocoach.com/blog/2011/10/17/geometry-pro-photographers-composition-secret-no-15/

http://photoinf.com/Golden_Mean/Petteri_Sulonen/Geometry_in_Composition.htm

http://www.prime-junta.net/pont/Photography_lessons/f_Lesson_5/_Geometry.html

March 17, 2015

Geometri Non-Eucledian dalam Arsitektur BMW Welt

Filed under: architecture and other arts — ignatiusadrian @ 23:21
Tags: ,

BMW Welt adalah sebuah karya arsitektur yang berada di kota Munich, Jerman dan dirancang oleh firma arsitektur Austria Coop Himme(l)blau. Arsitektur ini berfungsi sebagai tempat pertemuan, pameran, museum, dan fungsi publik lainnya. Konsep bentuk diambil oleh tim perancang berdasarkan permintaan dari klien yang menginginkan sebuah tempat pertemuan untuk konsumen, rekan kerja, dan masyarakat umum dan menyelaraskan bentuk arsitektur dengan landmark sekitar yaitu Olimpiapark dan bangunan eksisting BMW [BMW, 2015].

Gambar 1 BMW Welt Sumber: http://www.bmw-welt.com/

5

Gambar 2: Sketsa Arsitek Sumber: http://www.coop-himmelblau.at/

Sang arsitek sendiri kemudian membentuk sebuah ide bentuk yang terinspirasi oleh awan dan tiang angin. Dari ide awal itulah muncul bentuk double cone untuk membentuk ide tiang angin yang berfungsi sebagai salah satu penopang utama dan pada bagian interiornya sebagai ruang pameran dan pertemuan khusus. Pada bentuk tiang angin inilah sang arsitek meletakan bentuk kurva negative (negative curvature), sebuah bentuk yang digunakan untuk menjelaskan tentang prinsip bentuk geometri non-eucledian. Selain itu, bentuk langit-langit pada interior arsitektur ini yang bergelombang juga merupakan salah satu pernyataan lain dari sang arsitek dalam penggunaan bentuk non-eucledian.

Gambar 3: Kurva Negatif Konstan Salah satu bentuk yang terdapat pada fisik BMW Welt Sumber: http://holzsager.info/square/ConstNeg_files/cnchysurfrev.gif

3

Gambar 4: Dinamika Bentuk Langit-langit pada Atap Utama Sumber: http://www.kgs.ku.edu/PRS/publication/2006/2006-14/gif/p3-13.png

4

Gambar 5: Potongan Perspektif Dalam potongan ini terlihat penggunaan kurva nergatif pada bagian kiri bangunan, dan dinamika positif dan negatif pada langit-langit utama Sumber: http://www-1.bmw-welt.com/web_rb/bmw-welt/en/bmw_welt/architecture/_shared/img/gebaudetech_flash.jpg

Mungkin, dengan karyanya ini, sang arsitek sedang mencoba menyatakan BMW Welt (di mana ‘Welt’ dalam bahasa Jerman berarti ‘Dunia’) sebagai ‘dunia kecil yang bulat’ dari BMW, di mana seluruh orang dari seluruh dunia yang berhubungan dan ingin lebih mengetahui tentang BMW dapat bertemu dan berinteraksi satu sama lain.

-Ignatius Adrian-

Referensi:

“BMW Welt / Coop Himmelb(l)au” 22 Jul 2009. ArchDaily. Accessed 13 Mar 2015. <http://www.archdaily.com/?p=29664>

“BMW Welt “. coop-himmelblau. Accessed 13 Mar 2015. <http://www.coop-himmelblau.at/architecture/projects/bmw-welt/>

June 15, 2014

Topology on DotA 2 and virtual interaction

Filed under: architecture and other arts — fariz hirzan @ 17:10
Tags:

DotA 2 (Defense of the Ancient 2) merupakan Multiplayer Online Battle Arena video game yang merupakan sequel dari Defense of the Ancient dengan gameplay yang sama. Tiap pertandingan DotA melibatkan dua tim (terdiri dari lima orang tiap tim) yang mana masing-masing tim bertujuan untuk menghancurkan markas lawan di ujung masing-masing kubu (Radiant atau Dire). Tiap pemain mengontrol satu unit Hero yang fokus untuk meningkatkan level, memperoleh gold, memperoleh peralatan dan bertempur satu sama lain melawan tim lawan untuk meraih kemenangan.Selain Hero tiap kubu dibantu oleh Autonomous unit berupa creep yang membantu kubu untuk menghancurkan markas kubu lawan.

