there’s something about geometry + architecture

May 23, 2009

Welcome to geometry + architecture

Filed under: course info — andriyatmo @ 15:10

Blog ini merupakan wadah gagasan teori arsitektur dan kaitannya dengan pengembangan metode desain. Sebagian besar isi blog ini merupakan wacana dari mahasiswa kelas “Geometri & Arsitektur” di Departemen Arsitektur Universitas Indonesia sejak tahun 2009. Berbagai gagasan tentang geometri dan arsitektur dalam blog ini terdiri dari:

1. Penjelajahan tentang isu-isu terkait geometri dalam arsitektur, mulai dari estetika klasik hingga konteks perkembangan arsitektur terkini.

2. Refleksi terhadap sebuah wacana, teori ataupun pandangan yang berkaitan dengan geometri dan arsitektur.

3. Rekaman eksplorasi yang dilakukan dalam upaya memahami wacana geometri dalam arsitektur.

Sebagai gagasan, semua tulisan  yang ada dalam blog ini terbuka untuk didiskusikan dan diperdebatkan.

June 8, 2017

Perception and Visual Elements Manipulation in Our Home (?)

Filed under: Uncategorized — kartikasandradewi @ 01:03

“Why do things look as they do?”

-Koffka-

Berdasarkan pembahasan materi kelas Geometri dan Arsitektur pada tanggal 6 dan 13 Maret lalu, yang banyak bicara soal visual perception dan feature di dalamnya, kali ini saya akan coba melihat hal sederhana yang ternyata untuk mencapainya butuh sesuatu yang tidak simple. Yaitu persepsi visual yang dihasilkan foto interior suatu hunian pada majalah interior.

Majalah-majalah interior biasanya meliput rumah atau hunian yang baru saja selesai dari tahap finishing atau justru yang sudah dihuni dalam jangka waktu tertentu. Dari dua kasus tersebut akan terlihat perbedaannya melalui naturalisasi potret. Tidak jarang seorang fotografer menambahkan atau mengurangi beberapa elemen ke dalam sudut atau bagian ruang yang akan di capture untuk menimbulkan kesan yang diinginkan. Namun ada beberapa fotografer yang tetap mempertahankan semua elemen fisik yang ada di ruang tersebut dan membiarkan semua yang hadir dalam frame foto senatural mungkin dengan tujuan menunjukkan karakter dari si pemilik rumah.

Dalam satu frame foto ruang interior yang ada pada majalah dapat mempengaruhi mood seseorang sehingga memiliki persepsi yang baik terhadap kesan yang ditunjukkan dalam foto tersebut. mengapa demikian? Karena dalam prosesnya, banyak sekali hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam mengkomposisikan elemen ruang, warna, ukuran, dan hal lainnya terhadap ruang itu sendiri. Berikut adalah contoh beberapa frame dengan perspektif yang sama.

82ae31a3b8e5a185c8155b5268a79b5b5663a587 3e89edb13cbc32e68ca1654e2f81d3f19938b21ad8c869622a71defcf325af31c076098794fa858cf7eb30b02818aae87f8fb14a082d2f3270b236b1

Salah satu cara seorang profesional dalam memotret sesuatu adalah perspektif yang tepat. Gambar di atas adalah salah satu contoh salah satu sisi sebuah ruang dengan objek utama adalah meja, dan diambil dengan perspektif yang sama. Yang membuatnya berbeda adalah elemen fisik di dalamnya. Penambahan elemen fisik bukan hanya berfungsi untuk menambah space kosong dalam frame tersebut, tetapi juga dari segi bentuk, warna, tekstur, komposisi, proporsi, dan harmonisai keseluruhan elemen akan mempengaruhi persepsi bagi orang yang melihatnya. Persepsi terhadap fungsi ruang, karakter penghuni ruang tersebut, kapan ruang tersebut digunakan, dan bagaimana ruang tersebut digunakan.

Gambar 1 adalah foto yang paling sederhana. Namun kesederhanaan itu membuat adanya penekanan-penekanan yang dilakukan terhadap detail objek di dalamnya. Detail objek yang terlihat adalah :

82ae31a3b8e5a185c8155b5268a79b5b5663a587

5

Shading memberikan penekanan pada tekstur objek ketika diberikan suatu cahaya. Sedangkan kontras warna objek (figure) dan background (ground) bertujuan untuk memberikan penegasan pada bentuk objek (meja). Dan pemberian efek cahaya yang  berasal dari arah tertentu memberikan bayangan posisi objek terhadap ruang dan ambience yang dihasilkan memberikan kesan atau mood yang diinginkan.

Gambar 2 menampilkan objek yang lebih banyak dibandingkan dengan gambar sebelumnya. Namun bagaimana mengkomposisikan objek tersebut sehingga ada keseimbangan visual dalam frame ketika di capture.

3e89edb13cbc32e68ca1654e2f81d3f19938b21a

Objek tambahan yang diletakkan berjauhan dengan tujuan menyeimbangkan skala objek yang besar sehingga ada keseimbangan dalam proporsi luas ruang dalam frame. Objek yang lebih banyak dihadirkan memberikan persepsi bahwa penghuninya lebih aktif dibanding dengan suasana di gambar sebelumnya.

1

Gambar 3 masih tentang ruang yang dipotret dengan perspektif yang sama pada gambar 1 dan gambar 2. Hanya saja objek dan warna yang dihadirkan lebih kompleks dari sebelumnya

d8c869622a71defcf325af31c076098794fa858c

2

Objek dengan warna baru memberikan accent pada frame. Objek persegi panjang di sisi kanan dnegan ukuran yang cukup besar diseimbangkan oleh objek lain yang ukurannya lebih kecil namun memiliki bentuk yang berbeda. Objek lainnya lebih kompleks namun tetap tersusun rapi.

Gambar 4 adalah potret sebuah kondisi yang jauh dari kondisi asli sebuah hunian. Objek yang hadir sebagai elemen fisik untuk menceritakan apa yang ingin disampaikan dari gambar sangat kompleks sehingga terjadi overlapping objek, namun tetap pada komposisi yang baik

f7eb30b02818aae87f8fb14a082d2f3270b236b1

Naturalisasi dan Manipulasi

Kedua proses ini merupakan dua hal yang dapat dilakukan dalam mengambil foto interior sebuah hunian. Berikut adalah perbedaan dalam proses dan hasilnya sehingga memberikan persepsi yang berbeda pula.

3

Objek spasial yang berada di dalam frame suatu foto menyampaikan pesan yang tidak sederhana. Mengandung banyak maksud yang ingin disampaikan kepada setiap orang yang melihatnya. Namun objek-objek tersebut dapat bersifat natural ketika memang benar apa yang ditampilkan adalah suatu yang benar-benar realita dari keseharian yang terjadi di ruang tersebut. Dan bila ada kesan atau mood yang ingin disampaikan dengan tujuan tertentu dalam mempengaruhi orang yang melihatnya, maka akan ada penambahan objek-objek spasial, efek pencahayaan yang tidak simple, dan narasi yang ingin disampaikan.

Fitur-fitur fisik yang ada dalam frame menjadi aktor pasif yang dikomposisikan sedemikian rupa dengan tambahan fitur spasial yang kemudian akhirnya menghidupkan suasana dalam foto tersebut. Manipulasi ini dilakukan dengan tujuan ingin memberikan suatu kesan yang berbeda dari kondisi aslinya.

4.jpg

Kesimpulannya adalah dalam memotret suatu ruang interior, harus mempertimbangkan perspektif yang akan digunakan sebagai sudut pandang yang tepat, proporsi objek yang ada di dalam frame, elemen-elemen fisik dan spasial yang mempengaruhi harmonisasi dalam satu frame, dan kesan yang ingin disampaikan terkait emosi bagi setiap orang yang melihatnya.

 

 

June 4, 2017

Ideal City 2050

Filed under: Uncategorized — benitaariyani @ 03:55

Menurut Rosenau dan Thomas More, ‘Ideal City’ berartikan mengarah pada suatu ide yang memiliki keteraturan, bersih, dan indah.

Namun apabila kita melihat pada konteks saat ini, apakah konsep tersebut masih relevan?

450px-Fra_Carnevale_-_The_Ideal_City_-_Walters_37677

https://en.wikipedia.org/wiki/The_Ideal_City_(painting)

hachioji-electric-cables-2

http://www.gettyimages.com/event/electricity-consumption-in-japan

wigglesworth the layout.jpg

ca9218bb52b2ab1f9b3465d8e8860792.jpg

http://unit03-metamorphosis.blogspot.co.id/2012/11/table-manners-sara-wigglesworth-jeremy.html

Segala yang teratur, saat ini justru nampak membosankan, bukan?

Sehingga suatu konsep ‘Ideal City’ dalam pengaplikasiannya tidak dapat di samakan dari masa ke masa.

 

Secara umum ‘Ideal City’ merupakan suatu konsep perencanaan untuk sebuah kota yang mengandung tujuan ‘rasional’ atau ‘moral’ (https://en.wikipedia.org/wiki/Ideal_city).

Lalu bagaimana konsep ‘Ideal City’ yang tepat untuk dunia di tahun 2050?

Di mana populasi manusia semakin bertumbuh hingga 9 miliar (http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/ini-perkiraan-populasi-bumi-pada-2050), sehingga daratan yang hanya 30% dari bumi ini akan semakin penuh sesak, dan konsep ‘Ideal City’ yang awalnya mengenai keteraturan – menjadi keberagaman – di mana keberagaman tersebut merupakan sesuatu yang harmonis, lambat laun hingga pada tahun 2050 tidak dapat lagi dikatakan ‘Ideal’ melainkan justru menjadi suatu kekacauan.

asg

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/ini-perkiraan-populasi-bumi-pada-2050

edgelands_liam_young.jpg

http://www.archdaily.com/615649/corporate-dystopia-liam-young-imagines-a-world-in-which-tech-companies-own-our-cities

Konsep ‘Ideal City’ cenderung merupakan utopis – sesuatu yang bagus namun sulit untuk diwujudkan, dan gambar di atas merupakan gamabaran suatu kota yang dystopia – tidak didambakan atau menakutkan (https://id.wikipedia.org/wiki/Distopia).

Dengan kepadatan penduduk dan semakin sedikitnya kesempatan untuk memiliki lahan untuk tinggal di daratan bumi yang hanya 30% tersebut, mungkinkah dengan pergeseran dari darat ke laut, membangun kota dari darat ke wilayah perairan yang persentasenya lebih besar, yaitu 70% bagian dari bumi (https://id.wikipedia.org/wiki/Bumi), dapat menjadi suatu solusi ‘Ideal City’ di dunia untuk tahun 2050?

city-in-the-sea

https://tp2tp.files.wordpress.com/2011/01/city-in-the-sea

Fenomena saat ini sudah banyak pula terjadi pembangunan bangunan di dalam maupun di permukaan laut, di mana hal tersebut berhasil dilakukan dan justru menambah keuntungan. Salah satu bangunan terebut sebagai contoh ialah Water Discus Hotel, di Dubai. Namun apakah benar, untuk membangun tidak hanya satu atau dua bangunan melainkan satu kota di perairan laut memungkinkan untuk dilakukan, mengingat pembangunan tersebut dapat berdampak merusak ekosistem bawah laut?

z.jpg

http://www.archdaily.com/232686/underwater-hotel-planned-for-dubai

Atau dapat juga dengan dilakukannya reklamasi, seperti yang dilakukan oleh Pulau Cay di Vietnam. Namun tindakan reklamasi tersebut juga bukan berarti tidak menimbulkan persoalan lainnya. Karena selain keuntungan dapat menjadikan lahan daratan bertambah luas, proses perluasan daratan dari dasar laut tersebut juga dapat menimbulkan kerugian, yaitu permukaan air laut menjadi mengalami peninggian, dikarenakan sebelumnya berfungsi sebagai kolam manjadi daratan, yang kemudian berdampak pula peninggian muka air laut tersebut membuat daerah pantai lainnya menjadi rawan tenggelam. Reklamasi dapat dilakukan apabila pada wilayah kawasan berair yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi sehingga dapat digunakan untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat (https://id.wikipedia.org/wiki/Reklamasi_daratan#cite_note-2).

avv.jpg

https://www.nytimes.com/interactive/2015/07/30/world/asia/what-china-has-been-building-in-the-south-china-sea

Dan secara geometri untuk konsep ‘Ideal City’ di masa depan mungkin akan kembali lagi pada keteraturan, karena segala sesuatunya akan dimulai diatur kembali dari awal (apabila kota bergeser dari darat ke laut), juga pabila kota tetap di darat dengan reklamasi perluasan lahan maka akan dibutuhkan keteraturan pula. Di mana keteraturan tersebut dalam konteks lebih kepada demi mencapai efisiensi lahan.

“..I long to set foot where no man has trod before..” -Charles Darwin

Menurut kalian ‘Ideal City’ di masa depan, harus dicapai dengan cara yang seperti apa?

 

 

Benita Ariyani Putri – 1606841894

Sumber :

More, Thomas, 1515, Utopia

http://www.bbc.com/future/story/20161101-the-benefits-and-downsides-of-building-into-the-sea

 

 

June 3, 2017

Topologi Commuter Line

Filed under: Uncategorized — mrraudhi @ 23:21

Dalam menggunakan commuter line sehari – hari mungkin kita sering bertanya tanya, kenapa harus selalu ke Manggarai dulu, membuat jarak menjadi jauh dan waktu banyak terbuang. Orang dari Bekasi harus ke Manggarai dulu untuk mencapai Universitas Indonesia. Jika kita melihat peta commuter line, kita mungkin akan merasa sebal, kenapa tidak dibuat saja hubungan langsung antara stasiun – stasiun yang jauh dari Manggarai. Topologi commuter line Jakarta cukup menyebalkan dengan minimnya knot, menyebabkan Manggarai menjadi pusat segala perjalanan via commuter line.

Diagram-Rute-Jarak-Stasiun-2015-KRL-Commuter-Line-Jabodetabek-TransportUmum

Peta commuter line Jakarta

Selain Manggarai hanya ada sedikit knot (stasiun transit) yaitu Jatinegara, Citayam, Tanah Abang, Duri, Jakarta Kota, dan Kampung Bandan.

Mari kita coba bandingkan dengan beberapa commuter line di negara lain.

map-lrt-ktm-monorail-kuala-lumpur-big

Peta commuter line Klang Valley

Knot ada di KL Sentral, Subang Jaya, Kuala Lumpur, Masjid Jamek, Hang Tuah, Chan Sow Lin, Bandar Tasik Selatan,  Titiwangsa, dll. Selain jumlah knot yang lebih banyak, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana knot menghubungkan antara jalur – jalur linier (Line) yang jauh dari pusat seluruh jalur, KL Sentral. Orang yang ingin ke Titiwangsa (Ampang Line) dari Gombak (Kelana Jaya Line) misalnya, tidak berlu jauh – jauh ke KL Sentral dulu hanya untuk menunggu kereta lagi karena antara kedua Line ada penghubungnya (Monorail Line).

Selanjutnya adalah Singapur. Singapur sebagai negara maju sepatutnya memiliki infrastruktur yang lebih baik, dengan topologi yang lebih baik.

Singapore_mrt_lrt_system_ma

Peta commuter line Singapur

Dibandingkan dengan dua peta di atas, peta ini tampak jelas memiliki knot yang lebih banyak serta menghubungkan Line dengan lebih menyeluruh. Selain itu, pada peta ini tidak ada pusat yang terlalu kuat, membuat perjalanan tidak harus melulu melewati Manggarai pusat dan berkeliling kota menjadi lebih mudah dan cepat.

Selanjutnya adalah London dan Tokyo. Kedua peta ini lebih rumit, namun dengan banyaknya knot, perjalanan bisa menjadi lebih singkat.

londoncommutefrommap1

Peta commuter line London

tokyo-subway-map

Peta commuter line Tokyo

Bisa dilihat kompleksitas kedua peta ini jauh di atas peta – peta sebelumnya. Kompleksitas ini sebetulnya membantu untuk mempersingkat perjalanan dengan menyediakan alternatif rute.

Dari sini, kita bisa melihat seberapa pentingnya knot dalam topologi. Aplikasinya pada rute commuter line juga akan sangat membantu karena dapat mempersingkat perjalanan yang akan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan pariwisata dalam kota.

Arsitektur yang Bernyanyi: Le Cylindre Sonore

Filed under: Uncategorized — afifahkar @ 18:09

Selain makhluk hidup, menurutmu, apa lagi yang bisa bernyanyi? 🙂

Arsitektur! Adalah Le Cylindre Sonore, suatu arsitektur yang bisa bernyanyi. Le Cylindre Sonore terletak dalam sebuah kebun Bambu di kota Paris. Nah, kalau kamu berencana berlibur ke Paris di liburan depan, kamu harus banget mengunjungi ini.

Le Cylindre Sonore, Bamboo Garden, Parc de la Villette

archdaily 1

Kalau kamu mengunjunginya, fisik dari arsitektur Le Cylindre Sonore memang terlihat hanya begitu saja. Berbentuk melingkar dan terlihat kaku. Tapi tunggu, jangan keburu keluar dari silinder itu. Karena bukan visual yang membuatnya menarik, tapi bunyi yang dihasilkannya. Coba kamu masuk ke dalam, lalu dengarlah suara alam yang seperti diperbesar dan menerus, seperti musik.

Bernhard Leitner, perancang Le Cylindre Sonore, merancang fisik berdasarkan bagaimana bunyi lingkungan sekitar Le Cylindre Sonore dapat menjadi material dari arsitekturnya (Martin, 1994). Dalam memproses arsitektur Le Cylindre Sonore, Leitner melalui serangkaian diagram berikut.

Bentuk fisik Le Cylindre Sonore adalah dua dinding silinder separuh yang saling berhadapan, sehingga membentuk ruang diantaranya (Soundlandscapes, 2015). Jika kita berada di ruang tersebut, kita dapat mendengar suara dari lingkungan sekitarnya.

Kelihatannya sih bentuknya biasa banget, tapi, bentuk silinder yang saling berhadapan serta bermaterial keras tersebut ternyata amat penting. Karena ia merupakan resonator yang membuat suara dari lingkungan sekitar jadi saling terpantul dan terdengar bergema cukup keras saat kita berada di antaranya (Martin, 1964).

Suara tersebut masuk ke Le Cylindre Sonore melalui delapan titik sumber (Martin, 1964). Dibalik delapan panel kotak-kotak yang mengelilingi dinding silinder, sebenarnya tersimpan loudspeaker, dan dari sinilah bunyinya keluar. Suara yang keluar dari loudspeaker merupakan suara alamiah dari lingkungan sekitar Le Cylindre Sonore, seperti, suara dari air yang jatuh dan mengalir, bahkan suara kendaraan yang lewat di dekat Le Cylindre Sonore. Suara apapun yang masuk menjadi suara yang terproduksi. Silinder ini membuat suara menjadi terus terpantul, sehingga suara menjadi terus berlanjut, dan terbentuklah musik alami.

