Le Corbusier mengatakan bahwa sebuah kota yang ideal didasari oleh aturan geometri. Berangkat dari hal ini, saya tertarik untuk melihat city plan dari beberapa kota yang dikategorikan sebagai kota paling maju di dunia.
Parameter maju dalam konteks ini cukup sederhana. Pertama adalah didasari pendapatan per kapita dari para pekerja (masyarakat kota tersebut) secara rata-rata. Parameter kedua adalah kenaikan gaji rata-rata pekerja pada setiap tahunnya. Parameter ketiganya adalah tingkat inflasi dan depresiasi nilai mata uang masing-masing negara. Keempat, parameter yang dibuat adalah sekecil apakah besar jumlah pengangguran di kota-kota tersebut. Setelah dilakukan sistem penilaian dengan cara pembobotan, maka Union Bank of Switzerland menentukan beberapa nama kota paling maju di dunia. Kota-kota tersebut adalah New York, Los Angeles, Kopenhagen, Zurich, Jenewa, Oslo, London, Muenchen, Stockholm, dan Sydney.
Gambar 1. Zoom in Peta New York
Gambar 2. Peta Kota Los Angeles
Gambar 3. Peta Kota London pada 1666
Gambar 4. Urban Form dari London
Gambar 5. Peta Kota Munchen.
Gambar 6, Peta Kota Stockholm
Gambar 7. Peta Kota Oslo
Ternyata, meskipun keadaan geografis mereka berbeda. Tata kota dari masing-masing ibu kota negara maju tersebut mengacu kepada bentuk grid. Apakah bentuk grid yang merupakan bentuk yang ideal dan paling sempurna dalam mengakomodasi kebutuhan masyarakat di dalam sebuah kota? Apakah pola grid ini memberikan efek terhadap perkembangan kota tersebut? Dan apakah yang dimaksud dengan grid itu sendiri?
Sistem grid, menurut Palma Nouva di dalam bukunya Asterisk Shaped Pattern, merupakan sistem pola jalan bersudut siku atau grid, pada kota dengan di mana bagian-bagian kotanya dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel. Jalan-jalan di dalamnya dengan demikian menjadi tegak lurus satu sama lain. Sistem seperti ini dalam Yunani Kuno disebut sebagai Hippadamian Plan.
Sistem grid ini sendiri ternyata sudah diadaptasi oleh beberapa peradaban sejak dulu kala. Contohnya adalah Mohenjodaro-Harappa, Mesir, Babilonia, Cina, Teotihuacan, dan Romawi. Saya sendiri masih belum memahami secara pasti mengapa masyaralat pada peradaban kuno tersebut menggunakan sistem grid di dalam tata kotanya. Namun, menurut kepercayaan tradisional Cina, Kaonggongji, dikatakan bahwa “a capital city should be square on plan. Three gates on each side of the perimeter lead into the nine main streets that crisscross the city and define its grid-pattern. And for its layout the city should have the Royal Court situated in the south, the Marketplace in the north, the Imperial Ancestral Temple in the east and the Altar to the Gods of Land and Grain in the west.”
Lalu, bagaimana dengan sistem grid itu sendiri? Apa saja dampak positif yang bisa dicapai dari aplikasi sistem grid ini?
Menurut Curder di dalam bukunya Stadtstruktur und Stadtgestaltung, berdasarkan sistem grid, pembangunan dapat tercapai dengan mudah tanpa ada banyak gangguan terhadap lingkungan kawasan jika ada perubahan pada suatu daerah. Sistem grid juga memungkinkan kota tersebut berkembang dengan cepat tetapi tetap mengikuti suatu sistem susunan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sistem grid ini seringkali disebut dengan penyusunan secara teknis. Di mana penyusunan kota didasari oleh pertimbangan geometri sebagai hasil pengetahuan yang bersifat teknis dan teoritis. Penyusunan ini bersifat terencana, berbeda dengan penyusunan secara organis dan tradisional yang mengarahkan sebuah kota menjadi kota tumbuh. Struktur kota dengan sistem grid dipengaruhi oleh tujuan jangka panjang sehingga setiap pembangunan yang terjadi merupakan bagian dari tujuan itu sendiri. Pembangunannya menjadi tahapan-tahapan kecil dalam mencapai tujuan jangka panjang tersebut.
Spiro Kostof, seorang tokoh sejarah kota, menyatakan bahwa sistem adaptasi terhadap sistem grid merupakan yang sifatnya sangat teknis merupakan sistem yang paling netral di mana berbagai kebutuhan masyarakat terakomodasi dengan baik. Di mana ada sistem penyusunan secara organis yang memang sangat memperhatikan faktor ekologis, namun di sisi lainnya sistem ini membuat kota tidak bisa ditentukan arah perkembangannya secara jangka panjang. Karena kota menjadi sebuah elemen dependen terhadap banyak variabel di dalamnya. Berbeda dengan sistem grid di mana kota bisa mengarahkan perkembangannya sendiri.
Di samping itu, ada hal-hal teknis yang menjadi dampak positif dari sistem grid itu sendiri. Keuntungan dari pola bentuk ini adalah pola ini membuat sebuah sistem rute yang mudah dimengerti oleh masyarakat kebanyakan. Lalu, layanan transportasi umum pun bisa menjadi lebih merata dengan sistem grid ini karena sistem lintasannya paralel. Di samping itu, pembagian lahan dan pembangunan kota akan teratur karenanya sehingga bisa memberikan dampak terhadap kemerataan fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota tersebut.