Screen Shot 2014-06-15 at 5.01.45 PM

Meskipun game ini memiliki 111 hero yang dapat dipilih dengan kemampuan yang berbeda-beda, DotA 2 hanya memiliki 1 jenis map yang tidak pernah berubah di setiap pertandingannya. Sehingga, meskipun strategi yang digunakan secara kemampuan hero dapat dikatakan berbeda, namun bagaimana strategi secara spasial yang terkait selama proses dari awal hingga akhir permainan (sebagai sebuah siklus) mulai dari meningkatkan level, memperoleh gold, memperoleh peralatan, hingga bagaimana bertempur satu sama lain memiliki kemiripan di tiap pertandingannya. Melihat kemiripan siklus di tiap pertandingan yang terjadi di dalam map yang sama serta materi yang telah disampaikan di kelas mengenai topologi dalam arsitektur, muncul pertanyaan “Apakah aktivitas dalam siklus yang saling terhubung di dalam game yang menjadi pokok utama dalm proses penciptaan map di dalam game? Bagaimana hal tersebut mempengaruhi kita di dalam ruang virtual?”

Screen Shot 2014-06-15 at 5.01.56 PM

Seperti yang dijelaskan sebelumnya map dalam dota tersusun seperti gambar diatas. Ada 3 jalur utama yang akan selalu diisi oleh unit otomatis berupa creep yang berfungsi membantu Hero menghancurkan tower lawan satu persatu (kotak hijau untuk tower radiant dan kotak merah untuk tower dire). Hero akan mendapatkan gold setiap membunuh hero kubu lawan, membunuh creep lawan atau neutral dan menghancurkan tower di sepanjang permainan. Sehingga pemilihan posisi dalam map menjadi hal yang krusial di setiap pertandingannya. Bottom line menjadi easy lane untuk radiant (untuk dire top lane) dikarenakan posisi tower cenderung lebih ke dalam (terlihat dari batas hijau dan merah pada gambar) sehingga Hero yang membutuhkan level dan gold tanpa resiko terbunuh tim lawan akan cenderung mengambil easy lane mereka masing-masing. Sebaliknya hero yang memiliki kemampuan untuk berperang lebih aman (misalnya menyerang jarak jauh) bisa mengambil hard lane ataupun neutral lane yang terletak di middle lane dengan tujuan tiap anggota tim dapat memperoleh gold serta meningkatkan level dengan lebih efektif tanpa resiko terbunuh tim lain. Dengan kebebasan bergerak yang hero miliki, maka perjalanan perang tidak akan hanya berhenti di salah satu lane saja. Ketika hero dirasa sudah cukup untuk memburu lawan mereka, ataupun berperang dengan seluruh anggota tim sangat mungkin terjadi perpindahan lane yang difasilitasi oleh sungai ataupun hutan yang terletak diantara garis hijau ataupun garis merah yag dapat kita lihat pada gambar sebelumnya. Mengingat konteks berperang didalam game, tentunya perpindahan melalui sungai ataupun hutan tidak hanya menjadi sebuah perpindahan tanpa sebuah pertimbangan strategi berperang.

Screen Shot 2014-06-15 at 4.56.18 PM

Gambar diatas merupakan contoh visualisasi dari pola menyerang yang terbentuk oleh kubu dire (untuk kubu radiant atau bagaimana pola bertahan dari dire arah panah sebaliknya). Pola ini terbentuk dari siklus permainan yang terjadi padaumumnya dimana mulai mencari gold dan meningkatkan level pada satu lane terlebih dahulu, mulai berpindah untuk membantu teman untuk membunuh anggota tim musuh, fokus menghancurkan tower demi tower (tower harus dihancurkan dari urutan paling luar ke paling dalam dari tiap kubu), mulai menyerang, bertahan ataupun berperang antar Hero di saat bersamaan dan kembali lagi mencari gold yang semuanya tergantung dari strategi pemain. Strategi tersebut tentunya juga didukung oleh spasial penghubung antar 3 lane utama. Sebagai contoh bagaimana memanfaatkan orientasi lawan menyerang (yang ditentukan hubungan antara tower radiant dengan dire) seperti gambar dibawah.