Jadi sebetulnya, Le Cylindre Sonore tidak benar-benar bernyanyi, sih. Tapi elemen fisik arsitektur coba disusun oleh Leitner, sehingga potensi suara-suara alam sekitarnya menjadi lebih besar, dan terus terpantul, sehingga menjadi sebuah musik.

Maka, musik yang dihasilkan tidak akan pernah sama, ia akan sangat bergantung dengan sumber suara dari lingkungan disekitarnya.  Suara alam inilah yang menjadi geomretri dari Le Cylindre Sonore. Berikut beberapa link yang merekam contoh variasi musik yang dihasilkan dari Le Cylindre Sonore.

Musik yang terbentuk inilah yang menjadi arsitektur dari Le Cylindre Sonore.

Afifah Karimah

1606841830

Referensi:

June 2, 2017

flavor of music

Filed under: Uncategorized — dicflavidya @ 11:30

Dalam pembahasan kelas minggu ke-8, kita telah membahas architecture as a translation of music.

Apakah pernah berada pada sebuah toko buku, lalu musik yang diputar pada toko tersebut membawa rasa atau mood tertentu? Christmassy, jazzy, classical?

seorang mucisians bernama Adams Neely melakukan penjelasan terhadap christmassy flavor yang terdapat pada lagu All I Want For Christmas Is You by Mariah Carey.

Pada percobaannya, Neely menggunakan kunci yang populer ditemukan dalam lagu bertema natal (F Dm dan C) yang ditemukan pada lagu All I Want For Christmas Is You by Mariah Carey (1994) dan White Christmas by Irving Berlin (1954). Lantas ia mencoba memainkan kunci tersebut dengan tempo yang berbeda-beda dengan nada dasar yang sama. Ternyata flavor christmassy tidak lagi hadir dalam tempo yang berbeda.

14963750411391496375063887

 

 

 

 

(gambar 1. nada dimainkan sesuai dengan ritme lagu)

(gambar 2. nada dimainkan dengan ritme yang lebih intens dan forte)

 

pada kasus lagu All I Want For Christmas Is You by Mariah Carey selain the sacred key memiliki relasi ritme, happiness dan sorrow interval pada nada juga berperan besar. Hal ini banyak muncul pada penulisan lagu awal abad 20 (Tin Pan Alley) sehingga lagu ini memiliki nilai nostalgic yang besar pada note interval. Mood interval ini juga banyak muncul pada lagu natal baik pada nada maupun lirik.

(gambar 3. note interval mayor-minor)

Dalam bahasan ini kita belajar salah satu contoh kasus bagaimana lagu yang berbeda memiliki “mood” yang sama, bagaimana “keys” yang sama memiliki “mood” yang berbeda. Dalam melakukan translasi musik ke arsitektur, kasus ini dapat dijadikan contoh untuk melihat “mood” atau “flavor” dari sebuah lagu sebelum ditranslasikan. Hal yang sama berperan dalam aransemen, sehingga kita bisa tahu elemen musik mana yang harus dipertahankan dan mana yang bersifat sekunder dan dapat diubah.

http://accounts.smccd.edu/mecklerd/mus250/elements.html

https://en.wikipedia.org/wiki/All_I_Want_for_Christmas_Is_You#Critical_reception

https://en.wikipedia.org/wiki/Irving_Berlin%27s_White_Christmas

June 1, 2017

Cat’s External Force

Filed under: Uncategorized — nurulgumayputri @ 12:49

Makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan dengan sangat sempurna bentuknya seperti manusia, hewan dan tumbuhan yang memiliki keunikan masing-masing. Kali ini saya akan membahas tentang hewan yang merupakan makhluk hidup yang sempurna. Kesempurnaan yang dimiliki oleh hewan terbentuk secara alami berdasarkan jenis dan tempat hidupnya. Proses terbentuknya kesempurnaan anggota tubuh hewan dapat melalui internal force dan eksternal force. Seperti yang telah kita ketahui bahwa internal force terjadi karena pembentukan metabolisme dari dalam tubuh hewan tersebut sehingga menghasilkan berbagai macam bentuk tubuh hewan. Internal force menghasilkan berbagai macam jenis hewan di seluruh dunia yang menuntut agar memiliki tubuh seperti itu. Sebaliknya, eksternal force adalah proses pembentukan tubuh hewan berdasarkan kemampuannya untuk bertahan hidup. Eksternal force terjadi saat tuuh hewan merespon adanya ancaman dan gangguan dari lingkungan sekitar, selain itu eksternal force juga terjadi agar hewan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan makanan. Berikut adalah contoh hewan yang memiliki proses eksternal force dalam hidupnya sehingga dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang ekstrim.

Hewan Dengan Bulu Paling Unik Gambar terkait

Gambar 1 Kucing Siberia

Hasil gambar untuk kucing kampung Hasil gambar untuk kucing kampung

Gambar 2 Kucing Domestik / Kucing Kampung

            Kucing Siberia berasal dari Siberia, Rusia kucing ini memiliki bulu yang sangat lebat dan panjang khususnya pada bagian tubuhnya yang lebih membutuhkan kehangatan. Dengan adanya bulu yang lebat dan panjang, membuat kucing ini dapat berjalan dan bermain seperti biasa diatas salju saat kawasan Siberia sedang di terpa musim salju. Walaupun saat musim salju, suhu di Siberia sangat dingin namun kucing ini mampu bertahan karena adanya Force Eksternal yang membiasakan dirinya untuk hidup d kawasan bersalju. Force Eksternal yang terjadi pada kucing Siberia menuntut kucing agar tetap merasa hangat dan bertahan hidup di udara dingin, oleh sebab itu bulu kucing tumbuh panjan dan lebat untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya.

            Sebaliknya, kucing domestik yang sering terdengar dengan istilah kucing kampung miliki bulu yang pendek. Kucing domestik ini dapat dijumpai di seluruh dunia termasuk di Indonesia, memiliki warna yang beragam dan tentunya berbulu pendek. Kucing ini juga memiliki force eksternal layaknya kucing Siberia, di negara-negara tertentu yang berada di kawasan tropis seperti di Indonesia tentunya memiliki suhu udara yang panas. Kucing domestik ini menyesuaikan tubuhnya dengan udara di kawasan tempat tinggalnya sehingga bulu yang tumbuh di badan tidak selebat dan sepanjang kucing Siberia yang tingal di salju.

Gambar terkait Hasil gambar untuk perbedaan gigi kucing hutan dan gigi kucing peliharaan

Gambar 3 Gigi Kucing Domestik dan Gigi Kucing Hutan

Kucing Domestik dan Kucing Hutan memiliki struktur gigi yang berbeda. Keduanya sama-sama memiliki 30 buah gigi permanen yang sebelumnya terdapat gigi susu berjumlah 26 buah hingga akhirnya tanggal saat kucing berusia 11-30 minggu. Walaupun memiliki jumlah gigi yang sama namun bentuk, ukuran dan fungsi gigi yang dimiliki oleh Kucing Domestik dan Kucing Hutan berbeda. Kucing Domestik memiliki gigi taring yang kecil, tipis dan juga melengkung ke dalam, gigi lainnya juga berukuran kecil. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi oleh jenis Kucing Domestik ini, umumnya yang dikonsumsi oleh kucing dapat berupa makanan yang bertekstur padat dan juga lembut. Bentuk dan struktur gigi Kucing Domestik tercipta karena adanya eksternal force berupa jenis makanan yang di konsumsi, karena jenis makanan mudah untuk dikunyah maka gigi kucing terbentuk sesuai kebutuhannya.

Jika diperhatikan, gigi Kucing Hutan memiliki struktur yang lebih kuat dan kokoh dibandngkan Kucing Domestik, kucing ini memiliki gigi taring yang sangat besar dan panjang, bahkan dapat melebihi ukuran mulutnya sehingga saat menutup mulut gigi taring Kucing Hutan tetap terlihat. Perbedaan bentuk dan ukuran gigi kucing hutan juga dipengaruhi oleh eksternal force untuk mempertahankan hidupnya. Di hutan, kucing terbiasa dengan kehidupan liar mencari makan dengan cara berburu, jenis makanan yang dikonsumsi pun dapat berupa daging segar yang bertekstur keras sehingga membutuhkan gigi taring yang kuat untuk mencabik makanannya. Selain itu adanya ancaman musuh di hutan menuntut kucing untuk dapat mempertahankan dirinya seperti menggigit musuh, mencakar, dan juga memanjat pohon, tentunya kuku yang dimiliki oleh Kucing Hutan juga lebih tajam dan besar dibandingkan Kucing Domestik.

Yang dapat kita pelajari dari eksternal force pada kucing adalah adanya kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya. Jika dikaitkan dalam arsitektur maka manusia yang berada di dalam space juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Khususnya untuk seorang arsitek pada saat merancang tempat tinggal, ia harus menyesuaikan rancangan dengan budaya lokal yang ada di daerah tersebut.

Nurul Gumay Poetri

1306367315

 

Referensi

http://www.gadis.co/5-hewan-dengan-bulu-paling-unik-2493/

http://kucingmu.com/meong/kucing-siberian-sejarah-ciri-fisik-sifat-cara-merawat-dan-harga-jualnya/

 

BEAT, ENJOY AND PLAYFUL

Filed under: Uncategorized — nurulgumayputri @ 12:49

Menurut Saint (2000), untuk mendapatkan sesuatu yang harus dibangun, mereka (arsitek) harus mengatur, membujuk dan menyajikan gambaran besar: yang semuanya membutuhkan kata-kata yang baik. Menurut Beliau saat ini banyak arsitek modern yang terkenal dari kemampuannya membuat kata karismatik, paling tidak secara lisan. Dari argumen yang dikemukakan oleh Saint (2000), saya berpendapat bahwa karya yang dengan mudah dijelaskan melalui lisan atau tulisan berpotensi untuk cepat dikenal oleh masyarakat

Begitu juga lirik musik yang saat ini banyak digemari oleh masyarakat, lirik musik disukai dari generasi muda hingga generasi tua. Terkadang sangat mudah dalam mengingat sebuah lirik lagu tanpa sengaja untuk menghafalkan kata-katanya. Seseorang hanya butuh memahami dan mendengarkan sebuah lagu, lalu dengan cepat ia akan mengingat beberapa penggalan lirik dari lagu tersebut. Saya memilih sebuah musik yang dikeluarkan pada tanggal 23 Februari 2017 yang dinyanyikan oleh Zedd dan Alessia Cara dengan judul ‘Stay’. Saya akan mencoba memadukan sebuah lirik lagu dengan ruang arsitektural tempat manusia bisa beraktifitas di dalamnya, sehingga nantinya dari beberapa penggalan lirik ‘Stay’ kita dapat mengetahui kualitas ruang seperti apakah yang dimaksud oleh lirik tersebut atau yang dapat merepresentasikan lirik tersebut.

[Verse 1]
Waiting for the time to pass you by
Hope the winds of change will change your mind
I could give a thousand reasons why
And I know you, and you’ve got to

[Pre-Chorus 1]
Make it on your own, but we don’t have to grow up
We can stay forever young
Living on my sofa, drinking rum and cola
Underneath the rising sun
I could give a thousand reasons why
But you’re going, and you know that

[Chorus]
All you have to do is stay a minute
Just take your time
The clock is ticking, so stay
All you have to do is wait a second
Your hands on mine
The clock is ticking, so stay

[Post-Chorus]
All you have to do is
All you have to do is stay

[Verse 2]
Won’t admit what I already know
I’ve never been the best at letting go
I don’t wanna spend the night alone
Guess I need you, and I need to

[Pre-Chorus 2]
Make it on my own, but I don’t wanna grow up
We can stay forever young
Living on my sofa, drinking rum and cola
Underneath the rising sun
I could give a million reasons why
But you’re going, and you know that

[Chorus]
All you have to do is stay a minute
Just take your time
The clock is ticking, so stay
All you have to do is wait a second
Your hands on mine
The clock is ticking, so stay

[Post-Chorus]
All you have to do is
All you have to do is stay

[Bridge]
All you have to do is stay
So stay, yeah

[Chorus]
All you have to do is stay a minute
Just take your time
The clock is ticking, so stay
All you have to do is wait a second
Your hands on mine
The clock is ticking, so stay
All you have to do is stay

Dari keselruhan lirik lagu ‘Stay’ maka dapat dilihat struktur lagu yang digunakan oleh Zedd dan Alessia Cara, elemen struktur yang digunakan dari awal lagu hingga akhir ialah introduction, verse 1, pre-chorus, chorus, post-chorus, verse 2, pre-chorus, chorus, post-chorus, bridge, dan chorus. Terdapat kelompok elemen struktur yang diulang yaitu pada bagian verse, pre-chorus, chorus, post-chorus namun dengan menggunakan verse yang berbeda pada pengulangan kedua sehingga struktur lagu yang digunakan menjadi seperti berikut:

Introduction, (Verse, Pre-Chorus, Chorus, Post-Chorus)2, Bridge, Chorus

Kemudian yang sangat unik dari lagu ini adalah struktur lagu yang digunakan tidak mengikuti struktur lagu pada umumnya yaitu Introduction, verse,  chorus, bridge, interlude, dan ending. ‘Stay’ tetap menggunakan introduction berupa nada-nada pengantar sebelum dimulainya lirik lagu pada bagian verse 1 namun tidak menggunakan interlude dan ending yang umumnya menjadi satu kesatuan untuk mengakhiri sebuah lagu.

Untuk memudahkan dalam mengambil makna dari penggalan liriknya, maka saya mengubah lirik lagu ‘Stay’ ke dalam bahasa Indonesia. Pada bagian verse 1 merupakan sebuah teras di ruang terbuka untuk menunggu seseorang yang ditunggu datang, pre chorus 1 merupakan sebuah sofa dibawah matahari terbit, chorus 1 adalah tempat bersantai yang saat itu juga dapat terdengar atau terlihat sebuah jam yang menunjukkan waktu, post-chorus 1 adalah ruang yang berada di tengah rumah dengan tujuan membawa seseorang tersebut untuk masuk lebih dalam ke ruang-ruang rumahnya. Struktur lagu pada bagian awal ini merupakan suasana ruang dalam menerima tamu yang datang ke rumah.

Masuk ke bagian verse 2 pemilik rumah menyadari bahwa seseorang tersebut ingin pergi namun Ia tidak mau hal tersebut terjadi. Kemudian pre-chorus 2 merupakan ruang dimana pemilik rumah berusaha membuat nyaman seseorang agar dapat lebih lama tinggal. Dan masuk ke chorus 2 seseorang tersebut sudah menyadari waktu yang ia gunakan di ruang itu terlalu lama sehingga ingin bergegas keluar sampai akhirnya berada di post-chorus 2 ruang dimana seseorang itu dapat melihat keluar rumah namun masih berada di sofa yang sangat nyaman. Memasuki ke bridge, disana terdapat pintu keluar yang dapat dilihat oleh orang itu, namun karena susasana yang sangat nyaman Ia kembali lagi menuju chorus 3 yang merupakan ruang tempat bersantai yang disana juga terdapat jam penunjuk waktu sehingga akhirnya Ia tetap tinggal dan kembali pada ruang dalam rumah tersebut.

Grid Modular

[Verse 1]
Sedang menunggu waktu untuk melewatimu
Berharap angin pembawa perubahan akan merubah pikiranmu
Aku dapat memberi seribu alasan mengapa
Dan aku mengenalmu, dan kamu harus melakukannya

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/92/57/0e/92570e606f44c7c3862621058f8c4f8a.jpg

[Pre-Chorus 1]
Buatlah dengan caramu sendiri, tetapi tidak harus dengan tumbuh dewasa
Kita bisa tetap muda selamanya
Bersantai di sofa, minum rum dan cola
Di bawah matahari terbit
Aku dapat memberi seribu alasan mengapa
Tapi kamu pergi, dan kamu sadari itu

Handcrafted Home Goods- a Susan Connor Giveaway

[Chorus]
Yang harus kamu lakukan adalah tinggallah sebentar
Bersantai saja
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah
Yang harus kamu lakukan adalah menunggu sebentar
Tanganmu di tanganku
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah

Van der Windt - Nieuwbouw Woning Zuid-Holland

[Post-Chorus]
Yang harus kamu lakukan adalah
Yang harus kamu lakukan adalah tetap tinggal

Maybe Your Reality Isn't What It Seems

[Verse 2]
Tidak ingin mengakui apa yang sudah aku ketahui
Aku tidak pernah bisa untuk melepaskanmu
Aku tidak ingin menghabiskan malam sendirian
Kurasa aku membutuhkanmu, dan aku harus melakukannya

ví al tío en su rincón de lectura con esta mesa tv room...si o no?                                                                                                                                                                                 More

[Pre-Chorus 2]
Buatlah dengan caramu sendiri, tetapi tidak harus dengan tumbuh dewasa
Kita bisa tetap muda selamanya
Bersantai di sofa, minum rum dan cola
Di bawah matahari terbit
Aku dapat memberi seribu alasan mengapa
Tapi kamu pergi, dan kamu sadari itu

Scandinavian Furniture And Minimalist Style Interior Design Ideas | Decor10

[Chorus]
Yang harus kamu lakukan adalah tinggallah sebentar
Bersantai saja
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah
Yang harus kamu lakukan adalah menunggu sebentar
Tanganmu di tanganku
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah

Light, bright, comfortable living room                                                                                                                                                     More

[Post-Chorus]
Yang harus kamu lakukan adalah
Yang harus kamu lakukan adalah tetap tinggal

Layer in color, paint the inside of your front door a color for impact & pretty doors should never just be white

[Bridge]
Yang harus kamu lakukan adalah tetap tinggal
Jadi tetaplah tinggal, ya

Living Room decor - rustic farmhouse style. Grey sofa, white pillows, grey gingham pattern, large wall clock over sofa | juliecwarnock

[Chorus]
Yang harus kamu lakukan adalah tinggallah sebentar
Bersantai saja
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah
Yang harus kamu lakukan adalah menunggu sebentar
Tanganmu di tanganku
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah
Jam sedang berdetak, jadi tinggallah
Yang harus kamu lakukan adalah tetap tinggal

Nurul Gumay Poetri

1306367315

REFERENSI

Tomo. (2015). Mengenal Bagian-Bagian dalam Lagu, Jadi Berita. (28 April 2017)

https://jadiberita.com/58559/mengenal-bagian-bagian-dalam-lagu.html

Saint, A. (2000). What Architects Said Before They Said ‘Space’, London Review of Books,

London. (28 April 2017)

https://www.lrb.co.uk/v22/n23/andrew-saint/what-architects-said-before-they-said-space

www.pinterest.com (30 April 2017)

FLAT EARTH OR ELLIPTICAL EARTH

Filed under: Uncategorized — nurulgumayputri @ 12:49

Di abad ke-19 Euclidean Geometry adalah satu-satunya ilmu pengetahuan gemoetri yang berisi tentang pengukuran, paralelisme, dan tegak lurus yang diketahui oleh dunia. Hingga di akhir abad ke-19 sebuah sistem baru yang berhubungan dengan konsep yang sama ditemukan. Sistem baru tersebut dinamakan Non-Euclidean Geometry, yang mengandung beberapa teori yang berisi penolakan terhadap teori euclidean. Non-euclidean geometry adalah ilmu yang mempelajari geometri pada bidang lengkung 3 dimensi.