Memang menerapkan sistem grid ini sangatlah sulit. Apalagi kondisi geografis dari tiap derah tidak bisa disamaratakan. Sehingga dibutuhkan pemikiran lebih lanjut bagaimana menerapkan sistem grid ini menurut kondisi geografis masing-masing. Sehingga kondisi ini membuat biaya pembangunan di awal lebih tinggi karena kebutuhan teknologi untuk menyesuaikan keadaan geografis bisa jadi lebih tinggi.
Namun, ternyata untuk pembiayaan jangka panjang sistem grid memberikan keteraturan dalam segi pembangunan. Sehingga tidak akan begitu sulit dan mahal bisa akan ada pembangunan bangunan baru, pelebaran jalan, dan yang lainnya.
Sistem grid ini pun membentuk keteraturan sehingga membuat arus transportasi pun menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini pun membuat banyak pekerjaan menjadi lebih efektif dan efeisien. Di samping itu, hal ini menjadi penunjang dalam menciptakan kota yang tidak stres bagi masyarakat di dalamnya. Kemudahan-kemudahan itu secara tidak langsung akan membuat masyarakat di dalamnya tidak stres dan mampu mencapai titik optimal ketika bekerja.
Di samping itu, sistem grid memberikan peluang untuk setiap sisi dari kota berkembang secara merata di segala aspek. Dalam artian, tidak ada sisi kota yang mati. Karena setiap wilayah sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Hal ini pun membuat tingkat keamanan di kota tersebut menjadi lebih tinggi.
Lalu, bila sebuah kota sudah bisa dikatakan baik, apakah benar hal tersebut memberikan dampak bagi kemajuan kota tersebut?
Menurut Jonathan Dodson, suatu kota membentuk budaya yang menghasilkan ide, perilaku, dan produk yang nantinya menjadi parameter seberapa berkembangkah kota tersebut.
Menurut Socrates, “The country places and the trees don’t teach me anything; the people in the city do.” Kota membentuk manusia yang tinggal di dalamnya melalui budaya. Produk hasil kebudayaan tersebut membawa dampak yang besar bagi aspek sosial dan udaya di dalam kota itu sendiri. Pengaruhnya pun menyebar secara sporadis, tidak hanya diam di kota itu sendiri. Namun menyebar ke kota lain, desa, dan lain-lain.
“Not only do men make cities, but cities make men,” itulah yang dikatakan Jonathan Dodson pula. Kekuatan sebuah kota mampu membentuk masyarakat di dalamnya yang merupakan sumber daya penggerak dari kota itu sendiri.
Lalu, bagaimana keterkaitan antara sistem grid dan kemajuan kota-kota tersebut?
Menurut Markus Zahnd di dalam bukunya Perancangan Kota secara Terpadu mengemukakan bahwa perancangan kota merupakan artefak buatan manusia. Artefak yang baik harus direncanakan dan mengalami proses yang baik. Begitu pula dengan sebuah kota, kota yang baik harus terjadi dengan sebuah perencanaan yang baik. Di mana dalam konteks ini, sistem grid dianggap menjadi sistem yang mampu mengakomodasi berbagai faktor dalam perencanaan sebuah kota.
Bila dibandingkan dengan gambar di bawah ini, peta New Delhi-India, yang menggunakan sistem perencaan kota organis, maka sangat jelas bahwa sistem grid lebih teratur. Tak hanya sebatas apa yang terlihat saja, namun secara jangka panjang sistem grd memberikan peluang untuk kota tersebut berkembang secara terarah sesuai dengan apa tujuan besar (masterplan) dari kota tersebut.
Gambar 8. Peta New Delhi-India
Menurut data International Monetary Fund per 2012, India sendiri masih merupakan negara berkembang. Dan seperti yang telah dibandingkan pada gambar-gambar sebelumnya bahwa derta kota-kota termaju di dunia ternyata sistemnya mengacu pada sistem grid.
Menurut saya, nampaknya bukanlah sebuah kebetulan bahwa sistem grid diadaptasi oleh berbagai kota maju di dunia. Karena ternyata banyak dampak positif yang diberikan oleh sistem ini secara jangka panjang dan jangka pendek. Sehingga dampak positif tersebut mampu mengarahkan sebuah kota berkembang sesuai dengan tujuannya dan menjadikannya kota yang maju. Sistem ini mampu memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam beraktifitas sehingga aktifitas yang mereka lakukan menjadi lebih optimal, efektif, dan efisien. Dan tidak menutup kemungkinan hal tersebut berdampak tingkat produktifitas masyarakat di dalam kota sehingga menjadikan kota tersebut maju.
Sumber Literatur
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10735-Presentation.pdf (diakses pada : 15 Mei 2012 pk. 23.00 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/16330/1/AMIN_BUDIMAN.pdf (diakses pada : 15 Mei 2012 pk. 23.00 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_berkembang (diakses pada : 15 Mei 2012 pk. 23.00 WIB)
http://ketawing.wordpress.com/2011/12/19/73-kota-paling-kaya-di-dunia/ (diakses pada : 15 Mei 2012 pk. 23.00 WIB)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30246/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada : 15 Mei 2012 pk. 23.00 WIB)
http://www.bricoleurbanism.org/category/landscapism/ (diakses pada : 15 Mei 2012 pk. 23.00 WIB)
Zahnd, Markus. 1996. Perancangan Kota secara Terpadu. Bandung : Kanisius.
You must be logged in to post a comment.