Screen Shot 2014-06-15 at 4.56.28 PM

Melalui keterhubungan antara satu tower dengan tower yang lain, dapat dilihat terbentuknya sebuah penunjang siklus yang telah dibahas. Meskipun sekilas memang terlihat kita yang harus mengadaptasi map tersebut. Namun setelah dilakukan penelusuran melalui visualisasi mekanisme menyerang seperti gambar sebelumnya sebenarnya map sudah dirancang mempertimbangkan hal-hal seperti ini sehingga memang terasa bahwa map yang disusun terbentuk dari keterhubungan antara tower yang menjadi pusat aktivitas dari unit-unit baik Hero maupun creep yang menjadi komponen dalam pertandingan. Keterhubungan tersebut membuat sebuah spasial yang mampu dimanfaatkan dua arah oleh kedua kubu yaitu menjadi offensive ataupun defensive tergantung dari keadaannya. Sehingga meskipun terdapat beragam kemampuan dari beragam hero yang tersedia, dengan menggunakan mekanisme perangyang sama, map dalam DotA ini merupakan kunci dari peperangan itu sendiri. Skill hero hanya menjadi komponen pendukung seperti apa tindakan yang harus dilakukan namun unsur spasial tetap menjadi kunci kemenangan di dalam peperangan ini sendiri.

 

Source:

 

 

Mobius Strip Berbentuk Hati <3

Filed under: architecture and other arts,everyday geometry — brigittamartha @ 04:17

Dari kelas geometri dan arsitektur yang saat itu menjelaskan materi tentang Mobius Strip dan Topologi-nya, sungguh membuat saya tercengang dan takjub dengan teori tersebut.

“The Möbius band or Möbius strip (alternatively written Mobius or Moebius in English) is a surface with only one side and only one boundary component. It has the mathematical property of being non-orientable. It was discovered independently by the German mathematicians August Ferdinand Möbius and Johann Benedict Listing in 1858, who both included it in unpublished manuscripts.”

http://www.scidiv.bcc.ctc.edu/Math/Mobius.html

Teori tentang Mobius ini sunggu menarik perhatian saya karena tidak ter-orientasi-nya sisi yang telah dilekatkan. Jika pada kelas geometri dan arsitektur, telah diberikan simulasi Mobius Strip tentang bagaimana sehelai kertas dengan dua sisi-nya yaitu sisi dalam dan luar, justru dibuat sedemikian rupa sehingga sisi dalam dan luar tidak terdefinisi, lalu dibelah dua sehingga kertas tersebut berlipat ganda menjadi dua helai kertas. Namun, bagaimana jika diawal simulasi justru kita memakai langsung dua helai kertas untuk dijadikan percobaan Mobius Strip? Apakah yang terjadi?

1

Step 1

2

Step 2

3

Step 3

4

Step 4

5

Step 5

6

Mobius Strip Berbentuk Hati

Pada video diatas, dapat dilihat bahwa mobius strip juga dapat dilakukan dengan langsung menggunakan dua helai kertas sebagai permulaan simulasi. Mobius Strip yang dihasilkan dari simulasi diatas, yaitu Mobius Strip berbentuk dua hati yang saling terikat.

Berbeda dengan simulasi yang terjadi pada sehelai kertas, ketika dibelah menjadi dua justru berlipat ganda menjadi dua  helai kertas. Namun, ketika diawali dengan dua helai kertas dan dibelah menjadi dua yang terjadi kedua helai kertas tidak berlipat ganda menjadi empat, justru tetap berjumlah dua helai dan yang paling menyenangkan Mobius Strip tersebut justru membentuk hati yang saling terikat.