Sumber: https://geometryarchitecture.files.wordpress.com/2017/06/6c5e0-1476243320274.jpg

1. Flat Earth
Teori Euclid merupakan ilmu pasti yang tidak terbantahkan jika bumi itu datar. Menurut teori euclidean, jumlah sudut bagian dalam yang dihasilkan oleh segitiga sama kaki adalah pasti 180 derajat. Jarak terdekat antara dua titik ialah selalu berupa garis lurus, dan dua buah garis sejajar tidak akan pernah bersinggungan. Kemudian salah satu teori postulates yang terpenting dalam ‘The Element’ adalah parallel postulate. Parallel postulates ialah ketika terdapat sebuah garis dan sebuah titik, maka hanya akan ada satu buah garis yang dapat digambarkan yang bisa melewati titik tersebut dan sejajar dengan garis tersebut.

Sumber: http://study.com/academy/lesson/differences-between-euclidean-non-euclidean-geometry.html

2. Elliptical Earth
Dari penjelasan mengenai Teori Euclidean yang merupakan ilmu pada bidang 2 dimensi, para ahli matematika menemukan tipe baru dari ilmu geometri yang bernama Non-Euclidean Geometry. Tentunya tidak semuanya dapat bekerja pada bidang datar dan tidak semua dapat didasari oleh prinsip euclidean geometry. Semua manusia hidup di permukaan bumi, kenyataannya adalah bumi tidak berbentuk datar melainkan berbentuk elips, yang artinya teori euclidean pada bidang datar tidak berlaku di kehidupan manusia.

Sumber: http://www.math.cornell.edu/~mec/tripleright.jpg

Seperti sudut pada bagian dalam segitiga sama kaki yang akan selalu berjumlah 1800 tentunya pasti terjadi pada bidang datar 2 dimensi, namun jumlah sudut tersebut bisa menjadi salah di situasi tertentu, yaitu pada bidang lengkung 3 dimensi. Contoh kasusnya ialah jika kita menggambar segitiga sama kaki di sebuah balon yang belum ditiup, maka jumlah sudut bagian dalam segitiga pasti 180 derajat karena berada di bidang datar. Saat balon tersebut ditiup maka permukaan yang awalnya rata akan menjadi melengung, dibagian gambar segitiga akan terlihat bahwa jumlah sudut segitiga tidak lagi berjumlah 180 derajat.

3. Real World (Everyday)

Sumber: https://i.ytimg.com/vi/TQ7BiCKer3M/maxresdefault.jpg

Manusia melakukan aktivitas sehari-hari tidak di pada bumi yang datar, dan manusia juga tidak beraktivitas di permukaan lengkung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa orang menjalani hidup di area sekitar tempat tinggalnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya butuh berpergian ke jarak-jarak yang dekat. Di kehidupan nyata beberapa manusia, mereka tidak akan menemukan hidup dalam permukaan lengkung melainkan kenyataan yang dapat terlihat secara visual.

Sumber: http://www.snowy-stationery.com/upload/0101686_20150408160824.jpg

Sebagai contohnya ialah penggaris berukuran 50cm, letakkan di permukaan lantai yang merupakan salah satu bagian dari permukaan bumi yang melengkung. Apakah penggaris tersebut menempel dengan permukaan lantai di semua sisinya? Jika ukurannya hanya 50cm sudah pasti menempel di semua sisinya yang membuktikan bahwa jarak seperti itu merupakan bidang datar di satu titik permukaan bumi yang melengkung. Dan saat itulah teori eculidean geometry dapat digunakan di kehidupan nyata.

Sumber: https://flatearthscienceandbible.files.wordpress.com/2016/02/img_8176-1.jpeg

Namun bagaimana saat suatu keluarga yang sedang pulang kampung menggunakan kendaraan mobil dari Kota Lampung ke Kota Medan. Jika dilihat melalui peta datar perjalanan terlihat berada di permukaan datar. Namun pada kenyataannya kendaraan tersebut sudah berjalan di permukaan lengkung karena telah melalui jarak yang panjang. Non-euclidean geometry benar dalam konteks seperti ini bahwa tidak ada garis lurus yang tercipta di dalam perjalanannya, yang ada hanyalah garis melengkung yang seolah-olah lurus bagi manusia karena adanya gaya gravitsi yang menyebabkan manusia merasakan itu.

Kedua contoh aktivitas tersebut membuktikan bahwa teori euclidean dan non-eucludean itu tidak pasti dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua teori itu semestinya bersifat tidak kaku atau fleksibel. Tidak selamanya manusia berhadapan dengan bidang datar, begitu juga dengan bidang lengkung. Kedua ilmu tersebut berguna bagi manusia di saat-saat tertentu maka menjadi sebuah pilihan jika kedua teori ada di kehidpan nyata manusia.

Referensi

Davidson, P & Bates, D. (1997). Architecture After Geometry, Architectural Design, Chicester, West Sussex, England.

https://books.google.co.id/books?id=VLRluBp4PHEC&pg=PA186&lpg=PA186&dq=architecture+after+geometry+david+farrell+krell&source=bl&ots=wbsHPgh7wi&sig=OaSJcFO8wUG9puwrS3QI0L577gQ&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

http://www.math.cornell.edu/~mec/Winter2009/Mihai/section4.html

http://study.com/academy/lesson/differences-between-euclidean-non-euclidean-geometry.html

Nurul Gumay Putri

1306367315

FIGURE AND GROUND GESTALT DAN MAKNA YANG TERSEMBUNYI

Filed under: everyday geometry,perception,Uncategorized — khusnulhotimahdwiyanti @ 06:13
Tags: , ,

Gestalt adalah teori yang menunjuk pada teori akan sebuah persepsi visual, dimana otak manusia akan memiliki sebuah kecenderungan untuk mengelompokkan, menyatukan dan menyederhanakan apa yang dilihat secara visual sehingga membentuk sebuah kesatuan yang utuh.

Proses Penyatuan ini akan terlihat ketika prinsip-prinsip dasar dari gestalt di terapkan dalam sebuah objek visual. Prisip-prinsip tersebut antara lain adalah enclosure, proximit, similarity, continuity dan figure ground. Namun, pada postingan ini saya hanya akan membahas salah satu prinsip dari Gestalt yaitu figure Ground,

saya akan mencoba membahas bagaimana Prinsip Figure and Ground Tersebut dapat menimbulkan penyatuan dan penyederhanaan yang  malah menimbulkan sebuah makna atau bentuk tersembunyi dan tidak terlihat pada logo-logo dari beberapa perusahaan yang akan saya bahas setelah ini.

pengertian dari prinsip figure ground itu sendiri adalah sebuah prinsip dimana mata akan mendifensiasikan sebuah objek berdasarkan wilayah disekitarnya. Form, shilloutte, atau bentuk di definisikan sebagai figure dan sekelilingnya didefinisikan sebagai ground.

300px-Cup_or_faces_paradox.svg

Gambar 1 : Figure Ground Example

Seperti pada gambar 1 , yang terlihat adalah object vas namun ketika diperhatikan lebih dalam lagi terdapat 2 bayangan/ shilloutte wajah manusia dan vas hanyalah sebagai space dinatara kedua wajah tersebut. Keberadaan wajah inilah yang terkadang tersebunyi dan malah tidak terlihat oleh beberapa orang.

  1. FEDEX
FedEx

Gambar 2 : Logo FEDEX

Pada Gambar 2 lambang fedex tersebut, melalui prinsip figure ground membuat mata kita hanya menangkap tulisan fedex sebagai objek dan bagaian putih disekelilingnya sebagai ground atau latar. Namun ternyata tanpa kita sadari figure ground ini malah menyembunyikan sebuah bentuk yang sesungguhnya merupakan makna dari logo ini, yaitu terdapat bentuk panah di space antara E dan X (Gambar 3). Yang menandakan kecepatan dalam mengirim barang oleh fedex yang memang merupakan jasa pengantar barang.

Panah Pada lambang Fedex

Gambar 3 : Panah pada lambang Fedex  Sumber : Wadezig.com (Tracing Pribadi)

2. TOBLERONE

1

5

Gambar 4 : Logo TOBLERONE

Pada lambang toblerone pada gambar 4, yang kita lihat hanyalah sebuah gunung berwarna kuning sebagai figure. Namun, ketika ditelaah lebih dalam terdapat gambar dan bentuk beruang didalam gunung tersebut (Gambar 5)

2

Gambar 5 : Beruang pada Logo toblerone / sumber : Wadezig.com (Tracing pribadi)

3. MY FONTS

myfonts

Gambar 6 : Logo My fonts

Prinsip figure and ground pada Lambang My fonts pada gambar 6 membuat yang kita lihat pada persepsi kita hanyalah figure berupa tulisan myfonts, namun jika bagian MY dilihat lebih dalam dimana ground dibagian bawah tulisan MY  disatukan dengan figure MY, akan terbentuk bentuk tangan. Hal ini bermakna bahwa my disini memang dimiliki oleh semua oang melalui bentuk tangan (Gmabar 7)

Untitled-1

Gambar 7 : Tangan dalam Logo My fonts / Sumber : Wadezig.com (tracing pribadi)

4. BASKIN ROBBINS

Baskin-Robbins-logo-Horizontal1

Gambar 8 : Logo Baskin Robins

Hal yang sama juga terdapat pada logo dari baskin robins. Pada Gambar 8 Yang terlihat memang hannya tulisan baskin robins dan dibagian tengah terdapat huruf BR dengan 2 warna biru dan pink sebagai singkatan. Namun, ternyata pada tulisan BR tersebut terdapat angka 31 di bagian huruf B dan R. (Gambar 9)

Baskin-Robbins-logo-Horizontal1

Gambar 9 : Makna tersembunyi pada logo baskin Robbins

5. CARREFOUR

DDDD

Gambar 10 : Logo Carrefour

Hal yang sama juga dapat dilihat pada logo salah satu supermarekt yang sudah sangat kita kenal. Pada logo tersebut kita hanya melihat terdapat dua panah berwarna biru yang menghadap kanan dan merah yang menghadap kiri dan dengan adanya ground putih diantara mereka (Gambar 10). Panah tersebut menjadi figure bagi pikiran dan perspektif  kita. Namun jika dibalik dimana panah menjadi ground dan space diantaranya menjadi figure, kita dapat melihat adanya huruf C diantaranya yang merupakan awalan dari Carrefour pada logo ini (Gambar 11)

Carrefour-logo-1024x7681

Gambar 11 : Huruf C yang Tersembunyi / sumber : Wadezig.com (tracing Pribadi)

 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa memang figure ground membentuk perspektif kita terhadap sebuah bentuk dan cenderung menyederhanakannya menjadi hal yang lebih simple. Dengan figure ground otak manusia cenderung menymplifikasi dan hanya manrik esensi dari objek yang dilihat, objek figure yang pertama dilihat sehingga ground dibelakangnya yang terkadang sesungguhnya adalah makna yang sesungguhnya malah tereliminasi dalam pikiran kita.

 

Refrences :

https://www.wadezig.com/10-logo-dengan-simbol-dan-arti-tersembunyi/

http://graphicdesign.spokanefalls.edu/tutorials/process/gestaltprinciples/gestaltprinc.htm

Gestalt Principles: How Are Your Designs Perceived?

 

Khusnul Hotimah Dwiyanti

1406530691

May 31, 2017

Ideal City dalam Perspektif Manga ‘Attack on Titan’

Filed under: ideal cities — Rafi Mentari @ 19:50

Merupakan suatu karya fiksi manga Jepang karya Hajime Isayama (menyusul pembuatan anime-nya) yang menggambarkan sebuah dunia dimana umat manusia tinggal di kota-kota yang dikelilingi oleh tembok besar untuk bertahan dan berlindung melawan manusia raksasa yang memakan manusia, yaitu Titan.

Lebih dari 100 tahun sebelum awal cerita, para Titan muncul dan hampir melenyapkan umat manusia dengan memakannya. Sehingga, dibangunlah dinding raksasa dengan tiga rangkaian untuk bertahan hidup dari para Titan. Wall Maria merupakan dinding yang berada paling luar pada rangkaian, kemudian ada Wall Rose yang terletak di tengah bagian kota, dan Wall Sina yang merupakan dinding pertahanan paling dalam yang juga dapat disebut sebagai kota ideal (Gambar 01). Terlihat geometri bentuk menunjukkan lingkaran dan persegi untuk mencapai bentuk bangunan dinding raksasa agar keamanan serta kehidupan umat Manusia terjaga dari para Titan. Dari sini, saya kemudian mengutip Windsor-Liscombe, dimana “geometry to develop the layout of ideal cities”.

1Gambar 01. Gambaran bentuk geometri dinding raksasa pada cerita Attack on Titan.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

Dinding-dinding tersebut merupakan salah satu pembentuk kota yang ideal bagi umat manusia didalam Wall Sina, karena manusia telah hidup dalam kedamaian tanpa pernah melihat Titan. Walaupun bila ditelaah kembali, masyarakatnya dapat dibilang terisolasi dari dunia luar. Akan tetapi, dengan keadaan terisolasi seperti ini, merupakan sesuatu yang ideal untuk sebuah kota yang aman dan tentram. Apalagi, dalam cerita, Wall Sina dapat mendapatkan segala kebutuhan untuk bertahan hidup dengan mudahnya.

Seiring berjalannya waktu, dinding raksasa tersebut ditambahkan berbagai macam fitur. Bagian atasnya dilapisi dengan meriam untuk membidik dan menembak Titan yang berada diluar wilayah yang dekat dengan dinding pembatas (Gambar 02). Karena para Titan tertarik pada kepadatan manusia, para komandan pun memusatkan pertahanannya di distrik-distrik (Gambar 03) tertentu dimana para kaum pinggiran yang miskin banyak bertinggal. Karena, walaupun semua yang berada didalam lingkup tembok raksasa secara garis besar telah aman dari para Titan, tentu hal ini kembali lagi kepada unsur ekonomi dan politik dimana mereka yang memiliki uang dan kekuasaan-lah yang dapat menjajakan diri di Wall Sina. Kalau tidak, tentu mereka harus menerima untuk tinggal di daerah pinggiran yang sekiranya paling berbahaya bila ada invasi Titan.

2Gambar 02. Bagian atas dinding Wall Maria menghadap salah satu distrik.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

3
Gambar 03. Distrik di cakupan Wall Maria, dinding terluar.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

Walaupun ini hanyalah sebuah fiksi, namun saya dapat melihat bagaimana persepsi kota ideal di kawasan Wall Sina diterapkan. Mengaitkan tulisan ini dengan kutipan Thomas More, dimana “… any form of ugliness has no place in ideal city.” Selain itu, saya juga mengutip Plato, dimana “Only the elite was capable of introducing harmony and order into the chaotic urban environment through ideal city planning”. Akan tetapi saya juga memahami bahwa tentunya persepsi ideal akan berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung bagaimana kondisi kota tersebut. Setiap kota yang dianggap ideal tentu memiliki karakter yang berbeda. Hanya tinggal bagaimana kita merespon terhadap perbedaan karakter tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah kota yang ideal atau bukan.

Di kota dalam Wall Sina, saya melihat kota ideal terbentuk bukan hanya karena memberikan keamanan dan keselamatan yang didapat oleh warga Wall Sina, namun juga memberikan kebutuhan yang selalu terpenuhi dan merupakan kota yang tertata rapi (Gambar 04) bila dibandingkan kota lain disekitarnya (Gambar 05).

4Gambar 04. Lapangan dan bangunan yang tertata rapi di dalam Wall Sina.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

5
Gambar 05. Perbandingan dengan kota yang bukan Wall Sina yang tidak tertata.
Sumber: http://architectureinanime.tumblr.com/ (diakses 31 Mei 2017)

Rafi Mentari (1606842000)

May 30, 2017

Barcelona’s Superblocks: The Ideal City?

Filed under: classical aesthetics,ideal cities,locality and tradition — raynaldsantika @ 08:46

Jawaban dari pertanyaan di atas tak lain dan tak bukan berdasarkan pada keinginan kita di era globalisasi ini; apakah kita seharusnya merancang sebuah kota yang ideal berdasarkan pada masyarakat yang ada di dalamnya (civitas) atau untuk kemajuan hidup manusia?

1677

Denah kawasan Eixample di Barcelona (1859), oleh Ildefons Cerdà. Ilustrasi: Archives of the Kingdom of Aragon, Barcelona/Ministerio de Cultura/Ministerio de Cultura

Barcelona pada awalnya memiliki konsep grid yang pada awal mulanya dirancang oleh Ildefons Cerdà, Bapak Urbanisasi, sekitar tahun 1850an. Konsep grid dengan setiap blok nya berbentuk oktagon ini pada awalnya didesain untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang saat itu sedang dalam tahap yang memprihatinkan, dimana banyak penyakit timbul diakibatkan oleh penataan kota yang sangat buruk; salah satunya adalah keberadaan ruang terbuka hijau yang sangat kurang. Cerdà, sebagai seorang arsitek, urban planner, dan juga humanis pada saat itu, mengembangkan konsep ini agar ruang terbuka hijau di Barcelona dapat dengan mudah dijangkau oleh masyarakat dan jumlahnya bertambah banyak.

20568100a2f64eaf2c1dc6d9dd667f5b.jpg

Perubahan penggunaan konsep octagonal grid oleh Cerdà yang lambat laun mengubah ruang terbuka hijau menjadi ruang privat. Ilustrasi: Pinterest

Hal ini kemudian menjadi bumerang bagi Barcelona di era globalisasi dimana mobil merajalela dan solusi yang tadinya untuk kepentingan kesehatan justru berbalik menjadi sumber dari 1200 kematian yang ada di Barcelona setiap tahunnya karena level nitrogen dioksida yang melebihi batas maksimum. Oleh karena itu, pemerintah Barcelona kemudian menggodok kembali konsep grid ini dan menjadikan adanya Superblock dalam struktur kota. Superblock memungkinkan 9 blok untuk menjadi satu dan membuat jalan di dalamnya bebas dari kendaraan publik dan hanya boleh dilalui mobil pribadi dengan kecepatan 10 km/jam, sedangkan pada perimeter Superblock diperbolehkan kendaraan umum lainnya. Hal ini akan diujicoba pada beberapa neighborhood yang kemudian akan diterapkan pada seluruh wilayah kota.