Silahkan dicoba.. siapa tahu bisa jadi hadiah teristimewa untuk yang teristimewa ❤ ❤

 

referensi:

http://www.scidiv.bcc.ctc.edu/Math/Mobius.html (diakses 9 Juni 2014)

– http://www.youtube.com/watch?v=o2hqM8BgjK0 (diakses 11 Juni 2014)

– http://castroller.com/podcasts/TokenSkepticPodcast/2790898 (diakses 12 Juni 2014)

June 14, 2014

Architecture in Motion

Filed under: architecture and other arts — nandittafitri @ 01:17

Arsitektur seiring dengan perkembangan teknologi tidak lagi identik dengan merancang sebuah bangunan, dimana arsitektur kini bisa dihubungkan dengan bidang-bidang lain, seperti ilmu sosial, psikologi, bahkan musik dan tari. Hubungan arsitektur dengan bidang-bidang ini pun bukan hanya sebagai fasilitas untuk menaungi kegiatan dari masing-masing bidang tersebut, dimana arsitektur ternyata bisa menjadi inspirasi untuk bidang tersebut, salah satunya adalah di bidang tari.

Diavolo Dance Theater, Los Angeles, salah satu kelompok tari ternama di Amerika, menggunakan arsitektur sebagai inspirasi dalam membentuk koreografi tarian. Salah satu penampilan dari Diavolo ini mengusung tema, Architecture in Motion, dimana seluruh tarian menggunakan instalasi yang memiliki tema berbeda-beda dan masing-masing instalasi ini juga menghasilkan benuk dan gerakan tarian yang berbeda-beda.

Misalnya pada tarian yang berjudul Transit Space, yang menggunakan instalasi menyerupai urban skate park, dimana para penari memanfaatkan kemiringan untuk melompat dan merosot yang menghasilkan tarian akrobatik yang mengagumkan. Berbeda lagi dengan tarian yang berjudul ‘Trajectoire,’ dimana instalasi menggunakan struktur kapal yang bisa berayun, yang membuat penari dapat berayun dan terbang sebagai efek dari ayunan yang dihasilkan oleh instalasi ini.

Instalasi yang digunakan pada penampilan Architecture in Motion

Instalasi yang digunakan pada penampilan Architecture in Motion

Instalasi Urban Skate Park pada penampilan Architecture in Motion

Instalasi Urban Skate Park pada penampilan Architecture in Motion

Instalasi Urban Skate Park pada penampilan Architecture in Motion

Instalasi Urban Skate Park pada penampilan Architecture in Motion

Instalasi lain yang digunakan oleh Diavolo

Instalasi lain yang digunakan oleh Diavolo

Instalasi lain yang digunakan oleh Diavolo

Instalasi lain yang digunakan oleh Diavolo

Instalasi lain yang digunakan oleh Diavolo

Instalasi lain yang digunakan oleh Diavolo

Penampilan tari dari Diavolo ini menjadi salah satu contoh terobosan baru di dunia arsitektur dan dunia tari, dimana menghilangkan pemikiran bahwa hubungan arsitektur dan tari bukan hanya sebagai tempat yang menaungi kegiatan tari, namun ternyata arsitektur dapat menjadi inspirasi dan juga membentuk gerakan dari tarian itu sendiri. Selama ini, kita sering menemukan bangunan yang terinspirasi oleh gerakan tari, misalnya dengan bentuk yang dinamis, namun ternyata Diavolo membuktikan bahwa bukan hanya tari yang menjadi inspirasi untuk merancang bangunan, namun arsitektur juga dapat menjadi inspirasi dalam membentuk gerakan tari.

 

Sumber :

http://www.australianstage.com.au/201402076689/reviews/melbourne/architecture-in-motion-|-diavolo-dance-theatre.html

http://www.theage.com.au/entertainment/dance/review-diavolo-dance-theatres-architecture-in-motion-20140206-324d5.html

April 2, 2014

Geometry In Collage

Filed under: architecture and other arts — Gadisha Amelia @ 08:16

Collage adalah potongan berbagai gambar yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan yang memberikan arti yang berbeda dibandingkan sebelum gambar-gambar tersebut dijadikan satu. Collage yang akan saya bahas di sini adalah potongan-potongan dari gambar yang sama, seperti gambar-gambar berikut ini :
ba3d5bbe36d6008d2f88d7bb6bf5ff54