01 esquema superilla

Rute Hitam memperbolehkan transportasi publik dan mobil dengan kecepatan 50 km/jam, sedangkan Rute Hijau hanya memperbolehkan mobil pribadi dengan kecepatan 10 km/jam dengan memprioritaskan pejalan kaki dan pengguna sepeda. Ilustrasi: BCNecologia

tumblr_inline_o7fbgcMsHW1r97ndl_540

Kawasan potensial di Barcelona yang akan diujicoba menggunakan Superblock (pembagian secara merata pada di seluruh kota). Ilustrasi: BCNecologia

Yang menjadi sorotan utama dari pembenahan kota ini adalah bagaimana pemerintah Barcelona kembali menerapkan kota yang berbasis pejalan kaki, seperti yang dikemukakan oleh Jane Jacobs pada argumennya. Order di dalam arsitektur banyak dikemukakan, oleh Mies Van der Rohe misalnya, merupakan hubungan antara parts to the whole. Parts dan whole ini yang kemudian diimplementasikan secara gamblang oleh konsep Superblock ini membuktikan bahwa order yang dibutuhkan dalam sebuah kota yang ideal adalah bahwa jika komponen di dalamnya bekerja dengan baik dan komponen-komponen di dalamnya bekerja secara semestinya dan tidak saling mengganggu satu sama lain (Lofland,1988). Urban room yang kemudian akan lebih diutamakan di dalam kota Barcelona ini kemudian menjadi salah satu konsep yang diambil dari para pendahulunya dimana kota yang ideal dimaksudkan untuk pejalan kaki. Namun, yang menjadi pembeda adalah bagaimana konsep kota ini diterapkan pada seluruh kawasan dan bukan hanya terpusat di kawasan bisnis atau dimana orang-orang borjuis bermukim. Hal ini kemudian menekankan bahwa ideal city adalah konsep yang dapat dinikmati oleh semua masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Adrian Forty, dimana arsitektur merupakan instrument dari social order.

shutterstock_151691564

Konsep Superblock  akan menambah wilayah bebas kendaraan untuk pedestrian.
Ilustrasi: Filipe Frazao (Shutterstock)
La Rambla in Barcelona

Apakah anda setuju dengan konsep Superblock dalam menjadikan sebuah kota sesuai dengan konsep ideal city?

Raynald Santika – 1406566413

Sumber:

Bausells, Marta. 2016. ‘Superblocks to the rescue: Barcelona’s plan to give streets back to residents’. Barcelona: The Guardian. Accessed on May 30, 2017, 8.55 AM

Bausells, Marta. 2016. ‘Story of cities #13: Barcelona’s unloved planner invents science of ‘urbanisation”. Barcelona: The Guardian. Accessed on May 30, 2017, 9.00 AM

 

 

 

Filed under: Uncategorized — nikenrahadiani @ 00:09

GESTALT PRINCIPLE IN MUSIC :

TEMPORAL GESTALT PRINCIPLE IN MUSIC COMPOSISITION

A. Teori Gestalt yang teraplikasikan pada musik

Gestalt adalah sebuah term psikologi yang berarti “unified whole” atau keutuhan. Hal ini merujuk kepada teori persepsi visual yang dikembangkan oelh Psikologis asal jerman pada tahun 1920-an. Teori ini, mecoba mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang untuk mengorganisasi elemen visual kedalam kelompok-kelompok atau mencari ‘keutuhan’ ketika prinsip-prinsip atau teori tententu ditrapkan. Hal ini terjadi kaena otak manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan self-organizing­ terhadap objek-objek yang tertangkap indera. Jadi, dalam teori Gestalt ini, kita akan mengalami keseluruhan objek sebelum kita dapat mencerna labih lanjut pada bagian-bagian kecil yang meyusun objek tersebut.  Prinsip-prinsip dasar dalam gestalt ini adalah : Similarity, Continuation, Closure, Proximity, Figure Ground. Pada kesempatan kali ini, saya hanya akan membahas 3 dari 5 prinsip tersebut.

  1. Closure

Prinsip closure ini terjadi ketika sebuah objek tidak lengkap (secara visual) atau terdapat ruang-ruang / jeda pada sebuah objek yang membuatnya tidak tertutup atau tidak lengkap secara sempurna. Jika ada cukup bentuk yang ditunjukkan, orang akan menerima keutuhan objek tersebut dengan mengisi/melengkapi informasi yang hilang. Jadi, closure adalah kecenderungan otak untuk memahami suatu paket elemen individual sebagai keutuhan objek yang satu, daripada banyak elemen yang disusun-susun.

Ax Contoh :

Meskipun panda di samping tidak utuh, namun ada cukup bentuk untuk direpresentasikan sebagai objek utuh oleh mata.

“When the viewer’s perception completes a shape, closure occurs.”

 

Ringkasan : -Otak mengisi jarak/ruang yang kosong

-Berdasarkan pola-pola yang dapat dikenali

-Dibangun dari ekspektasi dan/atau perkiraan

Dalam penerapannya pada musik, silahkan lihat video di bawah ini. Dalam sebuah talkshow yang membahas sebuah buku yang berjudul “Notes & Neurons : In Search of the Common Chorus pada 12 Juni 2009, Bobby McFerrin mendemonstrasikan dan menunjukkan bagaimana manusia cenderung membangun sebuah persepsi audio terhadap nada-nada yang sebenarnya tidak nyata (karangan Bobby McFerrin). Video ini medemonstrasikan prinsip closure yang diaplikasikan pada skala dan harmoni pada musik.

Bila dicermati, video ini sangat menarik dan menunjukkan sebuah fakta bahwa prinsip gestalt tak hanya bekerja secara visual, namun juga pada indera lain yang terkorelasi dengan otak (yang membentuk persepsi terhadap “wholeness” nya. Pada 25 detik pertama, McFerrin membangun persepsi audio kepada para audience dengan mulai mengarang sebuah nada tunggal dan meminta audience untuk mengulang nada tersebut beberapa kali. Hal ini dibarengi dengan sikap tubuhnya yang secara visual dapat dilihat lompat di atas sebuah titik (fana) di atas paggung utuk mempertegas ‘keberadaan’ nada tersebut.

Dalam prinsip psikologi, hal ini bertujuan agar orang lain memahami dan menyerap betul apa yang kita sampaikan hingga melekat pada persepsinya. Selanjutnya, McFerrin menambahkan 1 nada tunggal lagi (yang lebih tinggi)  dan mengajak audience untuk mengulanginya lagi beberapa kali. Lagi, McFerrin mengambil sikap tubuh dengan melompat ke samping kirinya yang kemudian akan membangun persepsi visual bahwa area kiri McFerrin adalah lokasi nada-nada yang lebih tinggi sedangkan area kanan adalah lokasi nada-nada yang lebih rendah.

Pada tahap ketiga, McFerrin mengombinasikan 2 nada tersebut dan mengulangnya beberapa kali. dengan sikap tubuh yang lompat kiri-kanan. Pada detik ke 30, ketika persepsi audience akan nada yang disampaikan sudah ‘masuk’ kedalam pemahaman mereka dan mereka menjadi terbiasa dan mengenali pada pola-pola yang dihadirkan,  McFerrin melompat jauh ke kiri, tempat dimana ia BELUM mencontohkan nada yang seharusnya berada di lokasi itu. Namun, secara otomatis audience meyuarakan 1 nada yang sama, meskipun McFerrin menginjak pada lokasi dimana statement nada BELUM dibangun (ada jarak/ruang kosong)

Hal ini membuktikan bahwa teori gestalt dapat berlaku pada inndera manusia lain juga, selain visual dan prinsip closure bahwa otak cenderung mengisi jarak/ruang yang kosong  apabila sudah terdapat cukup informasi dari bagian-bagian lain, dapat terjadi pula dengan indera lain seperti indera pendengar. Dan hal ini terjadi bukan spontan, melainkan karena telah terjadi pembiasaan oleh audience yang menyebabkan mereka memiliki persepsi terhadap apa-apa yang sudah dicontohkan McFerrin.

Karena itulah, pemain musik yang handal biasanya dapat bermain alat musik dengan mata tertutup dan dapat memprediksi nada apa yang selanjutnya akan ia mainkan, karena persepsi akan nada-nada pada musik dan lokasinya pada alat musik, sudah tergambar jelas pada alam bawah sadarnya.

 

2. Continuity

Terjadi ketika mata terdorong untuk bergerak melalui satu objek dan menerus ke              objek lain.

continuation_a

Continuation atau kemenerusan yang terjadi pada contoh disamping, adalah karena mata kita akan secara natural mengikuti garis atau kurva yang terlihat pada objek. Kurva halus yang bersifat flowing dan memotong huruf “H”, menuntun kita langsug pada daun mapple.

 

Dalam prinsip kontinuitas, elemen-elemen yang disusun berdasarkan garis lurus atau kurva akan dapat di cerna dan diterima daripada  elemen-elemen yang disusun tidak berdasarkan garis dan kurva.

                                     “Continuity provides integration”

Dalam musik, kontinuitas memiliki relasi kengan kausalitas, yaitu repetisi dari suatu sebab-akibat.

Gesture= kausal

texture = non kausal.

Video di atas adalah orkestra musik yang memainkan karya Steve Reich, “Music for 18 Musicians-Pulse”, di Opera City Concert Hall in Tokyo, May 21,2008.  Pada video di atas, semua elemen pemain musik yang terlibat memainkan suatu rangkaian partitur dengan ritme nada yang sama sepanjang pertunjukkan.

Untitled-3

Pola yang diulang-ulang meski terjadi perbedaan tingkat kekuatan penekanan tuts pada beberapa titik (yang telah di setting), menimbulkan persepsi kontinuitas pada otak sehingga kita dapat memprediksi kemungkinan bagaimana part selanjutnya dari partitur akan berlangusng dan bagaimana ending dari pertunjukan ini. Secara natural kita akan menmpatkan 1 set pola yang telah kita dengar menjadi 1 set pola nada selanjutnya.

dfdfdf

karena keberulangan yang telah ditampakkan sebelumnya, audience dapat dengan mudah meprediksi set pola berikutnya dengan mengintegrasikan pada pola sebelumnya. Sehingga, kontinuitas pun dengan natural dapat terjadi.

             3. Figure and Ground

                  Mata kita membedakan bentuk-bentuk objek dari lingkungan sekitar. Form, siluet, atau shape dapat secara natural kita terima (tangkap) sebagai objek (figure). Sementara, kondisi sekitarnya adalah latar belakang (ground/background).

Dalam prinsip ini, objek/figur cenderung dipisahkan dari background mereka berdasarakan banyak variabel pembedanya (contoh : kontras, warna, tekstur, ukuran)

Menyeimbangkan figure dan ground dapat membuat persepsi penerimaan kita terhadap suatu objek lebih jelas. Menggunakan relasi figure/ground yang tak biasa dapat menambah nilai ketertarikan pada suatu benda/ objek.

SAYA.

 

Kata di atas sangat jelas dapat diterima sebagai figure dari keadaan sekitarnya yang berupa ruang putih

fig_grnd01

Gambar di samping menunjukkan relasi antara figure dan ground yang berubah-ubah tergantung mata kita menerima persepsi form  objek yang berasal dari shade atau dari siluet muka orang.

 

 

 

fig_grnd02

 

Gambar di samping menggunakan relasi antara figure/Ground yang cukup kompleks yang membentuk persepsi image daun, air, dan batang pohon yang dibentuk dari permainan figure da ground. Misal, batang pohon hadir karena lekukan image air yang berwarna putih terpotong ditengah membentuk garis lurus.

 

 

Figure/ground juga dapat di aplikasikan pada musik. dalam karya Elaiane Radigue yang berjudul Transmorem transmortem (1973) yang akan Saya tampilkan berikut ini, anda akan dapat menebak :
depth of field dari keseluruhan atmosfer yg dibentuk oleh suara yang ditampilkan

backgrund vs foreground

accented vs non-accented

-texture vs gesture

-melody vs harmony

 

dfdfafafa

Dengan konsistensi musik yang demikian, kita dapat dengan mudah terbiasa dengan pola stagnan yang dihadirkan dan dapat dengan mudah pola membedakan yang mana unsur figure yang mana unsur ground.

Dari ketiga contoh di atas, kita dapat mengatakan bahwa Teori dan prinsip gestalt dapat diaplikasin tidak hanya secara visual namun juga audio, selama dalam manipulasinya kita tetap berpegang pada arti dari masing-maisng prinsip gestalt tersebut.

Keseluruhan pengetahuan ini bukan tidak mungkin diaplikasikan dalam ranah arsitektur dalam tingkatan yang lebih kompleks. Dengan menyilangkan pengetahuan ini dengan berbagai elemen lain dalam arsitektur (contoh, teori kevin lych mengenai 5 elemen dalam suatu kota), gestalt yang di manifestasikan terhadap panca indera manusia bisa saja dapat membentuk keseimbangan urban dari sebuah kota yang menciptakan segala alur yang terjadi di sana menjadi lebih bercerita, hidup, dan dipersepsikan dengan lebih menarik.

 

Sumber :

http://graphicdesign.spokanefalls.edu/tutorials/process/gestaltprinciples/gestaltprinc.htm

https://www.lynda.com/Dreamweaver-tutorials/Gestalt-principles/82822/97990-4.html

https://prezi.com/w7ypvcvaymd8/gestalt-principles-and-music/

 

-Niken Rahadiani Maheswari/1406530722-

 

May 29, 2017

Zootopia: The Ideal City

Filed under: Uncategorized — hutaari @ 18:21

satisfying one’s conception of what is perfect; most suitable

adalah definisi dari kata “Ideal” yang tercantum di kamus Oxford. Merujuk kepada pengertian ini (perfect dan most suitable) teringat akan sebuah kota yang saya rasa cukup menggambarkan pengertian tersebut.

Apakah kalian familiar dengan Zootopia? Ya, Zootopia adalah kota yang menjadi setting film animasi garapan Disney dengan judul yang sama di tahun 2016 kemarin. Dalam film tersebut, Zootopia dikatakan sebagai kota terbesar di dunia yang dihuni oleh berbagai spesies hewan dari seluruh penjuru dunia. Anyone can be anything, demikian quotes yang beberapa kali diulang sepanjang film untuk mendeskripsikan kehidupan di Zootopia. Lalu apa yang membuat Zootopia adalah kota yang ideal?

Zootopia2

Gambar 1. Zootopia dengan berbagai ekosistem di dalamnya

Jika kita merujuk pada Ideal City yang digagas pada zaman modern yang begitu kental dengan prinsip order, Zootopia akan dapat dikatakan ideal apabila semua yang berada dan terjadi di dalamnya memiliki aturan dan mengikuti aturan tersebut.

a place for everything and everything in its place“,

demikian pendapat Lofland mengenai order. Seperti yang saya sebutkan, Zootopia dihuni oleh berbagai spesies hewan dari seluruh penjuru dunia. Berarti, tidak semua hewan yang hidup di Zootopia dapat hidup di satu jenis ekosistem yang sama. Dalam film ini, seperti yang tergambar pada gambar di atas, Zootopia memiliki beberapa distrik besar, yaitu Sahara Square yang berupa habitat padang pasir, Tundratown yang berupa habitat kutub yang dingin dan bersalju, Rainforest District yang berupa habitat hutan hujan, dan Savanna Central yang merupakan habitat padang rumput dengan suhu dan kondisi yang paling netral di antara semua distrik. Dalam dunia nyata, ekosistem-ekosistem yang sangat berbeda karakteristiknya ini tidak mungkin berada dalam satu kota yang sama karena karakteristik tersebut muncul dari kondisi geografis tempat-tempat tersebut terhadap bumi. Namun dalam Zootopia, teknologi sudah begitu maju sehingga memungkinkan untuk memanipulasi dan membuat habitat buatan yang sangat persis dengan aslinya. Dengan begitu, tiap spesies dapat hidup di ekosistemnya masing-masing dalam kota yang sama. Tiap spesies memiliki tempatnya sendiri, everything in its place.

zootopia.png

Gambar 2. Distrik-distrik di Zootopia

Tiap distrik tentu memiliki ciri khasnya masing-masing. Seperti Savanna Central yang memiliki City Hall, Tundratown dengan fasilitas olahraga musim dingin, Sahara Square dengan casino dan hotel termegah di Zootopia dan sebagainya. Meskipun begitu, tiap distrik tetap memiliki kawasan huniannya masing-masing yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan komersial seperti pertokoan, juga fasilitas umum dan sosial lainnya sehingga antarspesies yang berbeda tetap dapat berinteraksi satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan jalan yang penuh dengan kendaraan yang memiliki ukuran yang berbeda-beda, juga berbagai jenis hewan yang berlalu-lalang dan beraktivitas di satu tempat yang sama. Contoh lain ditunjukkan oleh gambar berikut.

Zootopia1

Gambar 3. Zootopia Express

Gambar berikut adalah salah satu kereta yang akan berhenti di Zootopia. Kereta ini tidak hanya memiliki satu namun tiga jenis pintu dengan dimensi yang berbeda untuk menyesuaikan ukuran fisik penumpangnya. Dari posisi jendela juga dapat kita lihat bahwa kereta tersebut memiliki berbagai ukuran kursi untuk memaksimalkan kenyamanan penumpangnya selama perjalanan. Hal ini mengindikasikan bahwa tiap spesies hewan memiliki akses terhadap transportasi umum dan mendapatkan tingkat kenyamanan yang sama. Sepanjang film juga ditunjukkan bahwa terdapat berbagai macam transportasi umum yang dapat digunakan baik untuk berpindah distrik maupun di dalam distrik itu sendiri, seperti bis, potongan es yang menjadi perahu sampai gondola yang menggantung di antara pohon-pohon yang sangat tinggi di hutan hujan. Tiap fasilitas pun dapat digunakan oleh semua spesies tidak peduli besar atau kecil karena memiliki desain khusus yang saling menyesuaikan, a place for everything.

Saya rasa, Zootopia dapat dikatakan ideal tidak hanya karena terdapat order yang mengatur kota tersebut secara fisik maupun sosial, namun juga karena dengan adanya berbagai aturan tersebut Zootopia dapat memenuhi kebutuhan semua penduduknya dan tidak hanya mementingkan kebutuhan satu golongan atau spesies. Semua orang dapat hidup berdampingan dalam perbedaan, namun tetap merasa nyaman satu sama lain, bukankah hal tersebut yang paling ideal untuk sebuah kota? Namun tentunya, Zootopia hanyalah utopia, sebuah tempat yang tidak nyata dan terlihat mustahil untuk direalisasikan.

Nah, apakah menurut kalian Zootopia adalah kota yang ideal? Bagaimana kota yang ideal menurut kalian?

Hutari Maya Rianty – 1406530470

references:

Utopia dalam film La La Land

Filed under: architecture and other arts,ideal cities — dindaayu6 @ 11:56
Tags: , , ,

La la land adalah sebuah film bertema romantis musikal yang berasal dari negara Amerika. Film ini mulai tayang dibioskop Indonesia pada bulan Februari 2017. Disutradarai oleh Damien Chazelle dan dibintangi oleh Ryan Gosling dan Emma Stone. Film ini bercerita tentang hubungan antara dua tokoh, yaitu Mia (Emma Stone) dan Sebastian (Ryan Gosling) dengan kota Los Angeles sebagai latar belakang. Dalam cerita ini Mia dan Seb berusaha untuk menggapai mimpinya di kota Los Angeles sebagai aktris dan pemilik bar dengan tema Jazz.