2c83a1e922164c5e9be9e5d5ce6f098c

a268dfe8b844da06c7951153df2be353

Apa sebetulnya tujuan collage? Dalam analisis saya, tujuan pembuatan collage adalah menggambarkan ide yang kita miliki dengan memainkan bentuk dan segi dari satu gambar utama. Dari kedua contoh yang seberikan di atas, bentuk-bentuk baru dari collage tersebut diambil dari detail-detail gambar, kemudian disusun sedemikian rupa dengan teknik proporsi, lalu menghasilkan persepsi atau sudut pandang yang baru. Analisis saya yang lain, collage menghasilkan efek 3d pada 2d- atau yang kita kenal dengan sebutan teori anti-euclidean.

Teori anti-euclidean yang disusun sedemikian rupa pada arsitektur banyak terdapat pada arsitektur Frank Gehry, misalnya Walt Disney Concert Hall. Saat melihat design sketch-nya,terlihat bahwa terjadi bentuk berulang yang disusun sedemikian rupa, persis dengan prinsip pada collage. Yang jadi pertanyaan di sini adalah, apabila collage adalah notabene sebuah 2d yang berefek 3d, bagaimana dengan 3d yang memiliki efek collage?

tumblr_le8insxggh1qb54ya

93070-004-534540F9

Menurut saya, justru timbul efek surrealisme yang kurang indah dipandang mata. Bagaimana menurut Anda? Apakah memang teori anti-euclidean hanya dikhususkan untuk efek 3d dalam 2d?

Golden of Mecca

Filed under: architecture and other arts — irmapermana @ 05:27

Mega Parlintara Kusmirat

1106003333

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS.3 Ali ‘Imran:96)

Dalam kutipan ayat al-qur’an tersebut banyak diperbincangkan bahwa terdapat sifat golden ratio pada kata dalam ayat tersebut yang berarti ‘Mekkah(Kabbah)’. Kata tersebut juga hanya ada pada ayat tersebut di dalam Al-Quran.

Mekkah atau Makkah al-Mukarramah atau disingkat makkah merupak sebuah kota utama di Arab Saudi. Kota ini adalah tujuan utama kaum muslim dalam menunaikan ibadah haji. Di kota ini terdapat sebuah bangunan utama yang bernama Ka’bah yang menjadi patokan arah kiblat untuk ibadah shalat umat islam di seluruh dunia. Kota ini merupakan kota suci umat islam dan tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW.

ayat1

Jumlah total semua huruf dari ayat ini dalam kaidah bahasa arab adalah 47. Menghitung Golden Ratio dari total surat hingga kata Makkah

Dapat diperhitungkan seperti ini : 47/1.618 = 29,0.

Sekarang kita lihat disini.

1. Golden ratio adalah bilangan pecahan.

2. Ayat-ayat adalah bilangan bulat.

47/1.6180339887 = 29,047599

 

Hal ini membuktikan bahwa kata ‘Mekkah (Kabbah)‘ dalam . (QS.3 Ali ‘Imran:96) mempunyai nilai Golden Ratio.

kabba-phimatrix-alt

Peletakkan ka’bah juga memiliki nilai Golden Ratio. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara menhitung jarak antara mekkah, kutub utara dan kutub selatan. Jarak antara Makkah ke Kutub Utara adalah 7631,68 km dan jika ditarik dari Makkah ke Kutub Selatan hasilnya 12348,32 km, jadi Jarak antara kedua titik kutub adalah 19980 km, lalu kita menghitungnya dengan rumus Golden Ratio maka :

12348,32 dibagi 7631,68 = 1,6180

19980 dibagi 12348,32 = 1,6180

kabba-diagonal-x

Dalam perhitungan garis lurus antara barat dan timur, jarak Makkah ke barat di bagi Jarak Makkah ke timur akan menghasilkan nilai yang sama yaitu 1,6180

 

kabba-longitudinal-x

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai hal ini dapat di cek video di link di bawah ini :

 

Referensi :

http://harunyahya.com/en/Articles/29542/important-information-about-the-golden

http://harunyahya.com/en/works/3343

http://www.islambosna.ba/forum/english/miracle-of-kaaba-golden-ratio-in-islam/

 

 

Next Page »