Dalam film ini kota Los Angeles digambar sebagai kota utopia yang sangat berbeda dengan kenyataannya. Konsep-konsep utopia ini digambarkan dalam setiap lagu dalam film La La Land ini. Pada awal film digambarkan bahwa terjadi kemacetan di jalanan kota Los Angeles. Kemacetan ini menggamparkan perasaan Mia akan kota Los Angeles yang merupakan kota yang sibuk. Namun ditengah-tengah kemacetan ini, para warga kota bernyanyi lagu berjudul “Another Day Of Sun” dengan kostum yang berwarna warni.

Picture1a

(Sumber: http://brightlightsfilm.com/los-angeles-cinema-utopia-la-la-land-racism/#.WSuXUuuGPIU)

maxresdefault.jpg

“I think about that day / I left him at a Greyhound station / West of Santa Fé / We were seventeen, but he was sweet and it was true / Still I did what I had to do / ’Cause I just knew
Sunday nights / We’d sink into our seats / Right as they dimmed out all the lights / A Technicolor world made out of music and machine / It called me to be on that screen / And live inside each scene
Without a nickel to my name / Hopped a bus, here I came / Could be brave or just insane / Climb these hills / I’m reaching for the heights / And chasing all the lights that shine.”

Dalam lirik lagu Another Day of sun digambarkan kota Los Angeles merupakan kota impian dimana semua orang dapat menjadi orang yang sukses. Pada bagian lirik “Climb these hills/ I’m reaching for the heights/ and chasing all the lights that shine.”, menggambarkan bahwa warga kota Los Angeles merupakan orang-orang yang berusaha keras dalam mencapai mimpi-mimpinya. Lagu-lagu dalam film La La Land ini menggambarkan harapan yang dimiliki oleh warga kota Los Angeles, Mia dan Seb. Harapan merupakan ide dasar dari konsep utopia. Karena dengan adanya harapan, kehidupan yang ideal dapat diciptakan.

 Sepanjang film La La Land ini semua tokoh menggunakan kostum yang berwarna-warni dengan tone warna yang terang.

505587369.jpg

15131_1.jpg

Melalui kostum yang berwarna-warni ini, menggambarkan di dalam kota Los Angeles terdapat banyak warna pada setiap warga yang mendiaminya. Waran-warna ini dapat merepresentasikan beragam ras manusia dalam kota Los Angeles. Namun walaupun berbeda-beda warna, warga Los Angeles hidup dengan harmonis. Kehidupan yang harmonis ini yang menyebabkan tidak adanya kemiskinan, kriminalitas dan tindakan-tindakan rasis diantara warga kota Los Angles.

Selain itu Kota Los Angeles dalam film ini digambarkan sebagai kota yang penuh cinta dan harapan yang tersebar seperti cahaya di dalam kota ini. Film ini menggambarkan Kota Los Angeles sebagai wadah satu komunitas manusia yang memiliki ketertarikan secara komunal dan aktivitas kolektif. Warga kota ini digambarkan sebagai orang-orang yang senang-senang saja dengan yang terjadi di dalam kehidupannya, sebagai contoh Mia bekerja sebagai barista di sebuah kafe, namun Ia merasa cukup dengan gajinya yang tidak seberapa dan tetap berusaha menggapai mimpinya menjadi seorang aktris. Dalam film ini digambarkan tidak ada warga kota yang digolongkan dalam golong working-class, gay dan lesbian, kulit putih dan non-kulit putih. Hal ini digambarkan pada karakter Seb yang merupakan seorang pemain musik Jazz. Padahal musik Jazz merupakan musik yang populer dalam kalangan orang non-kulit putih, namun pada film ini musik Jazz digambarkan sebagai genre musik yang universal. Bahkan pada salah satu scene digambarkan bahwa Seb bermain musik Jazz di klub malam yang penuh dengan orang-orang kulit hitam. Dari penggambaran ini, diketahui bahwa Kota Los Angeles merupakan kota yang sangat harmonis.

Picture6a.jpg

la-la-head.jpg

Dinda Ayu Prameswari

1306403674

Sumber:

Los Angeles Cinema and the Utopia of La La Land

http://www.popmatters.com/feature/la-la-land-is-a-delightful-return-to-mise-en-scene-cinema/

La La Land: A Leninist Reading

May 1, 2017

BENTUK GEOMETRI DALAM BERAGAM TRANSMUTATION CIRCLE PADA ANIME FULLMETAL ALCHEMIST: BROTHERHOOD

Filed under: Uncategorized — Rafi Mentari @ 09:50
Tags: , , ,

Fullmetal Alchemist: Brotherhood (FMA:B) adalah reboot dari anime adaptasi berdasarkan manga Fullmetal Alchemist oleh Hiromu Arakawa. Adaptasi anime ini merupakan anime yang kedua, dikembangkan oleh Bones pada tahun 2009 dan menjadikan serial ini jauh lebih mirip dengan manga, dibandingkan anime yang pertama pada tahun 2003. Anime ini cukup popular di kalangan penggemar anime dan manga, walaupun terbilang agak “dark” dan emosional untuk ditonton. Kalau setelah ini kalian ingin coba nonton, jangan lupa siap-siap tissue ya. Bagi yang sudah pernah nonton dan berencana untuk menonton ulang, you know what to do! It’s nostalgic time! :3c

Akan tetapi, untuk menambahkan, yang ingin saya bahas disini adalah keragaman desain transmutation circle yang didasarkan pada bentuk geometri, seperti segitiga, persegi, segilima (pentagon), dan lingkaran. Walaupun ada spoiler-spoiler yang akan masuk kedalam bahasan. Get ready!

“Alchemy is a philosophical and protoscientific tradition practiced throughout Europe, Egypt and Asia. It aimed to purify, mature, and perfect certain objects.” – Paul-Jacques Malouin (1751), Alchimie [Alchemy].

Alchemy (錬 金 術 Renkinjutsu) pada FMA:B merupakan ilmu metafisik kuno atau seni manipulasi mistis memanipulasi dan mengubahnya menjadi sesuatu dengan menggunakan energi alami atau lebih dikenal sebagai “transmutasi” (錬 成 Rensei) yang rangkaian tindakannya biasanya digambarkan sebagai; Pemahaman terlebih dahulu terhadap materi struktur atom atau molekul bahan tertentu yang akan ditransmutasi, termasuk aliran dan keseimbangan energi potensial dan kinetiknya. Kemudian di dekonstruksi dengan menggunakan energi tersebut untuk memecah struktur fisik agar mudah dibentuk kembali menjadi bentuk baru. Yang terakhir adalah rekonstruksi dengan melanjutkan aliran energi sehingga dapat mereformasi materi menjadi bentuk baru. Nah, karakter yang sekiranya mampu melakukan hal ini disebut Alchemist. Dan, untuk memulai transmutasi, diperlukan simbol yang disebut Transmutation Circle (錬 成 陣, Renseijin). (sumber: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

Sebuah transmutation circle dapat digambar di tempat ketika transmutasi diperlukan dengan menggunakan kapur, pensil, tinta, cat, darah, bahkan di-trace di tanah. Berarti, untuk jadi seorang alchemist, harus bisa menggambar beragam bentuk geometri dengan tepat.  Gak percaya? Coba lihat gambar berikut, ya!

2
Gambar 01a. Transmutation circle yang sangat standar, terdiri dari persegi dan lingkaran yang digambar sedemikian rupa untuk mudah diingat bagi pemula.
(Sumber gambar: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

3
Gambar 01b. Transmutation circle yang muncul di anime FMA:B, digambar oleh Elric bersaudara yang merupakan tokoh utama.
(Sumber gambar: http://scifi.stackexchange.com/questions/27676/is-each-transmutation-circle-unique)

4
Gambar 01c. Setelah mempelajari standar transmutation circle, Edward Elric (kiri) dan Alphonse Elric (kanan) membuat transmutation circle standar milik mereka masing-masing yang terdiri dari lingkaran dan segitiga.
(Sumber gambar: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

5
Gambar 01d. Edward Elric (kiri) dan Alphonse Elric (kanan).
(Sumber gambar: https://comicvine.gamespot.com/edward-elric/4005-45359/ dan http://fma.wikia.com/wiki/Alphonse_Elric)

6
Gambar 02a. Transmutation circle yang lebih rumit, terdiri dari lingkaran, segi enam, dan beberapa simbol lain untuk rekonstruksi yang tentunya lebih rumit, yaitu membangkitkan yang telah mati.  Tentu ini hanya didalam anime saja, ya…
(Sumber gambar: http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle)

7
Gambar 02b. Transmutation circle yang muncul di anime FMA:B, digambar oleh Elric bersaudara untuk mencoba membangkitkan almarhum ibu mereka.
(Sumber gambar: http://rebloggy.com/fullmetal%20alchemist%3A%20brotherhood/search/trending/)

8
Gambar 02c. Apakah berhasil?
(Sumber gambar: https://www.inverse.com/article/17504-fullmetal-alchemist-brotherhood-anime-philosophy)

9
Gambar 02d. Tentunya mereka gagal dan malah menciptakan makhluk aneh yang kemudian mati dalam hitungan detik.
(Sumber gambar: http://anime.stackexchange.com/questions/4559/why-are-the-things-that-are-created-from-human-transmutation-so-randomly-generated)

Selain menggambar transmutation circle secara on the spot seperti diatas, bisa juga digambar permanen secara terukir atau tertulis sebagai tools bertarung mereka. Perlu diingat bahwa tanpa ukiran atau tulisan itu, transmutasi umumnya tidak dapat terjadi.

10
Gambar 03a. Transmutation circle milik Mayor Armstrong, terdiri dari lingkaran, segitiga, dan simbol lain yang diukir di pelat logam di tangannya.
(Sumber gambar: https://ginnodangan.files.wordpress.com/2010/04/fma54-42.jpg)

11
Gambar 03b. Sementara transmutation circle milik Roy Mustang, yang terdiri dari lingkaran, segitiga, dan simbol lain diukir di sarung tangan yang selalu dipakai saat bertugas.
(Sumber gambar: https://comicvine.gamespot.com/forums/battles-7/cv-vets-tlssh-vs-higorm-1712104/)

Sebenarnya, masing-masing bentuk geometri dan simbol lainnya bukan hanya sekedar gambar yang diciptakan seadanya, namun memiliki makna dan artian tertentu. Mengambil contoh dari Roy Mustang (Gambar 03b.) dimana gambaran transmutation circle flame alchemist memiliki arti yang sangat terperinci. Berdasarkan bahasan situs http://scifi.stackexchange.com/questions/27676/is-each-transmutation-circle-unique simbol di bagian paling atas transmutation circle Roy Mustang merupakan arti dari sebuah elemen api. Kemudian dua segitiga besar yang bertindihan satu sama lain diartikan sebagai earth alchemy yang dilapisi oleh air alchemy, karena keduanya dibutuhkan untuk api (earth alchemy sebagai bahan bakar, dan bila telah terbakar, maka dengan air alchemy flame yang diciptakan akan dapat lebih besar). Sementara itu, kedua lingkaran diartikan sebagai batasan, seolah-olah api mencoba untuk melepaskan diri dari kungkungan wadah; membuat keinginan pengguna untuk menggunakan kontrol secara penuh.

Setelah melihat beberapa transmutation circle, mungkin ada yang merasa bahwa gambar-gambar tersebut terlihat familiar. Setelah pencarian lebih lanjut, saya menemukan diskusi pada situs http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything dimana ada kemungkinan transmutation circle didapat dari sejarah-sejarah masa lalu dunia. Seperti dua gambar berikut:

12
Gambar 04a. Dihubungkan dengan Michael Maier, seorang alchemist dari Jerman pada abad ke-17.
(Sumber gambar: http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything)

13
Gambar 04b. Lingkaran yang disesuaikan merupakan bagian terbesar dari ide alchemist di zaman Renaissance.
(Sumber gambar: http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything)

Jadi, apakah kalian tertarik untuk mempelajari bentuk geometri dalam beragam transmutation circle pada anime fullmetal alchemist: brotherhood atau bahkan membaca manga-nya yang sekiranya lebih terperinci? ^^

Sumber Bahasan (diakses pada 01 Mei 2017):

http://fma.wikia.com/wiki/Transmutation_Circle#Transmutation_Circle

http://scifi.stackexchange.com/questions/27676/is-each-transmutation-circle-unique

http://anime.stackexchange.com/questions/3718/what-are-the-transmutation-circles-in-fullmetal-alchemist-based-on-if-anything

Rafi Mentari (1606842000)

April 30, 2017

Presenting Spatial, Visual Elements and Movements Based on a Music

Filed under: architecture and other arts,perception — ghaisaningumay @ 19:22
Tags: ,

“Both music and architecture are mediums through which creativity is expressed. Music is defined as the art of sound in time that expresses ideas…..the origin of these ideas cannot be defined, they can be expressed in many forms. A creative idea expressed through one medium, such as music, can be expressed through another medium, such as architecture” -Journal: Music + Architecture: The Spatial Translation of Schenkerian Analysis (Vibha Agarwala, 2011)

Saat kelas Geometri Arsitektur pada pertemuan tanggal 3 April 2017, membahas mengenai Musik pada Arsitektur. Bahwa dalam pemahaman saya mengenai music in architecture dapat dijadikan sebuah metode dalam mendesain, dan di sini akan saya coba untuk menjelaskan bagaimana music dapat diterjemahkan ke dalam spasial ataupun elemen fisik lainnya.

Music dapat diterjemahkan ke dalam sebuah atau beberapa elemen fisik karena arsitektur dan music memikiki vocabularies yang sama, yaitu memiliki ritme, proporsi, harmoni, repetisi, kontras, dll. Komposisi struktur ataupun komposisi spasial juga diperhatikan sehingga memiliki karakteristik yang sama. Tujuan dari membahas materi ini adalah untuk menganalisis bagaimana keterkaitan elemen fisik yang dapat disetarakan dengan music atapun nada nada yang telah ditentukan, terutama pada pembuatan Music Video BTS – Blood Sweet and Tears yang memiliki berbagai elemen fisik seperti lighting, gerakkan tari serta angle yang dihadirkan pada nada-nada tertentu sehingga menggambarkan efek spasial di dalamnya.

Seperti yang diketahui, bahwa setiap lagu yang akan di release belum memiliki video. Tetapi para composer telah menyediakan nada-nada pada lagu tersebut untuk diterjemahkan ke dalam visual yang nantinya akan membentuk sebuah video yang utuh untuk menceritakan lagu tersebut. Sama halnya dengan MV BTS – Blood Sweet and Tears ini. Proses yang lahir terlebih dahulu adalah lagunya lalu setelah itu Music Video release. Dengan itu pembuat Music Video harus mengetahui note, nada serta arti dalam lagu tersebut.

(klik link video di bagian source untuk mendengarkan lagu ini)

1Gambar 1. Musik yang ditransformasikan menjadi warna

2Gambar 2. Musik yang ditransformasikan menjadi warna serta elemen fisik seperti patung

Menit awal pertama pada MV BTS ini, terdapat nada-nada yang terkesan sebagai nada-nada “suci”, nada nada ini similar dengan elemen kegerejaan jika didengar dengan seksama. Sehingga visual dan desain yang dihasilkan pada scene ini lebih ke arah sesuatu yang memiliki elemen suci, secara langsung dimaknai dengan lukisan yang berjudul The Fall of The Rabel Angles. Selain itu, warna putih juga mendefinisikan kesucian. Dari mulai ruangan yang berwarna putih, serta penghadiran patung-patung rohani umat kristiani seperti patung Virgin Mary Holding the dead body of Jesus Christ.

3Gambar 3. Spasial dan Komposisi yang simetris

Lalu untuk scene berikutnya, pada beberapa detik di scene ini tidak memiliki note dan nada apapun (break point). Sehingga visualisasi yang diterjemahkan lebih kepada warna ruangan yang calm, dengan menghadirkan warna biru. Efek spasial yang memiliki shadow dan seperti menampakkan keadaan malam hari dengan anggota BTS yang duduk di tengah-tengah (doing nothing beside sitting) yang diterangi oleh lampu gantung (chandelier berwana kuning) sehingga visual ini membentuk spasial yang diinginkan oleh nada yang hadir, yaitu suasana yang sunyi seperti tidak melakukan apapun. Komposisi yang visual (pengambilan angle) diberikan juga balance memberikan efek tenang yang sama dengan nada yang dihasilkan.

4.jpg

Gambar 4. Kotak hitam menunjukkan note yang meninggi dan kotak merah menunjukkan repetisi pada note

5Gambar 5. Spatial pada saat note mulai masuk ke nada tinggi

Pada detik ke 58, lagu mulai dengan nada yang meninggi. Pada hal ini, visual yang diberikan adalah elemen pencahayaan yang menerangi ruangan tersebut. Sehingga spasial yang dihasilkan tetap dapat terbilang sama dengan nada pada lagu tersebut. Koreografi atau gerakkan tarinya juga menjadi sebuah elemen “arsitektur” di dalamnya. Pada hal ini scene ini, semua gerakkan memiliki ritme yang sama dengan lagunya. Hentakkan dari sebuah lagu yang diterjemahkan sebagai gerakkan tari juga menjadi sebuah tatanan gerakkan yang diciptakan untuk menransfer lagu menjadi elemen fisik (elemen fisik diciptakan dari repetisi note)

67

Gambar 6. Repetisi pada note yang direalisasikan dengan angle gambar dan koreografi

Repetisi tadi divisualisasikan dengan gerakkan yang juga memiliki repetisi, yaitu di mana 3 orang pada menit 1:13 yang merentangkan tangan mereka ke arah atas (seperti meraih sesuatu) lalu disusul dengan 4 orang lain pada detik berikutnya dengan melakukan hal yang sama. Hal ini merepetisi bagian tinggi  rendahnya nada yang dimiliki pada detik tersebut.

8

Gambar 7. Kotak hitam merupakan repetisi note yang sama dan diakhiri dengan note lain pada kotak merah (Kotak Hitam=A; Kotak Merah=B)

910

Gambar 8. Ritme A-A-A dan angle pengambilan gambarnya

11

Gambar 8. Ritme B dan angle pengambilan gambarnya

Sama halnya pada scene di menit 1:48 – 1:50, terdapat ritme A-A-B pada note yang diberikan kotak pada gambar di atas. Di mana pada scene ini angle pengambilan gambar juga dikomposisikan dengan memberikan sudut yang miring lalu pada bagian ritme B, terdapat hentakkan sehingga angle gambar berubah menjadi normal kembali (pengambilan gambar yang presisi).

1213

Gambar 9. Transisi yang menghasilkan spasial saat tidak ada note yang masuk dan ketika ada note dengan oktaf tinggi masuk pada menit 5:35

Pada menit 4:05 hingga 5:35, memilikii beberapa transisi nada. Yaitu dimulai dari tidak adanya nada pada 4:05 (break point pada MV) yang bertransisi dengan penghadiran note-note euphoria. Pada hal ini, ketika video sedang berada pada break point, visualisasi spasial yang dihasilkan seperti pada gambar.9 pada sebelah kiri. Di mana gambar tersebut memperlihatkan satu orang yang memegang balon yang diberikan warna merah sebagai warna yang mendominasi. Sehingga spasial yang dihasilkan mengungkapkan ke”gloomyan” pada scene tersebut sehingga pada akhirnya muncul note nada pada menit ke 4:35 yang dispasialisasikan dengan euphoria berupa elemen air yang splashing dengan berbagai warna.

Setelah melihat rangkaian analisa terkait note dan nada yang hadir serta bagimana pengambilan angle, penghadiran spasial, penghadiran elemen fisik berupa warna penataan ruang dan gerakkan dancer memberikan kita sebuah pemahaman bahwa musik dapat saja diterjemahkan oleh beberapa elemen yang menghasilkan spasial serta visual perception tersendiri. Sehingga, musik serta elemen visual yang digabungkan menjadi sebuah video menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terlihat seperti elemen terpisah mengingat pengerjaan proses video clip yang mendahulukan pembuatan lagu dan disusul oleh pembuatan elemen visual berupa video yang diguide dengan note dan nada yang sudah ada.

source:

youtube.com/watch?v=hmE9f-TEutc

https://musescore.com/baekhanmin/scores/2836966

Click to access Agarwala.pdf

 

Ghaisani Nabila Gumay | 1406530804

 

 

 

March 28, 2017

Divine Website?

Filed under: Uncategorized — divamizanni @ 00:44

In a digital era, the internet becomes the easiest source of information. From cooking recipes to map of the entire world, in just one click we could access millions of info. And where does this content belong? in websites. Every news portal, blog, and social media have their own website in the world wide web. With that, people try their best to design a website with a good UI (User Interface).

One of the leading social media is Twitter. With their number of users rising everyday, from young to old, Twitter tries their best to improve their web so it becomes user friendly; easy to use and pleasing for the eyes. In 2010 they decided to do a major reconstruction to their web, quoted from their creative director “To anyone curious about #NewTwitter proportions, know that we didn’t leave those ratios to chance …”. They stated that the new web design is based on the divine proportion (golden ratio).

http-%2F%2Fmashable.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2010%2F09%2Fgoldenratio-640.jpg

Img source: mashable.com

The golden ratio is believed to be effective in web design because it’s more pleasing for the eyes, therefore the user wouldn’t mind spending a lot of time on it.

“It is well known that the eyes take in information more efficiently when they scan side to side, as opposed to up and down. When you look at what so many people have been drawing and building, you see these proportions everywhere.” (2)

So supposedly composing toolbars and web elements with the divine proportion will create a better user experience. I don’t know if this applies to all kind of websites but it sure stayed with Twitter for a while (although it doesn’t really look like that anymore). So safe to say that it worked pretty well for them.

What do you think about Twitter’s 2010 web? Do you think with it’s divine proportion it became a ‘divine’ website? or do you like their current web better?

Diva Mizanni

1406578003

Reference :

(1) http://mashable.com/2010/09/29/new-twitter-golden-ratio/#TJGroWM2WPqZ

(2) https://www.theguardian.com/artanddesign/2009/dec/28/golden-ratio-us-academic

March 27, 2017

Objek Mati yang dapat “Berbicara” pada Still Life Photography

Filed under: Uncategorized — afifahkar @ 19:49

Pernah mendengar tentang Still Life Photography ?

Atau pernah melihat gambar-gambar seperti ini?

still life 1

Dikutip dari http://fotografi.upi.edu/home/6-keahlian-khusus/still-life-photography, Still Life Photography adalah karya fotografi yang menjadikan benda mati sebagai objek agar lebih terlihat hidup atau berbicara kepada audience untuk menyampaikan suatu pesan.

Salah satu manfaat dari still life photography adalah menggunakannya sebagai media untuk mengiklankan suatu produk. Hal yang penting untuk diperhatikan oleh fotografer saat membuat still life photography untuk iklan ialah memperhatikan bagaimana objek dalam frame dikomposisi kan, sehingga objek utamanya dapat tertangkap dengan tepat oleh audience.

Hal tersebut dapat dicapai melalui trik Golden Ratio. Yakni semacam rumus rahasia yang bisa membantu desainer dalam mendesain sesuatu, agar tampilannya enak dilihat. Salah satunya adalah mendesain atau me-layout komposisi objek di dalam suatu frame untuk Still Life Photography.

Rumus rahasia dalam Golden Ratio berasal dari sintesis berupa rumus rahasia yang seringkali ditemukan pada benda-benda alam. Rumus itulah yang membuat benda-benda alam seringkali terlihat bagus, meski kita belum tahu kenapa dia bisa bagus. Karena, ternyata secara tidak kita sadari, otak kita memiliki kecenderungan tertentu terhadap tampilan benda-benda yang rasionya memiliki rumus Golden Ratio ini.

Rumus rahasia-nya seperti ini..

garis

Golden Section untuk Garis (Olahan Pribadi Penulis)

Saat kita akan membuat dua buah garis, agar menjadi Golden Ratio, dimensi dari kedua garis tersebut harus punya hubungan rasio tertentu. Misalnya, garis A dan garis B. Jika garis A dibagi dengan garis B, hasilnya harus sama dengan garis A + garis B, per garis A. Kedua persamaan tersebut, masing-masing harus bernilai Phi atau 1.618…

Golden Ratio dapat dimanfaatkan dalam banyak hal, terutama terkait dengan tampak atau tampilan dari suatu bidang. Nah, jika diatas adalah rumus Golden Ratio untuk garis, maka hal yang sama berlaku pula untuk rumus Golden Ratio dari bidang, dengan beberapa penyesuaian. Berikut rumus rahasianya:

bidang 1

Basis Golden Ratio untuk suatu Bidang (Olahan pribadi Penulis)

bidang 2

Golden Ratio untuk suatu  Bidang (Olahan pribadi Penulis)

bidang 3

Golden Ratio untuk suatu Bidang, jika diteruskan….. (Olahan oribadi Penulis)

Lalu, bagaimana dengan aplikasi rumus Golden Ratio pada Still Life Photography?

Ketiga gambar yang ditampilkan pada awal tulisan ini adalah gambar untuk iklan sebuah produk jam. Pada gambar A dan B, dapat terlihat dengan jelas dan cepat, bahwa dibandingkan objek yang lain, fokus utama objeknya adalah jam, untuk di iklankan. Namun pada gambar C, kurang dapat terlihat dengan jelas dan cepat objek mana yang menjadi fokusnya.

Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah ada kaitannya dengan trik Golden Ratio?

Yuk kita coba telaah lebih lanjut karya fotografi diatas satu persatu 🙂

still life2

( + Olahan pribadi Penulis)

Setelah dilakukan penelaahan singkat, ditemukan bahwa ternyata pada gambar A dan B, komposisi objeknya mengikuti rumus Golden Ratio. Sedangkan pada gambar C tidak demikian.

Disini mungkin kita dapat menarik pertanyaan, apakah kejelasan iklan pada gambar A dan B dapat dicapai dengan baik karena keduanya mengikuti rumus Golden Ratio, sedangkan  pada gambar C tidak dapat tercapai karena sebaliknya?

Lalu, apakah trik Golden Ratio memiliki peran besar dalam menentukan apakah objek utama pada suatu frame still life photography dapat “berbicara” atau tidak?

Hmm..Bisa saja. Bagaimana menurut Anda? 🙂

 

Blog Post 1

Afifah Karimah – 1606841830

 

Sumber:

[REVISI] Golden Ratio dan Tata Perancangan sebuah Kota

Filed under: Uncategorized — divauliahmad @ 11:13

Golden ratio adalah satu dari prinsip matematis yang memiliki dampak signifikan terhadap desain dan hasil finalnya, banyak sekali penerapatn golden ratio terhadap berbagai aspek kehidupan manusia seperti yang dijelaskan pada beragam tulisan yang anda baca sebelum ini. Yang berkiblat pada satu konsep, dimana golden spiral yang diciptakan dari golden ratio semakin besar dari faktor φ pada setiap perempat putaran yang dibuatnya.

Golden ratio sendiri bisa ditemukan di beragam hal, di alam, di tanaman, binatang, bahkan tubuh manusia, teringat akan tugas kelas Geometri beberapa minggu lalu mengenai penggunaan golden ratio pada benda alam, benda alam yang paling umum dikaitkan adalah cangkang nautilus. Dalam pelajaran juga pernah diajarkan tentang golden rectangle dimana rasio dari sisi yang lebih panjang terhadap sisi yang lebih pendek berdasarkan dari golden ratio sudah digunakan berabad abad lamanya. Namun bagaimana kaitan golden ratio sendiri terhadap tata rancangan sebuah kota?

golden

Pada rancangan kota yang didasarkan kepada cangkang nautilus sebagai induk dari golden ratio, jalanan kota, trotoar, jalur sepeda, dan boulevard utama memiliki akses terhadap core utama, sebagaimana ketika seseorang berusaha mencapai pusat kota, ukuran blok-bloknya mengecil dan kota menjadi lebih padat, jalur pejalan kaki dan pesepeda yang ditunjukan dengan garis hijau mengizinkan penduduk untuk menggunakan transportasi aktif untuk bergerak disekitar kota. Membuat jalur jalur terpisah dari berbagai jalur pejalan kaki dan pesepeda yang dikoneksikan dengan boulevard utama. Rute ini juga mengacu kepada taman melingkar yang berada di tengah sebagai pusat pertemuan dari jalur jalur tadi.

Rumah rumah pada rancangan kota ini juga disusun agar selalu menghadap ke jalan, dimaksudkan untuk 2 tujuan, pertama mengawasi keadaan jalan dan dan jalur pejalan kaki tidak menjadi tempat yang berbahaya ketika malam hari karena asumsinya akan ada traffic dari penduduk yang tinggal disana, jadi antara satu rumah dengan rumah yang saling berhadapan bisa mengawasi keadaan satu sama lain

Sekarang, apakah kamu tertarik merancang kota berdasarkan cangkang nautilus dan golden ratio?

Source:

http://www.ijera.com/papers/Vol6_issue8/Part-%204/A0608040107.pdf

https://www.theguardian.com/sci ence/alexs-adventures-innumberland/2015/jan/13/golden-ratiobeautiful-new-curve-harriss-spiral

Diva Aulia Ahmad

1406605710

 

Benarkah Semua Peta di Dunia Salah?

Filed under: everyday geometry,perception,Uncategorized — raynaldsantika @ 11:00

Peta pada dasarnya merupakan sebuah proyeksi dari dunia (dalam konteks ini, globe; sebuah sphere sempurna) yang diafiliasikan dengan mentranslasikan dunia ke dalam bentuk dua dimensional. Peta menerapkan konsep arsitektur sebagai sebuah representasi dari koordinat Cartesian dimana objek-objek yang ada pada peta seharusnya diidentifikasi dengan koordinat-koordinat yang akan memudahkan orang dalam membaca peta tersebut dan kaitannya dengan penjelajahan di dunia nyata. Peta sendiri sebenarnya memiliki grid dan axis sendiri yang telah dibuat oleh pendahulu-pendahulu kita pada zaman penjelajahan melalui laut dan karena alasan keterbatasan alat maka mereka tidak dapat memetakan garis pantai dan area suatu wilayah dengan tepat, melainkan hanya dengan insting dan persepsi ruang mereka.

Claudius_Ptolemy-_The_World.jpg
A printed map from the 15th century depicting Ptolemy’s description of the Ecumene, (1482, Johannes Schnitzer, engraver). http://en.wikipedia.org/

Peta yang kita lihat sekarang sebenarnya sudah sangat merepresentasikan dunia yang kita tinggali sekarang, namun mengapa sebenarnya semua peta yang sudah dibuat di dunia ini sebenarnya salah? Pada dasarnya, sebuah globe tidak akan pernah bisa diproyeksikan ke dalam bidang dua dimensi dengan persis tepat. Hal ini dikarenakan adanya prinsip Non-Euclidean Geometry yang sebenarnya merupakan bentuk asli dunia pada globe yang memiliki konsep spherical geometry (curvature) dimana postulatnya antara lain jumlah semua sudut segitiga ketika kita membentuk segitiga diantaranya melebihi 1800 (melebihi kaidah Euclidean Geometry) dan dua garis yang sudah bertemu di satu titik jika diteruskan pasti akan bertemu kembali di titik lain di lokasi yang berbeda.

aspects_all.jpg

Map projection method // science.howstuffworks.com

Hal ini mengakibatkan peta yang sudah diproyeksikan, seperti Mercator dan Gall-Peters, memiliki kelemahan-kelemahan yang sebenarnya sangat melenceng dari dunia yang sebenarnya ketika kita amati bersama. Sebutlah pada peta Mercator wilayah Greenland dan benua Afrika mempunyai besaran area yang sama ketika pada dunia nyata sebenarnya wilayah Afrika adalah 14x wilayah Greenland, atau pada peta Gall-Peters wilayah Brazil menjadi sangat gepeng dan tidak dapat digunakan untuk navigasi.

mercator-84.jpg

Tissot Indicatrix untuk perbandingan luasan area pada peta versi Mercator // www.geography.hunter.cuny.edu

gall-peters.jpg

Tissot Indicatrix untuk perbandingan luasan area yang terdistorsi pada peta versi Gall-Peters // www.geography.hunter.cuny.edu

Pada akhirnya, sebenarnya cara paling benar untuk kita melihat dunia adalah dengan melalui globe, dimana spherical geometry diterapkan dengan presisi (looking at the world as it is) baik dalam besaran area maupun jarak antar lokasi. Namun, jika kita menginginkan navigasi, peta Mercator yang diadaptasi Google Maps dengan sudut yang sama dalam setiap jengkalnya dapat menjadi pilihan utama.

Raynald Santika – 1406566413

Referensi:

http://www.vox.com/world/2016/12/2/13817712/map-projection-mercator-globe

https://www.scienceabc.com/social-science/what-is-wrong-with-all-our-maps.html

http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2596783/Why-world-map-youre-looking-WRONG-Africa-China-Mexico-distorted-despite-access-accurate-satellite-data.html

Penerapan Golden Section pada Bangunan tidak hanya sekedar untuk kepentingan Estetika

Filed under: Uncategorized — benitaariyani @ 10:41

Dalam penerapan penggunaan golden section pada suatu hal, sering kali yang menjadi tujuan utama adalah agar suatu hal tersebut menjadi lebih proporsi sehingga menjadi lebih indah.

Sebagai contoh, penerapan golden section yang dalam penerapannya bertujuan untuk mengejar estetika, ialah pada pembuatan patung The Lweis Chessmen dan lukisan Mona Lisa sebagai berikut:

lines_1

(http://www.goldenmeancalipers.com/wp-content/uploads/2015/05/lines_1.jpg)

mona-lisa-golden-ratio

(http://belfot.com/komposisi-foto-golden-ratio/)

Namun di dalam bangunan arsitektural, penerapan golden section, pencarian proporsi tidak hanya diterapkan dalam tampak bangunan saja, namun juga pada denah dan dan section plan-nya. Sehingga dengan begitu, penerapan golden section dalam bangunan arsitekural tidak saja untuk mengejar kepentingan estetika, namun dapat lebih dari itu.

stringio (6).jpg

(http://www.archdaily.com/84524/ad-classics-villa-savoye-le-corbusier)

Sebagai contoh, bangunan Villa Savoye oleh Le Corbusier, di bangun pada tahun 1928 di Perancis, di mana Le Corbusier memiliki ‘5 points of New Architecture’ yang menjadikannya dasar dalam merancang. Poin pertama dan kedua memiliki keterkaitan dangan efisiensi dalam ruang. Poin pertama, penggunaan grid sebagai titik kolom struktur, dengan poin ke-dua, perencanaan denah ‘bebas’ yang dapat bertransformasi menjadi fungsi yang berbeda. (Corbusier, 1931)

Dengan begitu, diperlukan penerapan golden section untuk dapat menemukan modul yang sesuai dengan kebutuhan fleksibilitas, ekonomis, efisiensi dan proporsional. Proporsional di dalam denah dicari untuk memenuhi segi kenyamanan.

srjtryek

(https://id.pinterest.com/pin/402790760401713315/)

Sedangkan 3 poin lainnya, yaitu di antaranya: poin ke-tiga mengenai fasad bebas dari kendala konstruksi, poin ke-empat mengenai penggunaan ventilasi horisontal sepanjang bangunan sebagai respon dari pencahayaan, dan ke-lima penggunaan taman pada atap datar yang juga berfungsi sebagai pelindung atap, dapat dipenuhi dengan penerapan golden section pada tahapan section plan dalam bangunan. Pada tahapan section plan ini, penerapan golden section dilakukan pada ketinggian dan volume ruang juga pada manusianya, sehingga antara volume bangunan dengan manusia di dalamnya dapat proporsional.le-modulor-final-21-1024 - Copy_editedhiphiop

(https://id.pinterest.com/pin/402790760401713315/)

Dengan demikian, penerapan golden section pada bangunan arsitektural tidak hanya untuk kepentingan estetika saja, namun juga untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan manusia di dalam bangunan tersebut. Karena tidak seperti lukisan 2d, dan patung 3d namun tidak memiliki ‘isi’ di dalamnya, bangunan arsitektural memiliki wujud 3d dan ‘isi’ di dalamnya.

Benita Ariyani Putri

1606841894

REFERENSI

Grid pada Wajahmu

Filed under: Uncategorized — tateshaa @ 08:26

Seperti yang kita ketahui bahwa grid merupakan organisasi yang tercipta dari 2 buah rangkaian garis yang tegak lurus atau sejajar, yang kemudian menimbulkan titik-titik yang saling berpotongan. Organisasi Garis pada grid ini akan menimbulkan pengulangan, pengulangan tersebut dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi porposi yang seimbang. Dimana Keseimbangan pada grid ini menjadikan kesan keteraturan, kerapihan, dan ketidakmonotonan.

Grid yang dapat membantu sebagai salah satu metode perancangan arsitektur dimana telah digunakan oleh para arsitek terdahulu seperti Le Corbusier, Rietveld, Durrand, dll. Namun, pembahasan ini mengarah pada bagaimana garis-garis yang tersusun menjadi keindahan dalam potrait wajah manusia.   Berikut merupakan sketsa gambar wajah manusia dari Leonardo da vinci yang menunjukkan keterkaitan antar garis untuk keseimbangan dan proporsi.

da-vinci-proportions-of-face-and-eye

Grid pada wajah yang membagi keseimbangan pada bagian kanan dan kiri. Dengan garis tengah dimana terdapat hidung, mulut, serta diantara kedua mata atau kedua alis. Dokumentasi pribadi

ok1

Grid yang ada pada mata, penggunaan titik yang ditimbulkan akibat potongan susunan 2 garis menjadi titik bola mata. Dimana mata kanan dan mata kiri menjadi simetri yang memunculkan keseimbangan.

ok2

Kesimpulannya Dimana penyusunan organisasi garis dapat ditemukan pada manusia. Seperti salah satunya yaitu wajah, dimana sudah adanya komposisi pengulangan yang membuat keindahan pada bentuk wajah manusia yang memiliki keteraturan dan keseimbangan.

Sumber :

D.K Ching, Francis.Copyright 2008.Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Erlangga : Jakarta

http://www.howtodrawjourney.com/leonardo-da-vinci-drawings.html

pinterest : Human Grid

TATESHA-1406530741

Geometry Behind Character Design

Filed under: Uncategorized — hutaari @ 08:04

Dalam film animasi, sering kali kita menemukan karakter-karakter yang unik. Meskipun karakter animasi itu adalah manusia, namun sering kali proporsi tubuhnya tidak benar-benar sama persis dengan proporsi tubuh manusia di kehidupan nyata. Begitu pula dengan karakter hewan, tumbuhan, atau benda mati yang seakan-akan hidup seperti manusia. Dalam dunia seni animasi, sering kali bentuk dan proporsi ini lah yang justru menjadi ciri khas yang dapat menjadi self-brand seorang animator, sehingga membuat karakter yang unik dan menarik menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh animator.

Lalu bagaimana seorang animator merancang karakternya? Bagaimana bisa sebuah karakter animasi menjadi sangat viral dan digemari hampir semua orang seperti minions dari film despicable me atau Baymax dari film Big Hero 6?

size_chart

image source: http://cartoonician.com/the-oral-history-of-spongebob-squarepants/

Siapa yang tidak kenal karakter-karakter berikut dari film Spongebob Squarepants? Film tersebut terkenal dengan karakter-karakternya yang terinspirasi dari makhluk hidup di bawah laut. Namun apa yang membuat karakter-karakter ini sangat memorable?

sponge

image source: private document.

Secara tidak sadar, pikiran kita mengubah sosok karakter-karakter ini menjadi bentuk-bentuk yang yang lebih sederhana, yang selama ini kita kenal sebagai bangun datar sempurna. Hal ini membuat kita sangat mudah untuk mengingat sosok karakter Spongebob Squarepants dibandingkan dengan karakter-karakter manusia yang proporsinya benar-benar mengikuti proporsi di dunia nyata.

Di sini dapat dilihat bahwa kita mempersepsikan reality yang detail pada karakter-karakter tersebut menjadi lebih sederhana dan berbeda dari realitynya. Law of Pragnanz yang dikemukakan Gestalt terjadi di sini.

pf

image source: (Phineas) http://www.polyvore.com/phineas_ferb/collection?id=1313511 (Ferb) http://nickjrcharacters.blogspot.co.id/2014/05/phineas-and-ferb-characters-png.html — edited by self

Hal serupa juga dapat dilihat pada desain karakter Phineas dan Ferb, di mana bangun datar sangat dominan dan dapat mewaliki form karakter itu sendiri. Meskipun mungkin kita butuh memperhatikan lebih seksama untuk mengingat detail tubuh dan pakaian, namun kita dapat dengan mudah mengingat wajah Phineas dan Ferb hanya dengan membayangkan bentuk segitiga dan persegi panjang.

Merancang karakter dengan dasar Euclidean Geometry dan prinsip Gestalt selain memudahkan pekerjaan animator karena dapat menjadi guide juga menciptakan karakter yang lebih mudah diingat karena bentuknya dapat disederhanakan oleh otak manusia. Karakter yang diciptakan juga memiliki keunikannya sendiri, karena memiliki proporsi dan detail yang berbeda satu sama lain.

Hutari Maya Rianty – 1406530470

“Batik” in Beauty

Filed under: Uncategorized — kartikasandradewi @ 07:25

Sujiwo Tejo pernah mengatakan bahwa ketika berbicara soal matematika, maka kita sedang berbicara tentang logika. Sekilas mungkin sempat terbesit di pikiran kita masing-masing bahwa sebenarnya apa saja atau bagaimana penerapan matematika ini dapat ditemukan? Logika matematika dapat digunakan untuk melihat suatu pola dan salah satunya adalah bagaimana matematika membantu dalam mengelompokkan pola batik yang ada di Indonesia. Batik di Indonesia sangat beragam, namun ketika sudah ditemukan polanya, ternyata dapat digolongkan hanya ke dalam enam kelompok, yakni batik motif ceplok, motif kawung, motif lereng, motif parang, motif semen, dan motif tambal.

Selanjutnya akan dibahas lebih mendetail mengenai pola masing-masing motif batik tersebut.

“Form follows beauty”

-Oscar Niemeyer-

  1. Motif Ceplok

Berangkat dari filososfi batik ini sendiri, bentuk geometris yang ditemukan pasti selalu berkaitan satu sama lain dimana ada pola yang berulang dengan tujuan menunjukkan keteraturan yang ada pada batik.1_ceplokbatik

  1. Motif Kawung

Sekilas pola pada motif kawung ini mirip dengan motif ceplok. Keduanya memiliki bentuk yang menyerupai bintang namun ketika digali lebih dalam ternyata bentuk geometri dasarnya adalah lingkaran. Dibedakan menjadi pola yang berbeda dikarenakan adanya campur tangan dari segi sejarah batik tersebut. Terlihat lebih sederhana dibandingkan dengan motif ceplok namun memiliki unsur yang kuat dan sering kita jumpai.

batik-kawungkawung

  1. Motif Lereng

Motif lereng memiliki pola dengan kemiringan 45 deajat namun msih memiliki pola yang sejajar bila ditarik garis. Keteraturan kembali terlihat pada pola batik.

batik-lerengLereng

  1. Motif Parang

Perbedaan motif ini terdapat pada pola yang lebih dinamis dibandingkan dengan motif Lereng dimana itu terkait dengan filosofi ombak yang menabrak karang. Celah pada karang digambarkan dengan Minjon yang tergambar jelas pada motif ini. Garis-garis sejajar yang ketika bertemu dapat menciptakan titik-titik yang membentuk bidang segitiga.

batik-parangparang

  1. Motif Semen

Sekilas pola pada motif Semen tidak memiliki keteraturan, namun bila kita melihat pola gambarnya ternyata menggunakan proporsi yang teratur dalam pengelompokkan gambarnya.

batik-semensemen

  1. Motif Tambal

Motif Tambal memiliki pola yang sulit untuk ditemukan, proporsi dari masing-masing kelompok pattern di dalamnya pun tidak memiliki aturan yang jelas. Namun dari ketidakjelasan tersebut terdapat keteraturan yang menjadi dasar dari pengelompokkan pattern yang lebih kecil, yaitu dari bentuk dasar geometri persegi. Dari persegi yang disusun acak kemudian terjadi overlapping yang kemudian hasil overlap tersebut menghasilkan kombinasi pattern antara kelompok satu dengan yang lainnya. Ini mengakibatkan terjadinya kontinuitas pattern.

batik-tambal

Tambal

Kesimpulan dari tulisan yang saya buat adalah tidak selamanya sesuatu yang teratur itu memberikan unsur beauty. Kadang, ketidakteraturan pun sebenarnya memberikan komposisi yang justru membuat keseimbangan secara tidak langsung.

 

Sumber : https://batikbro.com/filosofi/mengenal-6-motif-utama-batik-pedalaman

Jadi, yang lurus yang mana?

Filed under: Uncategorized — dicflavidya @ 01:01

post ini dilatarbelakangi dengan materi pada kelas geometri arsitektur minggu kelima (6/3/16) yang membahas tentang euclidean geometry & architecture. Saya tertarik mengenai pembahasan bahwa Postulat Euclid pertama dan kedua “A straight line can be drawn from any point to any other point”, “a finite straight line can be drawn continuously in a straight line” tidak lagi relevan dalam konteks selain 2 dimentional.

perdebatan mengenai teori ini sudah banyak diperdebatkan dan mayoritas ‘dipaksa’ dimenangkan oleh, ya memang bumi itu bulat, tidak ada garis yang benar benar lurus. positive curvature 0.001 derajat dari sebuah permukaan masih membuatnya tidak dianggap garis lurus karena apabila dua garis diperpanjang dengan kemiringan tersebut tetap akan berpotongan.

Tapi pernahkah anda berpikir apa pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari kita?

Ya pengaruhnya tidak akan terasa pada skala kita sebagai manusia kecuali anda hendak membangun bangunan yang memiliki lebar hinggga ratusan kilometer untuk merasakan kemiringan tersebut. Kurvatur bumi terlalu besar untuk kemiringan tersebut dapat terasa. Sehingga sah-sah saja meski kita selama ini terjebak dalam ke-lurus-an yang sebenarnya semu.

Namun yang menjadi pertanyaan, ketika melakukan atau mencari tahu percobaan mengenai garis lurus, Saya merasa kita terlalu sibuk pada hal-hal yang berkaitan dengan permukaan bumi yang “datar”.  Karena ingin membuat bangunan dengan patokan lurus di tanah dan lain hal nya. Mari kita kembali lagi kepada elemen yang mengawali semua perdebatan ini. Gravitasi.

untuk mendapat garis lurus, mungkin kita harus berpikir secara vertikal. Seperti saat Newton melihat fenomena apel jatuh. Angin mungkin bisa dibilang menjadi faktor yang menggoyahkan. Tapi bukankah lebih mudah mengeliminasi faktor angin dibanding menyiapkan waterpass yang panjangnya menandingi 1 serajat saja curvature bumi sehingga kemiringan 1 derajat tersebut terlihat?

40,030 km/360 derajat ~ 111.19444,… km waterpass untuk menangkap perubahan kemiringan bumi sebesar 1 derajat. Hebat sekali bukan?

meski tidak berpengaruh banyak dalam kehidupan manusia, namun teori tersebut dapat dibilang sangat berpengaruh terhadap filosofi dan desain seorang arsitek besar Antoni Gaudi;

Image result for there are no straight lines in nature quote

Atau mungkin teman-teman yang lain memiliki cara lain, bagaimana cara mendapat garis yang pasti lurus (dalam konteks 3 dimensi) ?

source gambar 1

source gambar 2

 

 

March 26, 2017

(Benarkah terdapat) MANIFESTASI RASIO EMAS DALAM KOMPOSISI MUSIK

Filed under: Uncategorized — nikenrahadiani @ 23:59

Metode Golden Ratio atau dalam Bahasa Indonesia seringkali disebut sebagai Rasio emas dan seringkali beriringan dengan deret Fibonacci, banyak dianggap sebagai sebuah metode unggul yang membantu manusia dalam merasionalkan sebuah keindahan dalam karya seni, yang tak hanya dibuat oleh manusia, namun juga yang terjadi di alam.

Di dalam dunia seni, arsitektur, dan desain, rasio emas memiliki reputasi yang baik dan sangat dipandang. Seniman-seniman besar seperti Salvador Dali (pelukis surrealis) dan Le Corbusier (arsitek) dikatakan pernah menggunakan metode rasio emas dalam karya-karya mereka.

Pada beberapa contoh manifestasi rasio emas yang ada, mayoritas bertumpu pada suatu hal yang bersifat fisik dan massive. Beberapa di antaranya berupa bangunan atau lukisan karya arsitek, atau seniman terkenal yang cenderung memiliki gaya desian yang kuat sebagai karakternya      Beberapa contoh manifestasi rasio emas dalam bangunan adalah, parthenon dan notre dame. Meskipun keduanya dibangun pada era yang berbeda, nyatanya dalam beberapa analisis ditemukan implementasi konsep rasio emas.

Parthenon-Phi-Golden-Ratio-1

Parthenon (greek)
Source : https://www.goldennumber.net/parthenon-phi-golden-ratio/

 

Georges_Seurat,_Parade_de_cirque,_with_golden_mean_overlay (1)

Parade de cique – Georges-Pierre Seurat
Source : https://en.wikipedia.org/wiki/Parade_de_cirque

                    Namun, apakah jadinya bila rasio emas yang seringkali dianggao sebagai metode untuk meraih keseimbangan, harmoni, dan estetika dalam seni, diimplementasikan ke dalam bentuk berbeda.?Ke dalam bentuk yang tak hanya dapat dirasakan oleh indera visual, amun juga peraba dan pendengar?

Secara sederhana, rasio emas merupakan rangkaian angka khusus yang ditemukan dengan membagi sebuah garis menjadi dua bagian, sehingga : apabila bagian yang lebih panjang  dibagi dengan bagian yang lebih pendek, hasilnya akan sama dengan total panjang dibagi dengan bagian yang lebih panjang. Atau, dapat anda lihat dalam ilustrasi berikut :

012-tb-1324x0

The Golden Ratio Illustration – Rebecca Gross (October 22, 2015)
Source : https://designschool.canva.com/blog/what-is-the-golden-ratio/

 

ratio 2ratio 1

ratio 3

The Golden Ratio Illustration
Source : http://www.ideelart.com/module/csblog/post/157-1-golden-ratio-art.html

Konsep  perbandingan dan komposisi tersebut, nyatanya dapat termanifestasi dalam sebuah komposisi musik. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bagaimana hal tersebut dapat dijelaskan?

Jaen Madrid, seorang penulis artikel “How to Compose a Song with Golden Ratio and The Fibonacci Sequence” mengatakan bahwa :

 The golden ratio defines the harmony of most objects and, thus, is the most perfect expression of beauty”

Bagi Saya, pernyataan ini adalah pertanyaan yang sangat tajam dan cenderung mengerucutkan persepsi mengenai keindahan. Namun, mengesampingkan perdebatan mengenai persepsi keindahan tersebut, nyatanya beberapa komposer music klasik di bawah ini, sangatlah terkenal dengan karyanya yang mendunia dan tak lekang dimakan waktu, seolah merepresentasikan keindahan yang abadi.

 

Dalam tulisannya, Jaen Madrid berargumen bahwa rasio emas yang memiliki pola-pola keteraturan yang dapat menjadi tools untuk mencapai kesimetrisan yang ideal. Seperti daun yang tumbuh pada pohon, hingga bentuk spiral pada pinecones. Formasi-formasi geometris dari butiran salju, hingga blackhole yang dinamis. Konfigurasi biologis yang terdapat di alam semesta mengikuti susunan enigmatik yang mendefinisikan kesempurnaan harmoni pada mayoritas objek di alam semesta. Dan hal yang paling menakjubkan dari alogaritma yang terkandung di dalam susunan rasio emas ini adalah bahwa hal tersebut dapat direplika kedalam sebuah karya seni, termasuk musik.

Masih dalam tulisan yang sama karya Jaen Madrid, Phytagoras menemukan resonansi notasi dari sebuah senar, dan Plato menggunakan pengetahuan ini untuk membangun teorinya, “Music of the spheres”. Dan apabila kita menelaah lebih jauh pada abad 20, kita akan mendapati Gyorgy Ligeti, yang membuat komposisi lagu “apparitions”, sebuah lagu yang dibagi ke dalam beberapa bagian, yang proporsional menurut kaidah rasio emas. Berikut adalah link menuju komposisi lagu “Apparitions” tersebut :

https://www.youtube.com/watch?v=Mw69mRvHYUI dan https://www.youtube.com/watch?v=kplEyGdK0VA

Dalam artikel lain yang berjudul “Five Classical Pieces with The Golden Ratio”, terdapat beberapa nama composer lain yang beberapa komposisi lagunya diduga mengikuti kaidah-kaidah rasio emas juga. Tidak semua komposisi Saya tampilkan pada tulisan ini. Selebihnya dapat anda lihat pada link berikut (http://www.cmuse.org/classical-pieces-with-the-golden-ratio/).  Beberapa di antaranya adalah :

  1. Mozart : Sonata No. 1 di C Major K 279

 

Some Partiture of Sonata No. 1 C Major, K 279
Source : https://www.youtube.com/watch?v=iP8H6bHD-Js

Seorang ahli matematika, John F. Putz, mencoba menjelaskan ada atau tidaknya kaidah-kaidah rasio emas yang terjadi  pada awal lagu Sonata No. 1 di C mayor. Dalam artikel “Five Classical Pieces with The Golden Ratio”, Putz merepresentasikan 2 bagian (bagian eksposisi dan rekapitulasi, serta bagian pengembangan,) oleh angka-angka yang mengukur ketiganya.

Dalam komposisi awal lagu. Contohnya, bagian eksposisi dan rekapitulasi, serta pengembangan mengandung 38 dan 62 ukuran beruntun. Putz menulskan dalam analisisnya, berdasarkan kaidah rasio emas, bahwa :

                        “ A 100-measure movement could not be divided any closer (in natural numbers) to the golden section than 38 and 62.”.

Meski masih jauh untuk bisa membuktikan bahwa Mozart secara sadar bergantung pada prinsip-prinsip matematika untuk semua komposisi lagunya (bagian ketiga menyimpang dari rasio emas), kita dapat mengetahui bahwa Mozart menyukai angka..

                      “he talked nothing but of figures,” Seperti apa yang diucapkan oleh kakak perempuan Mozart.

Dari hasil analisis di atas apa yang sebelumnya Saya harapkan menjadi sebuah kenyataan, ternyata (setidaknya hinga saat ini) terbukti ke-tidak-sahih-annnya.

Namun, jika memang rasio emas mendefinisikan harmoni pada mayoritas objek dalam alam raya ini sehingga ia menjadi ekpresi keindahan yang paling sempurna (dengan anggapan bahwa komposisi lagu ini memang benar-benar memiliki kaidah-kaidah rasio emas), dapatkah anda merasakan dan menjelaskan keindahan yang terkandung dalam karya Mozart ini, secara rasional dan terukur?

https://www.youtube.com/watch?v=iP8H6bHD-Js

               2. Beethoven : 5th Symphony (first movement : Allegro Con Brío)

Pada 1978, Derek Haylock dalam tulisannya mengenai “Golden Ratio and Beethoven’s 5th Symphony” berargumen mengenai keberadaan rasio emas dalam first movement dari 5th symphony Beethoven. Beliau mengkalim bahwa motto pembuka berlangsung tepat pada poin emas 0.618, tertulis pada bar 372 dari 601.

Halock juga menyatakan bahwa :

 “What’s more, the coda is 129 bars long, and, if you divide it using the golden section, you get 49:80. After the first 49 bars of the coda, Beethoven actually introduces a completely new tune that has not appeared in the movement so far, a real first in the history of classical music composition.”

fifth-symphony-golden-ratio

Analysis of Golden section in Beethoven’s 5th Symphony  (Dr. Peter U. Georgakis sbcc.edu)
Source : http://www.cmuse.org/classical-pieces-with-the-golden-ratio/

Berikut adalah link youtube menuju komposisi lagu karya Beethoven tersebut :

 

Robert Van Gend, dalam tulisannya yang berjudul “The Fibonnaci Sequence and the Golden Ratio in Music” mencoba mempertimbangkan keberadaan deret Fibonacci dalam struktur skala oktaf dan menyadari peranan rasioemas dalam instrument desain dan beberapa karya musical tertentu dari compose Claude Debussy. Selain itu, tulisannya juga memuat tentang komposisi asli berdasarkan deret Fibonacci, untuk meng-eksplor estetika yang melekat pada fenomena matematis ini.

Octave Scale

                        Octave  atau oktaf, merupakan interval antara note dan note selanjutnya yang sama pada piano. Dalam gambar  berikut, interval oktaf adalah dari C di kiri sampai pada C di kanan keyboard. Sebuah oktaf mebentang sejauh 13 notes. Sebagai contoh, sebuah oktaf yang berawal pada C, akan memuat C#,D,D#,E,F,F#,G,G#,A,A#,B,C. Inilah yang disebut dengan “Chromatic scale” . Interval antara F dan G dalam gambar, merupakan “whole-note”. Skala Mayor dan minor membentang sejauh 8 notes dalam 1 oktaf,, dengan percampuran seminotes dan whole-tones.

                 Sebagai contoh, skala mayor oktaf pada C akan menurut-sertakan C,D,E,F,G,A,B,C. Pada keyboard, ada 8 tuts putih dan 5 tuts hitam. Tuts hitam dikelompokkan menjadi 2 dan tiga.

1490543169739

Piano tuts, 1 octave
Source : https://designschool.canva.com/blog/what-is-the-golden-ratio/

Sampai saat ini, 1 oktaf piano merepresesntasikan secara jelas kaidah rasio emas, bahwa apabila bagian yang lebih panjang  dibagi dengan bagian yang lebih pendek, hasilnya akan sama dengan total panjang dibagi dengan bagian yang lebih panjang. Atau, dapat anda lihat dalam ilustrasi berikut :

012-tb-1324x0

 

Pada kunci C, notes C,E,G merupakan kord dasar dari kunci, yang disebut Root Triad. Ini merupakan deret angka 1,3,5 dalam skala. (Deret Fibonacci). Dalam sebuah oktaf, dasar pada artikel tersebut dapan menerjemahkan deret fibonnacii secara sederhana dapat dikatakan bahwa Fibonnnace.

 

Komposisi Fibonacci dalam Piano

1490544651227

Piano tuts
Source : https://designschool.canva.com/blog/what-is-the-golden-ratio/

Setiap not pada C mayor telah diberi nomor. Dan not yang berkorespondensi dengan deref Fibonacci, dipakai dalam komposisi ini. Setiap kali music berganti kuncu, not yang berkorespondensi 1 dalam deret Fibonacci akan berganti. Sehingga pada analisis selanjutnya, disintesa sebuah komposisi lagu yang mengikuti kaidah deret Fibonacci (yang selalu berkaitan langsung dengan rasio emas).

Robert Van gend mencoba mengkomposisian sebuah lagu berdaarkan deret Fibonacci. Dan gambar dibawah ini merupakan partiture dari komposisi lagu tersebut.

1490544930251

Komposisi lagu berdasarkan deret Fibonaci
Source : https://designschool.canva.com/blog/what-is-the-golden-ratio/

Dalam beberapa rangkaian analisis di atas, telah dijelaskan secara singkat bagaimana not pada piano dapat berkorespondensi dengan deret Fibonacci. Bar pembuka adalah perkembangan not, menggunakan deret Fibonacci secara teratur hingga ke 21. Bagian yang berulang mulai pada bar ke 3, menggunakan notasi yang berkorespondensi pada 1,1,2,3,5,8,5,3,2,1. Hal ini membentuk peningkatan dan penurunan nada yang halus. Sementara, pada bar ke 7 tidak menggunakan deret Fibonacci.

Namun, hal tersebut menjadi masuk akal Karena pada bagian tersebut bass akan muncul lebih progresif, sehinggga terkesan kurang harmonis dengan bagian komposisi yang lain, namun disitulah letak ‘surprise’ note nya.

                “This is an interesting discovery – that a non-Fibonacci note sounds out of place (perhaps even “unnatural”) in piece completely full of Fibonacci-notes. “ Tulisnya.

Van Gend menambahkan bahwa :

                      “The overall structure of the work is based on groupings of bars into Fibonacci numbers, which gives the sense of expansion and growth of the whole work. The use of only Fibonacci notes works well for harmonious writing. This was surprising, as I thought it would be tough to have variety while only using Fibonacci notes. In summary, it seems that the Fibonacci numbers work naturally together in music too.”

Dalam beberapa hal mengenai keberadaan deret fibonacci dan rasio emas pada musik, seperti contoh tuts piano denganderet fibonacci, mungkin memang dapat terlihat keterb=hubungan yang logis dan dengan mudah dapat m=dimer=ngerti antara keduanya. Namun, tidak serta merta hal terebut menjadikan rasio emas sebagai harga mutlah suatu keindahan sempurna, seperti yang disebutkan ada awal tulisan ini. Bagi Saya pribadi, rasio emas memang sedikit banyak membantu dalam berbaga hal untuk merasionalkan keindahan. Namun, tidak berarti itu berlaku tunggal untuk semuanya. Jika anda percaya bahwa rasio emas memang embuat segala hal menjadi indah, dapatkah anda merasakan keindahan yang terkandung dalam komposisi artitur yang dibuat berdasarkan deret fibonacci dalam tulisan ini?

 

Source :

  1. http://www.widewalls.ch/golden-ratio-examples-art-architecture-music/le-corbusier-golden-ratio-architecture/
  2. http://magicsongs.net/made-in-your-image/the-golden-ratio-in-music/
  3. http://nntdm.net/papers/nntdm-20/NNTDM-20-1-72-77.pdf
  4. https://www.goldennumber.net/parthenon-phi-golden-ratio/
  5. http://www.cmuse.org/classical-pieces-with-the-golden-ratio/
  6. http://www.faena.com/aleph/articles/how-to-compose-a-song-with-the-golden-ratio-and-the-fibonacci-sequence/

 

Niken Rahadiani Maheswari-1406530722

 

 

Persepsi Visual dan Video Musik Awkarin

Filed under: Uncategorized — divauliahmad @ 23:33

The Whole is other than the sum of the parts – Kurt Koffka

Quotasi diatas mungkin bisa menggambarkan bagaimana kita, manusia, mempersepsikan sesuatu secara visual, ketika dihadapkan akan sekumpulan objek, mata kita cenderung melihat objek tersebut sebagai satu kesatuan utuh, satu kelompok, sebelum akhirnya kita melihat nya sebagai satu objek individual. Manusia melihat sesuatu sebagai a whole daripada sekumpulan parts. Dan apabila sebagian itu kemudian dipisahkan menjadi sebagian sebagian lagi, kita cenderung mengelompokan mereka menjadi beberapa whole sesuai dengan persamaan karakter/identitas, hal-hal tersebut menjadi dasar dari Teori Persepsi yang dikemukakan oleh Gestalt

Ketika dihadapkan unutuk mengidentifikasi sebuah objek, hal yang pertama kali kita lakukan adalah cenderung mengidentifikasi outline nya, yang kemudian mencocokan outline tersebut dengan bentuk dan forma dari objek yang telah kita ketahui untuk mendapatkan keselarasan. Setelah the whole muncul sebagai garis outline barulah kita kemudian mulai mengidentifikasi parts yang membentuk ke wholeness an dari forma yang kita lihat.

awkarin1.png

Dalam video musik berjudul candu yang dinyanyikan oleh penyanyi muda Awkarin, pertama penonton dikenalkan kepada sosok awkarin dengan menampilkan gambar close up awkarin sedang terbaring diatas kasur, hal yang wajar ketika kita mulai mengidentifikasi mulai dari warna rambutnya, pakaiannya, sinar matanya, sampai lekat di pikiran kita akan bayangan awkarin yang ingin ditampilkan seperti apa, sehingga bisa dikatakan, kita mendapat general form dari Awkarin.

awkarin2

Di cuplikan beberapa detik setelahnya, tampak penggabungan dari dua visualisasi yang tampak seperti sosok awkarin yang kita lihat di cuplikan sebelumnya dengan sosok lelaki sedang berdiri.  Akan sulit membedakan mana yang objek dan mana yang sebenarnya ditampilkan, yang kita sebut dengan Reifikasi, yaitu aspek dari persepsi dimana objek yang dipersepsikan mengandung lebih banyak muatan spasial dibanding apa yang sebenarnya ditampilkan, kamu mungkin tidak tau apakah cahaya lampu di sisi kanan dan kiri itu milik awkarin atau ternyata bagian spasial dari pria yang sedang berdiri ditengah. Ketika mata kita berusaha mencocokan kita cenderung melihat pola pola familiar yang apa yang sudah tersimpan di memori kita sebelumnya.

Kamu dengan mudah mengenali mana yang awkarin dan mana yang bukan karena sebelumnya kamu sudah punya bayangan akan awkarin yang ditampilkan di awal video. Hal ini juga berkaitan dengan figure-ground theory dimana elemen cenderung diartikan sebagai figure atau groud dalam hal ini, kecepatan repetisi dan tingkat opacity mempengaruhi persepsi visual akan figure-ground dari video musik awkarin

awkarin3

Figure-ground­ juga dapat dengan mudah kamu identifikasikan di beberapa cuplikan lain dalam video, tampak dua orang sedang menari nari dan menjadi figure dari cuplikan tersebut, dan meskipun awkarin menjadi ground dan di blur kan dalam cuplikan, mata kita tetap tertuju pada awkarin sebagaimana kita tahu bahwa ia memang dimaksudkan menjadi bintang dalam video klip ini

awkarin4

Dan dalam beberapa cuplikan lain awkarin ditampilkan dengan bentuk yang kurang jelas namun kita sadar betul bahwa sosok yang ditunjukan didalam ketidakjelasan tersebut tetaplah awkarin

Sama halnya dalam mendesain, manusia pada umumnya akan mengidentifikasi elemen yang ada diawali dari general form yang ada di kepala mereka, lalu mendistinct mereka dari form lain ketika mulai memasuki bentuk yang sedikit kompleks, dari sudut pandang desain, jika kamu ingin mengubah persepsi seseorang, jangan mengubahnya sekaligus, melainkan carilah cara agar mereka bisa melihat alternatif dari persepsi tersebut, dan kuatkan alternatif sembari berangsur-angsur melemahkan yang asli

Diva Aulia Ahmad

1406605710

Superfisialitas Golden Section

Filed under: Uncategorized — mrraudhi @ 21:40

Golden section yang digunakan Colin Rowe untuk menganalisis perbandingan keindahan Villa Palladian dan Le Corbusier adalah salah satu cara untuk menganalisis sumber keindahan suatu objek. Menurut saya, penggunaan golden section untuk analisis adalah hal yang tidak masalah. Namun, saya pikir penggunaan golden section untuk memanipulasi keindahan adalah sebuah pemisahan antara utilitas dan venustas, pelanggaran terhadap form follows function. Form follows function menurut saya adalah sesuatu yang sangat penting, ia adalah dasar dalam membentuk sebuah bangunan.

 

Menurut saya, dengan memanipulasi keindahan seperti itu, sebuah desain menjadi kurang jujur terhadap fungsinya. Mengacu pada metode J.N.L. Durand, ketika keindahan pada fasad tidak terpenuhi, penyesuaian perlu dilakukan pada denah. Inilah yang menurut saya kurang jujur, proses penyesuaian inilah yang saya rasa menjadi function follows form. Golden section adalah salah satu cara penyesuaian keindahan fasad tersebut. Seharusnya, keindahan matematis tidak boleh mengalahkan fungsi.

 

Saya pikir keindahan seharusnya bisa keluar tanpa manipulasi dan keindahan bisa muncul dari kebenaran. Jika terjadi manipulasi, ia tidak boleh sampai melampaui fungsi. Plan tidak perlu mengikuti irama matematis dan elevation tidak perlu mengikuti golden section jika hanya untuk maksud mempercantik bangunan. Kedua hal tersebut perlu sebuah alasan kuat untuk hadir, yaitu fungsi. Dengan begitu, keindahan tidak menjadi suatu hal yang superfisial, ia menjadi bagian dari fungsi. Jika hal ini tercapai maka rancangan akan menjadi sesuatu yang jujur.

 

GOLDEN SECTION, DE STIJL DAN FASHION

Filed under: classical aesthetics,everyday geometry,Uncategorized — khusnulhotimahdwiyanti @ 21:27
Tags: , ,

Golden section atau golden ratio yang sama dengan 1,618 yang merepresantasikan phi (Φ),dipercaya bahwa membuat gambar berdasarkan persegi dari golden ratio atau golden section ini  akan menghasilkan proposi yang baik dan akan terlihat indah bagi mata.

fibanacci
Fibonacci Spira\
 

Telah banyak seniman ataupun arsitek yang menggunakan golden section terutapan golden rectagle sebagai pernentu proposi dalam menghasilkan karya-karyanya. Bahkan pada kehidupan sehari haripun kita dapat menemukan golden ratio pada proposi tubuh dan wajah, kelopak bunga, bahkan ukuran kertas seperti A1,A2,A3.

golden-section-screen-print-detail1.png
Fibonacci Spirral x De Stijl

Salah satu hasil karya yang menerapkan golden ratio sebagai landasan proposi pada karnyanya adalah karya dari aliran Seni belanda De Stijl.

De stijl adalah sebuah aliran seni yang hanya menggunakan unsur-unsur sederhana seperti garis lurus horiznntal maupun vertikal dan juga bentuk-bentuk dasar persegi dan persegi panjang. Pemilihan warnanya pun hanya mengkerucut pada warna-warna primer seperti merah, kuning, dan biru. Dan juga tiga warna primer hitam, putih dan abu-abu.

Konsep de Stijl banyak dipengaruhi filosofi matematikawan M. H. J. Schoenmaekers. Piet Mondrian. Salah satu contoh penerapan goldden section oleh mondrian adalah lukisan abstrak “ composisition wilh red, black, blue , yellow dan grey_Piet Mondrian pada tahun 1920

design-dictionary-de-stijl-mondrian.jpg
Composisition with red, black,blue,yellow and grey By Piet Mondrian 1920

Pengaruh de stijl Mondrien juga memberikan pengaruh pada bidang fashion. Salah satunya dimulai saat Yves Saint Laurent pada tahun 1960 an membuat sebuah gaun yang iconic yang menerapkan De stijl mondrian pada rancangannya,

Picture13(11).jpg
Mondrian Dress by Yves Saint Laurent 1960

Penerapan De Stijl pada bidang fashion menjadi sebuah trend yang disenangi. Hal ini dikarenakan de stijl yang mengacu pada golden ratio membuat sebuah keharmonisan dan ritme dalam pengkomposisiannya menjadi indah saat dilihat mata. Dimana, warna de stijl yang mengacu pada warna primer yang terang dan di imbangi dengan warna dasar yang netral membuat hasil rancangan fashion dengan gaya de stijl menarik mata ,fashionable, terlihat estetik dan mudah diterapkan dalam berbagai item fashion.

Berikut adalah beberapa item fashion yang dipengaruhi oleh aliran de stijl :

3c13bfee-23f3-4cbb-8357-fa361995478f
TOP BIGBANG Mondrian Suit
design-dictionary-de-stijl-fashion
Fashion Item with Mondrian De stijl Influence
Picture12(13)
NIKE Mondrian Style Trainings
KHUSNUL HOTIMAH DWIYANTI – 1406530691
 REFRENSI :

http://designseminar4.blogspot.co.id/p/industrial-design-and-fashion.html

http://uchi.co.uk/blog/uchis-golden-section/

http://www.decorartsnow.com/design-dictionary-de-stijl/

 

March 25, 2017

Achieve Inner Peace through The Golden Section

Filed under: everyday geometry — ghaisaningumay @ 15:48
Tags: , , ,

Yoga, kita semua tahu bahwa yoga merupakan kegiatan excercise yang dilakukan untuk menenangkan pikiran dan menggapai titik suatu kesucian dan keharmonisan di dalam diri kita. Yoga sangat erat hubungannya dengan Sacred Geometry dan Golden Ratio. Pertanyaan besarnya adalah “What is the role of the golden ratio and geometry in the field of Yoga?”

“Sacred geometry involves sacred univeral patterns used in the design of everything in our reality, most often seen in sacred architecture and sacred art. The basic belief is that geometry and mathematical ratios, harmonics and proportion….”

Jika dijelaskan Sacred Geometry adalah  sebuah pattern yang melahirkan gesture atau pose-pose Yoga dengan memikirkan harmonisasi dan proporsi anatomi tubuh. Pada hal ini sacred geometry terbentuk dengan dukungan metode dari Golden Ratio. Sehingga dengan adanya pattern yang terbentuk lalu ditransformasikan menjadi pose Yoga dapat menarik kedua bagian otak (kanan-kiri) untuk mengalami proses harmonisasi- keseimbangan diripun terlahirkan dengan adanya basic pose ini.

“Yoga poses are focused around achieving mental and physical harmony, and, just as it does within nature, this harmony may manifest itself physically as sacred geometry.”

Pada hal ini, setiap Pose Yoga dapat diidentifikasi dengan golden section. Setiap pose juga mewakili arti dari gerakkan. Titik pusat yang akan tercipta akan mengaktifkan cakra Yoga sehingga kesucian dan keseimbangan pada diri akan ikut aktif secara paralel.

1

Grid yang dimunculkan oleh Golden ratio digunakan untuk mengindetifikasi Sacred Geometry in art maupun in architecture dan ini merupakan formula untuk mencari phi.

Dari penjelasan di atas, berikut ditampilkan beberapa contoh pose Yoga yang sudah diidentifikasi secara Golden Section dan penjelasan mengenai cakra yang diaktifkan (terbaca pada pembagian golden section, yang akhirnya dapat diketahui bagian dari elemen tubuh mana yang menjadi part penting dalam pose-pose tersebut).

2

Arm Balance Scorpion

Pembagian proporsi pada bagian perut, sehingga dapat dibaca bahwa organ yang terpenting dalam melakukan pose ini adalah bagian perut (untuk pencapaian cakra Svadisthana – The Sacral Chakra). Posisi ini menekankan pada lower part dari proporsi persegi yang tercipta.

3

Bound Angle Yoga

“Bound Angle Yoga Pose is a seated pose that targets the groin and inner thighs and is ideal for yogis and yoginis of all levels.”

Segitiga yang terbentuk dalam pembagian Golden Section yang membentuk Sacred Geometry ini memperlihatkan bahwa pose ini memiliki pusat pada bagian atas perut yang menyebar membentuk segitiga dari kepala bercabang ke arah lutut. Dari pose ini juga terlihat adanya elemen simetris yang tercipta dari bagian kanan dan kiri. Sehingga pose ini dapat disebut pose yang ideal karena keharmonisannya.

Berikut contoh lain dari Pose Yoga berserta identifikasi Golden Section dan Sacred Geometrynya:

4

Twisted One Legged Arm Balance

Home

5.jpg

Wild Thing Yoga Pose

(http://www.forteyoga.com/)

Setelah dijabarkan mengenai keterkaitan antara Golden Section yang menghasilkan Sacred Geometry dengan Yoga pertanyaan pada paragraf pertama dapat dijawab bahwa role dari Golden Section serta Sacred Geometry adalah untuk menata estetika gesture dari fisik manusia (anatomi tubuh manusia) yang nantinya akan mempengaruhi kepada psikologis manusia itu sendiri yang dibantu dengan pendekatan ketujuh ilmu cakra. Dengan begitu Yoga yang menjadi salah satu tools untuk membantu merilekskan pikiran  manusia melalui beberapa pose menjadi lebih tertata dengan adanya basic tata letak secara anatomi tubuh dari teori Golden Section itu sendiri.

Ghaisani Nabila Gumay | 1406530804

References:

http://www.crystalinks.com/sg.html

Sacred Geometry

Next Page »